Ternyata Ka’bah Bukan Dibangun oleh Nabi Ibrahim atau Manusia, Berikut Penjelasannya.!


BidikNews.net,NTB
- Setelah kemarin kita membahas tentang Hari IdulAdha, atau lebih sering dikenal dengan Hari Raya Haji, sekarang ayo kita bahas tentang Ka’bah. 

Salah satu dari Rukun Islam mewajibkan bagi setiap Muslim yang mampu untuk menunaikan ibadah haji satu kali seumur hidup. Bagian-bagian ritual haji yang mengharuskan tawaf berputar tujuh kali mengelilingi Ka’bah dengan melawan arah jarum jam. 

Selama ini banyak yang mengira Ka’bah dibangun oleh manusia. Dikutip dari Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara edisi  Mei 31, 2022 menyebutkan, Ternyata, Ka’bah bukan dibangun oleh manusia melainkan telah dibangun dan sudah ada sebelum Nabi Adam turun ke bumi. 

Hal tersebut sebagaimana surat Ali Imran 96-97, yaitu : “Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. Dalam ayat ini Allah menjelaskan kedudukan Masjidilharam dan Kakbah yang Nabi Ibrahim terlibat dalam pembangunannya”.

 “Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana”.

Melansir The Great Episodes of Muhammad saw. karya Dr Al Buthy, bangunan Ka’bah mulanya memiliki tinggi 7 hasta, panjang 30 hasta, dan lebar 22 hasta tanpa atap.  Sejarah pembangunan Ka’bah pun berlangsung dari masa ke masa termasuk Nabi Ibrahim hingga kaum Quraisy sebelum Islam dan Nabi Muhammad SAW.


Di zaman Nabi Nuh, Ka’bah mengalami kerusakan akibat banjir besar. Yang mengakibatkan bagian atas hancur dan tersisa pondasinya yang disebut qaa’idah atau qawaa’id dalam bentuk jamak.  
Dengan kondisi hancur bagian atas, Ka’bah dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk direnovasi. 

Dimasa inilah Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk meninggikan kembali pondasi itu. Lalu kisahnya diabadikan di Qur’an surah ke-2 ayat 127,

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar (pondasi) Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa):

 “Ya Tuhan kami terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Saat Ka’bah dibangun oleh Nabi Ibrahim untuk melanjutkan proses renovasinya, Ibrahim melakukan pijakan pada batu pertama yang dibawanya. Pijakan batu tersebut adalah yang kini kita ketahui sebagai Maqam Ibrahim. Setelah selesai membangun Ka’bah pada masanya, Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail memanjatkan doa.

Jadi, fakta sebenarnya adalah Ka’bah sudah ada sebelum Nabi Ibrahim dan Nabi Adam. Nabi Ibrahim hanya membangunnya kembali setelah Ka’bah rusak diterjang banjir. 

Dikutip dari berbagai sumber menyebutkan, banyak para ulama yang menafsirkan bahwa sebenarnya Ka’bah dibangun oleh para malaikat, tentu saja semuanya atas kuasa dan izin Allah SWT. 

1. Dibangun oleh para malaikat.


Kaum muslimin meyakini bahwa pembangunan ka’bah pertama kali dilakukan oleh para malaikat, sebagaimana disebutkan Imam Ibnu adh Dhiya bahwa telah diriwayatkan dari Ali bin al Husein bahwa dia telah ditanya tentang awal mula thawaf mengelilingi baitullah beliau menjawab Sesungguhnya ALLAH SWT telah berfirman :

Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” 

Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” 

Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”  (QS. Al Baqoroh : 30) 

Para malaikat berkata,”Wahai ALLAH bukankah khalifah itu dari selain kami adalah yang selalu membuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah.’ 

Maka ALLAH pun marah terhadap mereka lalu mereka pun melarikan diri ke arsy, mengangkat kepala, jari jemari mereka mengisyaratkan ketundukan dan menangis karena takut akan kemurkaan-Nya. Mereka mengeilingi arsy sebanyak tiga kali.” 

Di dalam riwayat : “tujuh kali” mengaharapkan keridhoan Tuhan mereka dan ALLAH SWT pun meridhoi mereka. Kemudian ALLAH SWT berkata kepada mereka, ”Bangunlah oleh kalian di bumi sebuah rumah yang menjadi tempat kembali setiap orang yang Aku murka terhadapnya dari makhluk-Ku dan dia mengelilinginya (thawaf) sebagaimana kalian lakukan terhadap arsy-Ku maka Aku akan mengampuninya sebagaimana Aku telah mengampuni kalian.” 


Lalu mereka pun membangun ka’bah. Terdapat riwayat pula yang menyebutkan bahwa ALLAH SWT telah mengutus malaikat dan berkata kepada mereka,”Bangunlah oleh kalian sebuah rumah seperti al baitul ma’mur lalu mereka pun melakukannya. 

