"Salah satu sebutan Ramadhan adalah sebagai Syahrul Qur’an, Karena al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan ini, berarti kita diberi kesempatan untuk semakin dekat dengan al-Qur’an."
BidikNews - Hal itu disampaikan Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag pada kuliah subuh yang diikuti ratusan jamaah pada, 13 April 2022/11 Ramadhan 1443 H di masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah Mataram.
Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag mengatakan, Coba kita intropeksi, di luar bulan Ramadhan, waktu kita habis untuk bekerja mencari nafkah, mengurus keluarga, melaksanakan tugas2 sosial, berorganisasi, berpolitik, atau aktifitas lainnya, sehingga seperti tidak punya waktu luang untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Jikalau sempat mungkin hanya sekedar saja, belum bisa istiqomah” Ujarnya.
“Mumpung sekarang bulan Ramadhan, mari kita perkuat kedekatan relasi kita dengan Al-Qur’an, apalagi pahalanya dilipatgandakan oleh Allah Swt. Namun tentunya, bukan semata mengejar pahala, tapi karena niatan substansial mengagungkan al-Qur’an semata karena Allah,” jelas Dosen senior UIN Mataram ini.
Al-Qu’an wajib kita imani. Bukti keimanan terhadapnya diawali dari keyakinan sebagai wahyu, rajin membacanya, senang mendengarkannya, berusaha memahaminya, mengamalkan hukum2nya, mengambil pelajaran dari kandungan2nya dst, yang pada intinya menjadikannya sebagai pdoman dalam kehidupan. Salah satu pertanyaan di alam kubur nanti: ma imamuka (siapa imammu). Apakah lisan kita akan mampu menjawab: Al-Qur’an-u imami, jika ia tidak rajin membacanya. ” ujar Pria yang santun dan bersahaja ini.
Ada banyak manfaat yang diperoleh bagi ummat Islam jika bersahabat dg Al-Qur’an, kata DR.Ahmad Amir Azis antara lain,
![]() |
Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag |
Pertama, BacaAl-Quran dengan baik sesuai bunyi hurufnya, baca sebanyak-banyaknya walau tidak memahami maknanya. Bertambah banyak membacanya, maka bertambah pahala yang akan didapat. Membaca sampai khatam sangat recomended. Para sahabat dulu banyak yang khatam al-Qur’an dalam waktu sepekan. Bahkan Utsman bin Affan semalam khatam itu biasa. Firman Allah Swt; Warattilil Qur’an-a tartila.” Jelas Ahmad Amir Azis
Selain membaca, mendengarkan bacaan orang lain juga diajurkan, Hal ini juga dapat mempererat hubungan emosional kita dg Al-Qur’an.Zaman skrg sudah mudah, banyak mp3 bacaan Al-Qur’an yang dapat kita dengarkan di hp, laptop, audio mobil dan media lainnya.” Kata Ustadz H. Ahmad Amir Azis.
Ustadz Amir Azis mengisahkan, bahwa Nabi sendiri rindu bacaan Al-Qur’an dari sahabatnya. Suatu ketika beliau memanggil Abdullah ibn Mas’ud dan memintanya untuk membacakannya al-Qur’an, Abdullah Ibn Mas’ud sendiri sempat heran karena bukankah Al-Qur’an telah diturunkan langsung kpd Nabi kok ini malah dia yang disuruh membacakannya kpd beliau. Kemudian Rasulullah mengatakan:
“Aku ingin mendengar bacaan Al-Qur’an dari orang lain”. Lantas Ibn Mas’ud membacakan di hadapan beliau Surat an-Nisa’ dari awal surat hingga ayat 41 yang artinya: “dan bagaimanakah keadaan orang kafir nanti jika kami datangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan Engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka”. Lalu, “cukup” kata Nabi, sambil beliau meneteskan air mata.
Dengan demikian membaca atau mendengar ayat-ayat dan meresapinya merupakan contoh keteladanan yang langsung dipraktekkan oleh baginda Rasulullah Saw. Efek membaca atau mendengarkan: menghilangkan kegundahan, memperteguh keyakinan pd Allah, akan terasa tenang, nyaman dan perasaan damai.
Ada adab (etika/tata-krama) sebelum membaca al-Qur’an, kata Ahmad Amir Aziz yaitu; wudhu, hadapkan hati kepada Allah, jaga sikap batin ini bukan baca teks seperti bacaan biasa tapi ini kalamullah yang hakikatnya kita berkomunikasi dg Allah.
Pastikan kita ter-connect dg Al-Qur’an, dalam kita connect-jalinan shg kita layak disebut sebagai “Shahibnya Al-Qur’an”. Bacanya harus tiap hari, bukan hanya saat Ramadhan saja, sampai hati ini terasa menyatu dan ringan membacanya.” Tutur Ahmad Amir Azis.
