Mengintip Aktifitas Waria Bergincu, Tapi Sering Kencing Berdiri

foto : ilustrasi BidikNews. waria bergincu

“Waria atau wanita pria adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Waria dapat diartikan sebagai pria yang dianalogikan dengan perilaku yang lemah gemulai, lembut, dan kewanita-wanitaan. waria adalah laki-laki yang meniru perilaku perempuan, waria suka bergincu tetapi mereka sering kencing berdiri.

BidikNews-Waria bisa dikategorikan sebagai pria yang berjiwa perempuan. Ingin bergincu tetapi harus kencing berdiri sehingga komunitas waria banyak mengalami penolakan dari masyarakat, kerap menjadi sasaran penertiban Satpol-PP dan produk hukum berupa perda pun memusuhi waria.

Pertama, seseorang menjadi waria disebabkan oleh faktor biologis, yaitu karena lebih dominannya hormon seksual perempuan. Hormon seksual perempuan mempengaruhi pola perilaku seseorang menjadi feminin dan berperilaku perempuan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa transgender atau waria merupakan salah satu kelompok masyarakat yang sangat rentan terhadap perlakuan diskriminatif.

foto : Ilustrasi BidikNews. waria yang sedang kencing berdiri

Mereka yang memiliki identitas gender dan orientasi seksual yang berbeda cenderung tidak mendapat banyak pilihan dalam menjalankan kehidupannya di tengah masyarakat.

Akses pendidikan dan hak atas pekerjaan layak yang selalu tidak berpihak, membuat mereka secara terpaksa sebagian besar memutuskan untuk menjadi pekerja seks. Mereka yang memiliki keahlian di bidang tata rias memilih bekerja di salon kecantikan. Sisanya memutuskan menjadi pengamen jalanan.

Dengan pilihan menjadi pekerja seks, mereka tidak bisa menghindar dari stigma negatif masyarakat. Mery Salah seorang waria yang sempat diajak bincang dengan BidikNews, mengatakan bahwa ia mengaku terpaksa menjadi pekerja seks, karena ia hanya berijazah SMA, sehingga sulit untuk bisa bersaing mendapatkan pekerjaan yang layak.

Kalaupun ada lapangan pekerjaan, seringkali mereka ditolak bekerja karena identitas mereka sebagai waria dianggap sebagai suatu yang menyalahi nilai dan norma masyarakat.

foto : Ilustrasi BidikNews.

"Sebagai waria, kami tidak punya banyak pilihan untuk menikmati hak selayaknya warga negara. Sistem di masyarakat mendiskriminasi kami. Masyarakat juga punya andil membuat kami seperti ini," ujar Mery yang memiliki nama asli M.Tayeb di KTP nya pada BidikNews.

"Dari segi pendidikan seorang waria tidak mendapat akses yang sama dengan orang-orang lain. Itu yang membuat kami akhirnya memilih menjadi pekerja seks." ucap Mery.

Situasi menjadi lebih tidak adil ketika stigma negatif dari masyarakat yang ditujukan terhadap seorang waria pekerja seks justru lahir dari perlakuan diskriminatif di masyarakat.

Hal itu juga di akui Mery, menurutnya, tidak bisa disangkal bahwa sebenarnya masyarakat juga memiliki andil dalam menciptakan kondisi kehidupan kami waria yang dianggap tidak sesuai dengan norma.” Ujarnya.

Tanpa pekerjaan tentu saja membuat waria kesulitan menghidupi dirinya. Akibatnya banyak waria memilih menjadi pekerja X sebagai solusi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, beruntung jika bisa bekerja di perusahan dengan gaji tetap.

Para waria paling banyak mendapat diskriminasi karena penampilan sehingga hak ekonomi mereka terbatas sehingga masuk dalam dunia X tidak bisa dihindari.

Foto : Ilustrasi BidikNews. 17 Agustus waria ikut meriahkan HUT RI

Ditengah sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak, para waria juga tak ketinggalan ketika HUT RI 17  Agustus mereka kerap ambil bagian dalam setiap kegiatan yang dapat menarik perhatian warga sekitar. Sebuah kegiatan positif bahwa mereka juga memiliki rasa bangga terhadap negara yang ia cintai. 

Kami selalu hadir untuk kegiatan ditengah masyarakat, sehingga kami pun tetap optimis, bahwa kami akan berusaha untuk berubah menjadi pria sejati, kami ingin hidup normal seperti pria lain,” kata Mery yang memiliki nama asli M. Tayeb ini.


Pewarta : Tim BidikNews
Editor  : BN-007

0 Komentar