ALLAH SWT memerintahkan agar rumah itu dikelilingi (thawaf) sebagaimana al baitul ma’mur. Ini terjadi sebelum penciptaan Adam as serta 2000 tahun sebelum penciptaan bumi. Dan sesungguhnya bumi dibentangkan dibawahnya karena itulah Mekah disebut dengan Ummul Quro yaitu asal negeri (bumi, pen). 

Terdapat pula riwayat yang menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi sebelum diturunkannya Adam as ke bumi… (Tarikh Makkah al Musyarrafah hal 4) 

2. Wasiat Nabi Adam kepada anaknya Nabi Sys 

Sys adalah penerus dari Nabi Adam as yang diberikan wasiat oleh ayahnya untuk senantiasa beribadah siang dan malam. 

Ibnul Atsir menyebutkan bahwa Sys senantiasa melakukan haji dan umroh hingga ajal menjemputnya dan dia juga mengumpulkan lembaran-lembaran yang diturunkan kepadanya dan kepada ayahnya lalu mengamalkan isinya. Sys telah membangun ka’bah dengan batu dan tanah. (Al Kamil Fii at Tarikh juz I hal 17) 

3. Pada masa Ibrahim dan Ismail as. 

As Suddiy mengatakan bahwa tatkala ALLAH SWT memerintahkan Ibrahim dan Ismail agar membangun sebuah rumah lalu mereka berdua tidak mengetahui dimana tempat akan dibangunnya hingga ALLAH SWT mengirimkan angin, ada yang menyebutkan angin itu adalah al khajuj yang memiliki dua sayap sementara kepalanya berbentuk ular. 

Lalu ular itu membersihkan daerah sekitar ka’bah sebagai tempat dibangunnya rumah pertama. Keduanya pu mengikutinya dengan membawa alat penggali dan melakukan penggalian sehingga mereka berdua berhasil meletakkan pondasinya, sebagaimana firman ALLAH SWT.   Artinya : 


“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): 

“Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan sujud.” (QS. Al Hajj : 26) 

Setelah mereka berdua meletakkan dasar-dasarnya maka dibangunlah rukun-rukunnya. Dan Ibrahim mengatakan kepada Ismail,”Wahai anakku, carikanlah untukku batu hitam dari daerah India, dahulunya ia adalah batu yakut yang paling putih. 

Dahulu batu itu dibawa oleh Adam as tatkala diturunkan ke bumi dari surga namun kemudian berubah warnanya menjadi hitam karena dosa-dosa manusia. Ismail pun membawa sebuah batu namun ia mendapatkan batu hitam itu sudah berada disalah satu sudut. 

Ia pun bertanya kepada ayahnya,”Wahai ayahku siapa yang mendatangkan batu itu kepadamu?’ Ibarahim menjawab,”Dia adalah yang lebih rajin darimu.” Maka mereka berdua membangunnya dan sambil berdoa,”   

Artinya : Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): 

“Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al Baqoroh : 127) 

4. Dibangun oleh orang-orang Quraisy. 


Pada usia Rasulullah saw mencapai tiga puluh lima tahun, orang-orang Quraisy sepakat untuk merenovasi ka’bah. Ka’bah adalah susunan batu-batu yang lebih tinggi dari badan manusia, sekitar sembilan hasta yang dibangun sejak masa Ismail tanpa memiliki atap sehingga banyak pencuri yang mengambil barang-barang berharga yang disimpan didalamnya. 

Lima tahun sebelum tahun kenabian, Mekah dilanda banjir besar sehingga meluap ke Masjidil Haram dan dikhawatirkan sewaktu-waktu akan dapat meruntuhkan ka’bah. Orang-orang Quraisy merasa bimbang antara merenovasi atau membiarkannya seperti apa adanya. 

Akhirnya al Walid bin al Mughirah al Makhzumiy mengawali perobohan bangunan ka’bah lalu diikuti oleh orang-orang setelah mereka mengetahui tidak terjadi sesuatupun menimpa al Walid. Mereka terus bekerja merobohkan setiap bangunan ka’bah hingga sampai rukun Ibrahim. 

Setelah itu mereka siap membangunnya kembali. Tatkala pembangunan sampai di bagian Hajar Aswad, mereka saling berselisih tentang siapa yang berhak mendapat kehormatan meletakkan Hajar Aswad itu ditempatnya semula. 

Perselisihan ini terus berlangsung selama empat atau lima hari, tanpa ada keputusan. Bahkan perselisihan itu semakin meruncing dan hampir saja menjurus kepada pertumpahan darah di tanah suci. 

Abu Umayyah bin al Mughirah al Makhzumiy datang dan menawarkan solusi dengan menyerahkan urusan ini kepada siapa pun yang pertama kali masuk lewat pintu masjid. Mereka menerima cara ini. ALLAH SWT menghendaki orang yang berhak atasnya adalah Rasulullah SAW. 

