Qurban Dan Geliat Ekonomi Umat (2)

 Dr. Muhammad Irwan, MP
Akademisi FEB Unram/Ketua Umum RKB Pulau Lombok



BidikNews
- Ismail tumbuh dan berkembang menjadi anak yang gagah dan bersahaja, yang menjadi kesenangan Ibunya Siti Hajar sekaligus Ibrahim yang sekali-sekali menjenguk isteri dan anaknya. Ia tumbuh dan menjalani masa keceriaan sebagai anak-anak, bermain dengan teman-teman sebayanya. Ibrahim yang masih melaksanakan tugas mulia di daerah lain, kerap datang menjenguk isteri dan anaknya tersebut. Namun pada saat datang berkunjung, nabi Ibrahim bermimpi untuk menyembelih anak yang sedang tumbuh dan gagah tersebut.

Ujian keimanan atas nama cinta masih Allah berikan kepada Ibrahim.  Usianya yang semakin bertambah, dan berharap anak satu-satunya ini akan dapat melanjutkan perjuangan untuk menegakkan risalah Allah, kebenaran dan keadilan harus berhadapan dengan melaksanakan perintah Allah. Antara cinta harta dan keturunan serta cinta kepada Allah berakhir terhadap diri nabi Ibrahim sebagaimana firman Allah dalam surat As-Saaffad 99 -112.

Musyawarah dan mufakat terjadi antara  tiga sosok manusia, Ayah, Ibu dan anak untuk mengeksekusi perintah Allah melalui mimpi. Demokrasi berjalan untuk membuat keputusan bersama tanpa ada unsur paksaan dan memaksakan kehendak. Sosok Ibrahim sang Ayah, menceritakan mimpinya meminta pertimbangan sang anak Ismail, untuk memutuskannya.  Siti Hajar sang Ibu yang hamil, melahirkan, menyusui dan membesarkannya tidak dapat menolak bila berkenaan dengan perintah Allah. Tinggal menanti keputusan terakhir yang terucap dari mulut Ismail di buah hati.

Ismail sebagai generasi muda (anak) meskipun usianya belum dewasa, namun telah mampu berpikir rasional.  Dengan penuh keyakinan keularlah ucapan yang menyentakkan jiwa dari mulut Ismail “Wahai Ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Dan Insyaa Allah kamu akan mendapatkanku termasuk orang-orang yang sabar dan ridha dengan kehendak Allah”. Jawaban yang begitu tegas, yang menghadirkan kesedihan dan kebahagiaan yang tiada tara bagi Ayah dan Ibunya.  Dalam waktu yang tidak terlalu lama, kedua insan hamba (Ayah dan anak) akan segera melakukan eksekusi perintah Allah.

Sang Ayah ikhlas melakukan penyembelihan anaknya demi melaksanakan perintah dan cintanya kepada Allah melebihi cintanya kepada anak. Sang Anak ikhlas membiarkan dirinya untuk dikurban untuk memenuhi perintah Allah dan membiarkan cinta kedua orang tuanya mewujudkan kecintaannya kepada sang pemberi cinta sejati yaitu Allah SWT. Kita sudah pahami bersama, bahwa didetik-detik terakhir proses penyembelihan akan berlangsung, sosok Ismail yang gagah berani, yang memiliki jiwa penuh kesabaran dan anak yang patuh pada kehendak orang tua atas perintah Allah diganti dengan seekor domba, sebagai momentum diperintahkannya berkurban bagi umat Islam yang mampu.  

Ismail adalah sosok anak sekaligus generasi muda penerus perjuangan ayahnya telah memberikan contoh kepada generasi muda berikutnya tentang cara patuh, taat dan turut kepada perintah orang tua. Sosok Ismail telah memberikan keteladanan ketaatan seorang anak terhadap orang tuanya. Dia tidak berani membantah keinginan dan kehendak orang tuanya bahkan dengan ikhlas mengijinkan orang tuanya untuk menyembelihnya demi menegakkan perintah Allah.  Kisah Ismail dapat dijadikan hikmah dan pelajaran generasi muda pada masa kini dan masa mendatang.  Seiring dengan semakin majunya tekhnologi, secara perlahan telah menggeser bakti seorang anak terhadap orang tuanya.

