Mengharukan, di Ujung Ajalnya Siti Khadijah Minta Sorban Nabi Jadi Kain Kafan


Kisah Haru Siti Khadijah bersama Rasululllah disaat ajal mau menjemput. Tepatnya 11 Ramadhan dijadikan Hari Kesedihan Baginda Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alaihi Wasallam. Bagaimana kisahnya…? Berikut Tulisan H. Lalu Muhammad Ismail, M.Pd yang dirangkum dari berbagai sumber.

BidikNews - Khadijah telah hidup bersama-sama Nabi Muhammad selama 25 tahun dan wafat dalam usia 64 tahun 6 bulan. Dia meninggal di gunung Hujun, dan dimakamkan di pemakaman dekat Mekkah, dan di tahun meninggalnya dikenal sebagai Amul Huzni (Tahun Dukacita).

Khadijah Memang Wanita Istimewa dan kaya raya, DUA PERTIGA (2/3) tanah di wilayah Makkah adalah milik Siti Khadijah binti khuwailid, istri pertama Rasulullah ﷺ. Ia adalah wanita bangsawan yang menyandang kemulia'an dan kelimpahan harta kekayaan, namun ketika wafat tak selembar kafan pun yang ia miliki, bahkan baju yang dikenakannya di sa'at menjelang ajal adalah pakaian kumuh dengan 83 tambalan.

"Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba," bisik Khadijah kepada Fatimah sesa'at menjelang ajal. "Yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa digunakan menerima wahyu untuk dijadikan kain kafanku. Aku malu dan takut memintanya sendiri."

Mendengar itu Rasulullah berkata, "Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di syurga."


Siti Khadijah, Ummul Mu’minin (ibu kaum mukmin), pun kemudian menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan Rasulullah. Didekapnya sang istri itu dengan perasaan pilu yang teramat sangat. Tumpahlah air mata Mulia Rasulullah dan semua orang yang ada di situ.

Dalam suasana seperti itu, Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan.

Rasulullah menjawab salam Jibril, kemudian bertanya, "Untuk siapa sajakah kain kafan itu, ya Jibril?"

"Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fatimah, Ali dan Hasan," jawab Jibril yang tiba-tiba berhenti berkata, kemudian menangis.

Rasulullah bertanya, "Kenapa, ya Jibril?"

"Cucumu yang satu, Husain, tidak memiliki kafan. Dia akan dibantai, tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan," jawab Jibril.

Rasulullah berkata di dekat jasad Khadijah, "Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, aku tak kan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa, Allah Maha mengetahui semua amalanmu, sehingga semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. 

Kaum Muslimin pun ikut menikmatinya, dan semua pakaian kaum Muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban!?"
Tersedu Rasulullah mengenang istrinya semasa hidup.

Disamping jasad Siti Khadijah, Rasulullah kemudian berdo'a kepada Allah.
"Ya Allah, ya ILahi Rabbiy, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Khadijahku, yang selalu membantuku dalam menegakkan Islam, mempercayaiku pada sa'at orang lain menentangku, menyenangkanku pada saat orang lain menyusahkanku, menenteramkan aku pada sa'at orang lain membuatku gelisah."

Dikisahkan, suatu hari, ketika Rasulullah pulang dari berdakwah, beliau masuk ke dalam rumah, maka Khadijah pun menyambutnya dan hendak berdiri di depan pintu, kemudian Rasulullah bersabda, "Wahai Khadijahku sayang, tetaplah kamu di tempatmu."


Ketika itu Khadijah sedang menyusui Fatimah yang masih bayi, sa'at itu seluruh kekayaan mereka telah habis, dan seringkali makanan pun tak punya, sehingga ketika Fatimah menyusu, bukan air susu yang keluar akan tetapi darah. Darahlah yang masuk dalam mulut Fatimah r.a., kemudian Rasulullah mengambil Fatimah dari gendongan istrinya dan diletakkan di tempat tidur. Rasulullah yang lelah sepulang berdakwah dan menghadapi segala caci-maki serta fitnah manusia itu, lalu berbaring di pangkuan Khadijah hingga tertidur.

Ketika itulah Khadijah membelai kepala Rasulullah dengan penuh kelembutan dan rasa sayang. Tak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Rasulullah hingga membuat beliau terjaga.

"Wahai Khadijah, mengapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal bersuamikan aku?" tanya Rasulullah dengan lembut.

Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan, namun hari ini engkau telah dihina orang. Semua orang telah menjauhi dirimu. Seluruh kekayaanmu habis. Adakah engkau menyesal, wahai Khadijah, bersuamikan aku ?" lanjut Rasulullah tak kuasa melihat istrinya menangis.

"Wahai suamiku, wahai Nabi Allah, bukan itu yang kutangiskan," jawab Khadijah.

"Dahulu aku memiliki kemulia'an, kemudian kemulia'an itu telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya. Dahulu aku adalah bangsawan, kebangsawananku itu juga aku serahkan untuk Allah dan RasulNya. Dahulu aku memiliki harta kekayaan, maka seluruh kekayaan itupun telah aku serahkan untuk Allah dan Rasul-Nya."

"Wahai Rasulallah, sekarang aku tak punya apa-apa lagi, tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini. Wahai Rasulallah, sekiranya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu belum selesai; sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai namun engkau tidak memperoleh rakit atau pun jembatan, maka galilah lubang kuburku, ambillah tulang-belulangku, jadikanlah sebagai jembatan bagimu untuk menyeberangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu. Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah, ingatkan mereka kepada yang hak, ajak mereka kepada Islam, wahai Rasulallah."

Disadur dari berbagai sumber Oleh:
HL.Muhammad Ismail, S.Pd.M.Pd
Ketua Assosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI)
Provinsi Nusa Tenggara Barat

Pewarta : dae ompu, Editor : BN--007

0 Komentar