Tatkala mengetahui hal itu, mereka berbisik-bisik,”Inilah al Amin. Kami ridho kepadanya, inilah dia Muhammad.” Orang-orang Quraisy kehabisan dana dari penghasilan mereka, maka mereka menyisakan di bagian utara, kira-kira enam hasta, yang kemudian disebut al Hijr atau al Hathim. 

Mereka membuat pintunya lebih tinggi dari permukaan tanah, agar tidak bisa dimasuki kecuali oleh orang yang memang ingin melewatinya. Setelah bangunan ka’bah mencapai ketinggian lima belas hasta, mereka memasang atap dengan disangga enam sendi. 

Setelah jadi, ka’bah itu berbentuk segi empat, yang keinggiannya kira-kira mencapai lima belas hasta, panjang sisinya di tempat Hajar Aswad dan sebaliknya adalah sepuluh meter. 

Hajar Aswad itu sendiri diletakkan dengan ketinggian satu setengah meter dari permukaan pelataran untuk thawaf. Sisi yang ada pintunya dan sebaliknya setinggi dua belas meter. 

Adapun pintunya setinggi dua meter dari permukaan tanah, di sekeliling luar ka’bah ada pagar dari bagian bawah ruas-ruas bangunan, di bagian tengahnya dengan ketinggian seperempat meter dan lebarnya kira-kira sepertiga meter. Pagar ini dinamakan Asy Syadzarawan. Namun kemudian orang-orang Quraisy meninggalkannya. (ar Rakhiqul Makhtum hal 84 – 85) 

5. Pada masa Abdullah bin Zubeir. 


Abdullah bin Zubeir memutuskan perenovasian ka’bah seperti yang diinginkan Rasulullah saw ketika beliau masih hidup. Dia pun merobohkannya dan membangun kembali serta menambahkan bagian yang masih kurang ketika orang-orang Quraisy kehabisan dana dari enam hasta menjadi sepuluh hasta. 

Dia juga menjadikan ka’bah memiliki dua pintu, satu di sebelah timur dan lainnya di sebelah barat sehigga orang yang memasukinya dari satu pintu dan keluar di pintu yang lainnya. 

Dia menjadikannya dalam bentuk yang paling baik dan megah sehingga seperti yang disifatkan Nabi saw sebagaimana diberitakan oleh Aisyah ra ibu orang-orang beriman yang juga bibinya. 

6. Pada masa Abdul Malik bin Marwan 

Pada masa Abdul Malik bin Marwan ini al Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqofiy menulis surat kepadanya atas apa yang diperbuat Abdullah bin Zubeir dengan ka’bah, tentang perenovasian dan penambahan bagian ka’bah, dia mengira bahwa hal itu adalah hasil fikiran dan ijtihadnya. 

Lalu Abdullah bin Malik membalas suratnya agar mengembalikan ka’bah seperti sedia kala. Al Hajjaj pun merobohkan bagian utaranya dan mengeluarkan al Hijr sebagaimana yang telah dibangun orang-orang Quraisy serta menjadikan ka’bah memiliki satu pintu saja yang lebih ditinggikan serta menutup pintu yang lainnya. 

Tatkala Abdul Malik bin Marwan mendapatkan hadits Aisyah maka ia pun menyesali perbuatannya sehingga mengatakan,”Kami sangat berkeinginan mengembalikan seperti orang yang membangun sebelumnya.” Maksudnya Abdullah bin Zubeir. 

Lalu ia pun bermusyawarah dengan Imam Malik dalam permasalahan ini dan beliau pun mencegahnya agar kemuliaan ka’bah tidak lenyap. Dan dikahwatatirkan setiap raja akan melakukan perobohan sebagaimana yang dilakukan orang-orang sebelumnya sehingga dapat menodai kehormatan ka’bah. 

7. Pada masa Kekhilafahan Utsmani tahun 1040 H. 


Tatkala Mekah dilanda banjir besar yang menenggalamkan Masjidil Haram maka Muhammad Ali Pasya—Gubernur Mesir saat itu—memerintahkan para arsiteknya yang ahli dan para pekerjanya agar merobohkan ka’bah dan merenovasi kembali. Pembangunan itu memakan waktu setengah tahun penuh dan memakan biaya yang sangat mahal hingga rampung pembangunannya. 

Demikianlah awal mula pembangunan ka’bah hingga hari ini yang tetap kokoh dan menggetarkan setiap orang yang melihatnya dan mengembalikan kebesarannya kepada ALLAH SWT Yang Maha Agung lagi Maha Mulia. 

Dan apa yang anda tanyakan tentang adanya seekor ular di tempat awal mulanya akan dibangun ka’bah maka telah disinggug di atas yaitu terjadi pada masa Ibrahim dan Ismail as, sebagaimana yang dikatakan Imam As Suddiy. Wallahu A’lam bishawab. Disadur dari berbagai sumber (TIM)


0 Komentar