Dijelaskan Dosen Senior UIN Mataram ini bahwa ada satu teori untuk bisa sampai ke situ. Pertama: Pemaksaan, kebaikan pada tahap awal perlu pemaksaan. Kalau tidak kita memaksa diri sendiri kapan diri ini mau melakaukan hal-hal Sunnah, pasti digoda syetan untuk tidak usah sok alim dst. Kedua, Pembiasaan, melalui latihan tiap hari baca 1-2 lembar tapi harus rutin. Ketiga, Kebutuhan, jika sudah terbiasa maka akan menjadi kebutuhan batin. Tidak baca Al-Qur’an misalnya akan terasa ada yang kurang. dan Terakhir, terasa manisnya hidup bersama Al-Qur’an, yakni saat orang sudah menyatu jiwa-raganya dg Al-Qur’an.
Sahabat- sahabat Qur`an. Jamaah Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah Mataram. |
Kedua, Berusaha memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Pahamilah pesan-pesan dari ayat-ayat Al-Qur’an dengan membaca terjemahannya. Jika memahami dengan penghayatan, makna-makna yang kita pahami akan menyentuh hati. Lebih jauh bisa dibaca tafsir-tafsir Al-Qur’an yang mana sudah banyak pula edisi terjemahan bahasa Indonesianya. Ataupun kitab-kitab tafsir penulis Indonesia sendiri semacam Al-Misbah karya Prof. Quraish Shihab, Al-Azhar karya HAMKA, dll.
Jika tidak memungkinkan, bisa dengan ikuti kajian-kajian, majelis taklim, kita simak dengan baik, sambil mendiskusikannya, sehingga wawasan tentang pesan-pesan dari Al-Quran bertambah lebih luas. Syukur-syukur jika ayat-ayat tertentu, surat-surat tertentu kita dalami kandungannya. Apalagi kalau membacanya berulang2 hingga hafal, ada menfaat khusus yang akan diperoleh.
Lantas apa manfaatnya? Mari kita perhatikan Sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan dalam kitab hadis Shahih Muslim sbb:
Iqra-ul Qur’ana fainnahu yakti yaumal qiyamati syafi’an li ash-habihi
Suasana di Masjid Al Achwan GPI ketika menyimak cermah dan kuliah subuh oleh DR. H. Ahmad Amir Aziz, M. Ag. |
“Bacalah oleh kalian Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari qiyamat sebagai pemberi syafaat bagi pembacanya”.
Rasulullah Saw juga menyuruh kita untuk membaca surat Az-Zahrawain, yaitu Al-Baqarah dan Ali Imran. Kedua surat itu akan datang pada hari kiamat berbentuk ghamamatan (dua gumpalan awan) atau seperti sekawanan burung yang mengepakkan sayapnya di udara yang akan menjadi hujjah (pembela/pelindung) bagi para shahibnya. (HR. Muslim).
Ada satu kisah keutamaan salah satu surat dalam Al-Qur’an jika ia sering kita baca. Ibnu Abbas mengatakan bahwa salah seorang sahabat Nabi Saw, membuat tenda di dekat sebuah kuburan, padahal ia tidak mengetahui bahwa tempat itu adalah kuburan. Tiba-tiba ia menyadari bahwa itu adalah kuburan seseorang, ia mendengarnya sedang membaca surat Al-Mulk hingga khatam. Maka ia datang kepada Nabi Saw. dan bertanya,
"Wahai Rasulullah, aku telah memasang tendaku di dekat sebuah kuburan, sedangkan aku tidak menyadari bahwa tempat itu adalah kuburan. Tiba-tiba kudengar dari dalamnya seseorang membaca surat Al-Mulk sampai selesai."
Maka Rasulullah Saw. bersabda: "Hiya al-Mani’ah al-Munjiyah tunjihi min adzabil qabri" (Itu adalah surat penangkal dan juga penyelamat, yang menyelamatkan pembacanya dari siksa kubur). Riwayat ini termuat dalam tafsir Ibn Katsir.
Ketiga, Mengamalkan Al-Quran. Dalam bertindak, bersikap, berkata, dan bergaul, seyogyanya kita selalu ingat pesan-pesan Al-Qur’an. Kita buang standar2 atau patokan lain, kita kembali pada prinsip2 yang diajarkan Al-Qur’an karena ia sebagai petunjuk, penuntun (imam), dan cahaya bagi kehidupan.
Jika ketiga hal tersebut kita jalankan dengan sungguh-sugguh kita akan menjadi sahabat Al-Qur’an. Sebagaimana sahabat sejati, susah senang selalu bersama. Demikian al-Qur’an, dia akan mendapingi kita dikala susah, menjadi teman penghibur di alam barzakh, penyelamat siksa kubur, dan menjadi syafaat di akhirat kelak. Aamin Ya Rabbal Aalamiin.
Pewarta : dae Ompu
Edoitor : BN - 007
0 Komentar