Kisah Tukang Fitnah dan Pendengki yang Menghasut Raja

foto : Ilustrasi BidikNews

BidikNews - Dikisahkan, ada seorang raja memerintah di suatu negeri. Pada suatu hari seseorang datang ke istananya dan menasehati Raja, “Balaslah orang yang berbuat baik karena kebaikan yang ia lakukan kepada Baginda. Tetapi jangan hiraukan orang yang berbuat dengki pada Baginda, karena kedengkian itu sudah cukup untuk mencelakakan dirinya.”

Maksud orang itu, hendaknya kita membalas kebaikan orang yang berbuat baik pada kita, namun kita jangan membalas orang yang berbuat dengki dengan kedengkian lagi. Cukup kita biarkan saja.

Sesaat setelah orang memberi nasehat pergi, hadir seorang yang pendengki ia menghadap raja di istana itu, dan berkata, “Tadi orang itu berbicara padaku, bahwa mulut Baginda bau. Jika Baginda tak percaya, panggillah lagi orang itu esok hari. Jika ia menutup mulutnya, itu pertanda bahwa ia menghindari bau mulut Paduka.” Raja tersinggung dan berjanji akan memanggil si pemberi nasehat esok hari.

Sebelum orang yang menasehati rakja itu dipanggil ke istana, si pendengki menghampirinya terlebih dahulu dan mengundangnya untuk makan bersama.

Si pendengki memberi orang itu banyak bawang dan makanan yang berbau tajam, sehingga mulut si penasehat menjadi bau. Keesokan harinya ia dipanggil Raja dan kembali memberikan nasehat yang sama. Raja lalu berkata, “Kemarilah engkau mendekat.” Orang yang telah memakan banyak bawang itu lalu mendekati Raja dan menutupi mulutnya sendiri karena khawatir aroma mulutnya akan mengganggu sang Raja.

Melihat orang itu menutupi mulutnya, Raja pun berkesimpulan bahwa orang ini sedang bermaksud untuk menghina dirinya. Sang Raja lalu menulis surat dan memberikannya pada orang itu.

“Bawalah surat ini kepada salah seorang menteriku,” ucap Raja, “Niscaya ia akan memberimu hadiah.”

Sebetulnya surat yang ditulis Raja ini bukanlah surat utuk pemberian hadiah. Raja sangat tersinggung, karena itu ia menulis dalam surat itu, “Hai menteriku, jika engkau bertemu dengan orang yang membawa surat ini, penggallah kepalanya. Kemudian bawalah kepala orang ini ke hadapanku.”

Pergilah si pemberi nasehat itu dari istana. Di pintu keluar, ia bertemu dengan si pendengki. “Apa yang dilakukan baginda kepadamu?” Pendengki ingin tahu.

“Raja menjanjikanku hadiah dari salah seorang menterinya,” ujar si pemberi nasehat seraya memperlihatkan surat dari Raja.

“Kalau begitu biar aku yang membawanya,” kata si pendengki. Akhirnya, orang yang pendengki itulah yang celaka dan mendapat hukuman mati.

Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa hasad atau dengki memang betul-betul dapat menjadi malapetaka bencana bagi orang yang menghamba rasa dengki dan hasad.

Pewarta : Tim BidikNews
Editor    : BN-007

0 Komentar