Qurban dan Geliat Ekonomi Ummat


Oleh : Dr. Muhammad Irwan, MP

BidikNews - Bulan ini Juli 2022 atau bulan Djulhizah 1443 H, aktivitas umat Islam semakin semarak karena  saudara-saudara kita sebentar lagi akan menanti dengan penuh harapan dapat menyempurnakan pelaksanaan ibadah haji yaitu melakukan wukuf di Arafah dilanjutkan dengan ritual rukun dan wajib haji lainnya. 

Sementara bagi yang tidak melaksanakan haji, menanti untuk melaksanakan salah satu Ibadah rutin yang dilakukan setiap tahun yaitu melaksanakan sholat sunah Idul Adha dirangkai dengan pelaksanaan menyembelih hewan Qurban (Sapi,Kerbau, Kambing, Domba) bagi yang tergolong mampu. 

Ghirah ini semakin menggeliat, meskipun kondisi perekonomian belum menunjukkan kondisi yang stabil secara sempurna, namun semangat melaksanakan perintah Allah untuk melakukan ibadah Qurban masih terpatri di dalam diri setiap diri insan yang beriman yang sadar dan berkemampuan untuk melaksanakannya.  

Di dalam ajaran dan perintah berqurban ini setidaknya ada 3 hikmah yang dapat diambil yaitu hadirnya demokrasi Islami, munculnya kesalehan sosial dan Geliatnya Ekonomi Umat.

Demokrasi ala Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail 


Insan-insan bertaqwa dan mampu ini menyadari sepenuhnya tentang ajaran spektakuler yang diajarkan oleh nabi Ibrahim dan nabi Ismail yang menghadirkan jiwa penuh tawakkal, sabar, demokrasi, tidak mementingkan diri sendiri (egois)  dan keputusan diambil secara musyawarah dan mufakat (demokratis). Hal ini tergambar dari dialog dan praktek nyata  antar generasi tua dan generasi muda.

Ibrahim sebagai generasi tua (Ayah) yang telah teruji kesabarannya menerima berbagai ujian Allah, adalah sosok demokrat sejati yang tidak mengambil keputusan secara individu dan egois, meskipun kekuasaan berada di tangannya. 

Dia adalah sosok yang  malang melintang menegakkan ajaran Allah SWT yang mulia dan hakiki, meskipun diri dan tubuhnya dipertaruhkan. Ibrahim adalah generasi tua yang memainkan peran betapa cinta harta, cinta isteri dan anak dan cinta dunia tidaklah bermakna dibanding dengan cintanya kepada Tuhan yang menciptakannya.

Ibrahim adalah sosok yang tidak memberikan jalan kompromi terhadap setiap penyelewengan yang bertentangan dengan segala perintah Tuhan. Ajaran Tauhid (Tuhan Yang Esa) yang dibawanya diterapkan kepada siapa saja, termasuk terhadap orang tuanya yang melakukan kesyirikan menyembah patung-patung yang dibuatnya sendiri. 

Meskipun demikian, Ibrahim tidak melakukan penghancuran secara serta merta tanpa komporomi. Jika jalan kompromomi dan ajakan secara sopan dan halus tidak diterima, dan mereka tetap menyembah patung dan berhala barulah tindakan penghancuran dilakukan oleh Ibrahim meski konsekwensi yang diterimanya sangat berat.

Diberikan pengetahuan dan pemahaman kepada orang tua dan kaummnya untuk tidak mensyarikatkan Allah. Dia tidak melepaskan silaturrahim dengan orang tuanya meskipun ajaran yang dianut oleh orang tua dan kaumnya sesat, mengingkari AllahYang Esa.  Ibrahim tetap menjalankan bakti kepada orang tuanya dengan tetap mengajak kepada Tauhid meskipun dirinya diancam dan diusir oleh ayahnya. Disilah pengorbanan jiwa dan raga pertama kali diterima oleh Ibrahim.  

