REVITALISASI LINGKUNGAN MELALUI GERAKAN PENANAMAN POHON: UPAYA MEWUJUDKAN PARU-PARU DUNIA YANG BERKELANJUTAN Oleh: Prof. Dr. Bahtiar, M.Pd.Si

Prof. Dr. Bahtiar, M.Pd.Si - Akademisi UIN Mataram

Hari bumi sedunia yang diperingati setiap tanggal 22 April merupakan momentum penting untuk merefleksikan kembali hubungan manusia dengan alam. 

Di tengah krisis ekologi global yang ditandai oleh deforestasi, pencemaran lingkungan, serta perubahan iklim yang semakin ekstrem, diperlukan upaya konkret untuk merevitalisasi lingkungan demi keberlanjutan kehidupan. 

Salah satu strategi yang paling esensial dan berkelanjutan adalah gerakan penanaman pohon.

Pohon memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Melalui proses fotosintesis, pohon menyerap karbon dioksida (CO₂) dari atmosfer dan melepaskan oksigen (O₂) yang sangat dibutuhkan makhluk hidup. Oleh karena itu, keberadaan pohon sering diibaratkan sebagai paru-paru dunia.

Penanaman pohon bukan hanya sekadar aksi simbolik, melainkan langkah nyata dalam mengatasi berbagai persoalan lingkungan secara holistik, dari mitigasi perubahan iklim, konservasi keanekaragaman hayati, hingga peningkatan kualitas hidup manusia.
Revitalisasi lingkungan adalah proses pemulihan kondisi ekologis suatu wilayah yang telah mengalami degradasi.

Fenomena ini terjadi akibat aktivitas manusia seperti penebangan hutan secara masif, alih fungsi lahan, pencemaran industri, dan eksploitasi sumber daya alam tanpa kendali. Akibatnya, berbagai fungsi lingkungan mengalami gangguan, mulai dari meningkatnya suhu global (global warming), terganggunya siklus air, menurunnya produktivitas tanah, hingga hilangnya habitat satwa liar.

Revitalisasi lingkungan menjadi suatu kebutuhan yang mendesak di era modern. Tanpa upaya pemulihan yang sistematis, dampak negatif dari degradasi lingkungan akan semakin memperburuk krisis ekologis dan memperlemah ketahanan lingkungan terhadap bencana alam.

Dalam konteks ini, gerakan penanaman pohon berperan sebagai pendekatan praktis dan terukur yang dapat memberikan dampak jangka pendek maupun panjang terhadap pemulihan ekosistem yang rusak.

Secara ilmiah, pohon memiliki kemampuan menyerap karbon dan menyimpannya dalam jaringan biomassa melalui proses yang dikenal sebagai carbon sequestration.

Menurut kajian dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), pohon-pohon di hutan tropis mampu menyerap sekitar 2,4 miliar ton CO₂ setiap tahun. Dengan demikian, pohon berperan langsung dalam mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer dan membantu menahan laju perubahan iklim.

Selain fungsi klimatologis, pohon juga meningkatkan kualitas udara dengan menyaring partikel debu dan polutan, mengurangi kebisingan, serta menjaga kelembaban udara. 

Dalam konteks urban, keberadaan pohon mampu menurunkan suhu permukaan kota melalui efek evapotranspirasi, menciptakan ruang terbuka hijau, serta mendukung kesehatan mental dan fisik masyarakat.

Secara ekologis, pohon menjadi penopang keanekaragaman hayati karena menyediakan habitat dan sumber makanan bagi berbagai spesies flora dan fauna. Sistem perakaran pohon juga berfungsi menstabilkan tanah, mencegah erosi, dan meningkatkan kapasitas infiltrasi air tanah, yang pada akhirnya menjaga keseimbangan siklus hidrologi.

Gerakan penanaman pohon adalah bentuk intervensi ekologis yang dapat dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat, mulai dari individu, kelompok masyarakat, hingga institusi pemerintahan dan swasta. Kegiatan ini memiliki dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan yang saling berkaitan. 

Di banyak negara, gerakan penanaman pohon menjadi bagian dari kebijakan nasional maupun gerakan global seperti The Bonn Challenge, One Trillion Trees Initiative, dan Greening the Planet Movement.

Agar gerakan ini efektif, diperlukan perencanaan yang matang mulai dari pemetaan wilayah kritis, pemilihan jenis pohon yang sesuai dengan kondisi ekologis lokal, pelibatan masyarakat dalam proses penanaman dan perawatan, hingga monitoring keberhasilan pertumbuhan pohon dalam jangka panjang. Penanaman tanpa perawatan hanya akan menghasilkan angka, bukan dampak ekologis.

Selain itu, edukasi lingkungan juga menjadi komponen penting dalam setiap gerakan penanaman pohon. Masyarakat, khususnya generasi muda, perlu diberikan pemahaman mengenai peran pohon dalam kehidupan, teknik menanam yang benar, dan pentingnya keberlanjutan dalam mengelola sumber daya alam.
Indonesia sebagai negara megabiodiversitas memiliki peran penting dalam menjaga paru-paru dunia.

Namun, Indonesia juga menghadapi tantangan serius berupa deforestasi yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, program reboisasi dan rehabilitasi hutan menjadi bagian penting dari strategi nasional pengelolaan lingkungan.

Beberapa inisiatif seperti Gerakan Nasional Pemulihan Daerah Aliran Sungai (GNPDAS), Program Perhutanan Sosial, dan Kampanye Penanaman Satu Miliar Pohon menjadi langkah nyata pemerintah dalam mendorong partisipasi publik untuk menanam dan merawat pohon. Di tingkat lokal, berbagai komunitas lingkungan, sekolah, hingga pesantren telah melaksanakan program penghijauan sebagai bagian dari pendidikan karakter dan tanggung jawab ekologis.

Misalnya, hari ini di UIN Mataram, melaksanakan kegiatan penanaman pohon yang melibatkan seluruh civitas akademika UIN Mataram. 

Kegiatan ini tidak hanya berdampak pada perbaikan ekosistem, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat kampus terhadap pentingnya kelestarian lingkungan.

Meski gerakan penanaman pohon telah menjadi agenda global dan nasional, pelaksanaannya tidak lepas dari tantangan. Beberapa di antaranya adalah kurangnya koordinasi antar lembaga, minimnya anggaran pemeliharaan pohon, serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam jangka panjang. 

Di beberapa daerah, penanaman dilakukan secara seremonial tanpa perencanaan ekologis yang matang, sehingga banyak pohon yang mati atau tidak tumbuh optimal. Oleh karena itu, penting untuk membangun model kolaborasi lintas sektor yang berkelanjutan. 

Prof. Dr. Bahtiar, M.Pd.Sibersama Keluarga

Pemerintah perlu memberikan insentif bagi masyarakat yang aktif dalam penghijauan, sementara sektor swasta dapat berperan dalam pembiayaan kegiatan melalui program corporate social responsibility (CSR).

Institusi pendidikan (kampus/sekolah) juga memiliki tanggung jawab moral untuk menanamkan nilai-nilai ekoliterasi kepada siswa/mahasiwa sejak dini.

 "Selamat Hari Bumi! Mulailah dari langkah kecil: kurangi sampah, tanam pohon, dan cintai alam. Karena bumi hanya satu."

Penulis: Adalah Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram


0 Komentar