Syariat PUASA Sebagai Balancing Jiwa, Begini....! Penjelasan Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag


BidikNews.net,Mataram
- Puasa disyariatkan oleh Allah adalah dalam rangka untuk balancing, alias untuk mencapai keseimbangan spiritual dan moral. Dalam konteks Islam, puasa diwajibkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dengan tujuan yang lebih luas daripada sekadar menahan diri dari makanan dan minuman selama waktu tertentu. 

Demikian Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag mengawali ceramah subuhnya pada hari ke-3 Ramadhan 1445 H atau Kamis, 14 Maret 2024 di Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah Mataram.

Puasa merupakan bentuk ibadah yang melibatkan seluruh aspek kehidupan seseorang, termasuk fisik, mental, dan spiritual.” Ujar Guru Besar UIN Mataram itu.

Perbedaan dalam praktik puasa antara umat Islam dan umat sebelumnya kata Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag dapat disebabkan oleh perbedaan ajaran agama dan tradisi-budaya. Setiap agama memiliki ajaran dan aturan tersendiri tentang puasa.”katanya.

Dihapan jamaah shalat subuh Masjid Al Achwan, Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag mengatakan, alam Islam, puasa di bulan Ramadan diwajibkan bagi setiap Muslim yang sudah mencapai usia baligh dan sehat secara fisik dan mental. 

Namun, dalam agama-agama sebelumnya, kata Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag terdapat puasa-puasa yang memiliki aturan dan tujuan yang berbeda. Praktik puasa juga dipengaruhi oleh tradisi dan budaya masyarakat tempat agama tersebut berkembang.” Terangnya.

Dengan demikian, kata Prof yang murah senyum itu, terdapat kesinambungan bahwa perintah puasa bagi umat Islam itu sebelumnya juga sudah dilakukan oleh umat sebelumnya. Dengan demikian kewajiban menjalankan puasa harusnya tidak dirasakan memberatkan. 

Firman Allah Swt  dalam Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 183:

  ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ُ الصِّÙŠَامُ ÙƒَÙ…َا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙ‰ الَّØ°ِينَ Ù…ِÙ†ْ Ù‚َبْÙ„ِÙƒُÙ…ْ Ù„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ْ تَتَّÙ‚ُونَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (Q.S. al-Baqarah [2]: 183).    

Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag juga mengisahkan bentuk puasa Nabi dan umat terdahulu adalah sebagai berikut;

Pertama, puasanya adalah Nabi Adam As. Pada waktu diturunkan dari surga ke muka bumi, Nabi Adam terbakar kulitnya oleh matahari, sehingga tubuhnya menghitam. Kemudian, ia diperintahkan untuk berpuasa tiga hari, yaitu tanggal 13, 14, dan 15. Pada hari pertama, memutihlah sepertiga tubuhnya, dan pada hari kedua dan ketiga memutihlah semuanya. Maka kemudian puasa ini disebut dengan puasa ayyamul bidh (hari-hari putih). Jika dimaknai secara kontekstual, pribadi Adam menjadi cemerlang usai 3 hari puasa tersebut.

Kedua, puasanya Nabi Daud dilaksanakan sehari puasa, sehari berbuka, demikian seterusnya. Disebut puasa Daud karena puasa itu dahulu telah dilaksanakan oleh Nabi Daud dan para pengikutnya. Hal ini sebagaimana pada sebuah Hadits: “Sebaik-baik puasa adalah puasanya saudaraku Daud, sehari berpuasa, sehari berbuka”.

Ada juga puasa kaum Yahudi tanggal 10 bulan Muharam, Praktek puasa ‘Asyura ini tetap dilaksanakan oleh Nabi sebagai metode dakwah untuk mengajak Ahlul Kitab masuk Islam. Diharapkan, orang Yahudi akan berfikir ternyata syariat Islam tidak jauh berbeda dengan syariat nabi Musa As. 


Nabi Ibrahim As. Juga berpuasa ketika Raja Namrud memerintahkan pengumpulan kayu untuk membakar diri Nabi Ibrahim. Ketika beliau dilemparkan ke dalam api yang berkobar beliau dalam keadaan berpuasa sampai akhirnya Allah memerintahkan agar api itu menjadi dingin dan tidak sedikitpun membakarnya. Nabi Yusuf As. juga berpuasa ketika sedang menjalani masa tahanan akibat kena fitnah. Nabi Ayub As. yang diuji dengan banyak cobaan juga berpuasa sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Puasa oleh kaum beriman di sepanjang zaman merupakan bentuk balancing pribadi manusia yang mendalam, mengajarkan nilai-nilai kesabaran, pengendalian diri, dan introspeksi. Dalam menghadapi godaan dan keinginan jasmani, puasa mengajarkan manusia untuk mengendalikan hawa nafsunya, memperkuat kemauan, dan mengeksplorasi dimensi spiritualnya yang lebih dalam. Selain itu, dalam kesendirian puasa, seseorang dapat merenungkan makna hidup, tujuan eksistensial, dan hubungan dengan Allah Swt.

Dikahir ceramahnya Oleh: Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag menyampaikan bahwa Bagi kaum muslimin, puasa dilakukan sebagai kewajiban agama yang ditetapkan oleh Allah Swt. Tujuannya adalah untuk mendekatkan diri kepada-Nya, membersihkan diri secara spiritual, meningkatkan kesabaran, dan menguatkan iman. 

Pendek kata, puasa memiliki makna spiritual yang mendalam, pengendalian diri, dan peningkatan ketaqwaan.” Tutupnya yang diamini oleh seluruh jamah shoalt subuh di Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah Mataram.

Pewarta: Dae Ompu




0 Komentar