Usia semakin menuju senja, dan keturunan belum juga hadir nabi Ibrahim tetap melakukan aktivitasnya sebagai hamba Allah pembawa risalah dengan penuh kesabaran. Tatkala kabar gembira penantian panjang hadirnya keturunan  diterimanya, ujian kesabaran kembali dilakukan oleh Allah SWT. Dalam konteks ini nabi Ibrahim diuji dengan CINTA, yaitu cinta melaksanakan perintah dan beribadah kepada Allah SWT, atau mencintai isterinya  bersama anaknya. 


Keputusan Demokratis kembali dipraktekkan oleh nabi Ibrahim.  Berita dan perintah Allah disampaikannya kepada isteri tercinta ST. Hajar. Diskusi dan musyawarah singkat terjadi. Perasaan berat dan tidak tega menyelimuti hati dan perasaan nabi Ibrahim.  

SITI HAJAR,  perempuan kokoh, tangguh dan sabar mendengar dengan seksama berita yang disampaikan suami tercinta. Perasaan kalut, takut, gelisah dan sedih menyertai pikirannya. Sebagai insan yang masih menyintai dan mengharapkan kehadiran suami di sisinya untuk sama-sama membesarkan anak mereka.. 

Keduanya mempertaruhkan CINTA kepada sesama manusia atau CINTA kepada Allah sang Pencipta. Keputusan Demokratis tercipta, keduanya sama-sama memutuskan untuk memilih lebih menyintai Allah dengan melaksanakan perintahNya sebagai wujud insan yang takwa dan tunduk dan taat kepada perintahNya.  

Hajar dengan penuh kelembutan berkata pada suami tercinta dengan ucapan “apakah yang mendorong dirimu untuk meninggalkan kami berdua? Apakah ini karena peritah Allah?. Ibrahim menjawab : Ya. Maka dengan lantang dan semangat Hajar berkata “Kalau demikian, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.” Pergilah untuk melaksanakan perintah Allah, ungkapan yang tulus dari insan beriman, yang mengorbankan cinta suaminya, demi mengejar cinta Allah.

Setelah ditinggal oleh suami untuk menyebarkan ajaran Tauhid pada daerah lain, terjadilah kisah nyata pertarungan seorang Ibu Siti Hajar di tengah padang pasir yang tandus, kering kerontang dan tidak berpenghuni kecuali dirinya dengan bayi semata wayangnya Ismail. 


Bekal air dan makanan yang disimpan Ibrahim telah habis, Ismail kecil terus menangis karena haus. Ia memiliki keinginan untuk minum dan tentunya ia membutuhkan air dan berapa banyak air yang dibutuhkan oleh Ismail untuk menghilangkan rasa hausnya. Hajar bingung, Ismail harus diselamatkan,  anak yang menjadi titipan suaminya untuk dirawat dan dibesarkan tapi belum menemukan solusinya.  Diarahkan pandangannya ke bukit yang tinggi (Shofa) dan dilihatnya air yang tergenang, dan selekasnya Hajar menuju tempat tersebut. 

Namun apa yang terlihat dari jauh tidak terbukti, dan hanya menemukan daerah yang kering juga. Arahnya kembali kepada tempat yang rendah (Marwah) dengan penglihatan yang sama, secepatnya menuju marwah, hal yang sama diperolehnya hanya fata

morgana. Sebanyak 7 kali bolak balik Hajar pada kedua tempat tersebut ( dijadikan syarat rukun haji yaitu melakukan Sa’i) hingga ditemukan sumber air yang besar yang bernama Zam-zam.  Maka selamatlah Ismail dan Siti Hajar tetap melanjutkan kehidupan dengan merawat anak satu-satunya tersebut.

Ismail tumbuh dan berkembang menjadi anak yang gagah dan bersahaja, akan yang menjadi kesenangan Ibunya Siti Hajar sekaligus Ibrahim yang sekali-sekali menjenguk isteri dan anaknya……   bersambung..

Dr. Muhammad Irwan, MP adalah :
        - Akademisi FEB Unram
        - Ketua Umum Rukun Keluarga Bima (RKB) Pulau Lombok Provinsi - NTB

Pewarta : Tim BidikNews
Editor  : BN-007

0 Komentar