Terkadang kita melihat perilaku anak-anak yang tidak mengambil sabarnya Ismail untuk melaksanakan perintah orang tua. Terkadang kita saksikan anak-anak enggan mengikuti ajakan dan perintah orang tua, bahkan ditentangnya.  Sikap ini adalah sikap yang bertentangan dengan hikmah berqurban yang menuntut kesabaran dan keikhlasan. Perintah berkurban pada prinsipnya adalah mengajak pada manusia  untuk  mendekatkan diri serta melaksanakan perintah-perintah agama dalam bingkai takwa, ikhlas dan sabar dan tergolong orang-orang yang sholeh.

KESALEHAN SOSIAL


Perintah berkurban pada prinsipnya adalah mengajak pada manusia  untuk  mendekatkan diri serta melaksanakan perintah – perintah agama dalam bingkai takwa. Bagi orang yang bertakwa melaksanakan qurban sekali dalam setahun merupakan upaya untuk membersikah diri dari jiwa pelit dan kikir. Mensucikan diri dari jiwa serakah dan tamak, serta untuk membiasakan diri memperhatikan dan peduli kepada sesama manusia yang kondisinya masih tidak lebih baik dari kondisi mereka saat ini. Orang yang bertakwa yang melaksanakan qurban menyadari bahwa apa yang telah diraih sekarang, entah jabatan, harta yang banyak tidak diperoleh dari usaha sendiri melainkan ada keterlibatan orang lain utamanya para fakir miskin.  Keterlibatan orang lain dan fakir miskin dalam membantu dan memperlancar usahanya tidak dinafikan dan dilupakannya. Dia menyadari sepenuhnya, masih ada saudara-saudara seiman yang tidak dapat mengkonsumsi daging dalam kehidupannya karena mahalnya harga daging.

Orang-orang yang beriman dan bertakwa telah mampu melaksanakan ibadah qurban sekaligus menghadirkan berbagai jenis kesalehan salah satunya adalah kesalehan sosial.  Kesalehan sosial mencakup semua aspek yang berkaitan dengan permasalahan kemasyarakatan baik yang menyangkut hubungan sesama manusia, baik horizontal (sesama warga) maupun fertikal (dengan pemerintah).  

Kesalehan sosial berpijak pada sikap dan akhlak yang dimiliki oleh setiap individu terhadap orang lain. Kesalehan sosial merupakan wujud dari kesadaran individu untuk turut berpartisipasi dalam menciptakan dan memberikan kebahagian kepada orang lain. Kesalehan sosial merupakan implementasi dari orang yang memiliki kepedulian dan prihatin dengan kondisi orang lain didasarkan pada nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam. Kesalehan sosial adalah bentuk ibadah yang tidak hanya tertuju pada kegiatan individu seperti sholat, puasa, dan berhaji. Namun merangkum pula kegiatan sosial dengan memperhatikan serta  memberi kepada orang lain seperti zakat, infaq, sedekah, berkurban dan lainnya. Kesalehan yang dilakukan secara individual di dalam ajara Islam yang sempurna harus dibarengi dengan kesalehan sosial.

Tujuan Allah menciptakan Jin dan Manusia adalah untuk beribadah selain secara vertikal kepada Allah mamun dilakukan pula ibadah secara horizontal melalui kesalehen sosial. Memotong hewan qurban merupakan simbol kebersamaan hakiki dalam islam di samping ibadah-ibadah lainnya baik yang wajib maupun sunah. Islam menghadirkan manusia-manusia yang memiliki kepekaan sosial, memiliki jiwa persuadaraan dan persatuan, memiliki jiwa sakit dan senang bersama, memiliki semangat  membangun dan saling tolong menolong antar sesama, dan hal ini telah dicontohkan oleh Ibrahim dan Ismail.

Berqurban sejatinya melahirkan manusia-manusia takwa yang siap mengorbankan jiwa dan raganya untuk melaksanakan ajaran agama Islam terutama ajaran tauhid yang telah dibawa oleh Ibrahim. Ibrahim adalah suri tauladan abadi.  Ia telah mengokohkan dirinya sebagai sosok yang mampu melaksanakan dan mewujudkan kepercayaan Allah.  

Tidak sedikit yang kita saksikan, banyak manusia-manusia yang dikorbankan, mengorbankan diri untuk sesuatu tujuan yang bersifat duniawi semata. Keteladanan yang dibawa oleh Ibrahim dan Ismail dikesampingkan bahkan disingkirkan, nilai-nilai kepercayaan dan kejujuran begitu mudahnya dibolak-balikkan menjadi kemunafikan dan kedustaaan. Dan pilar-pilar keteladanan yang telah dibawa oleh Ibrahim dan Ismail tinggal puing-puing  berserakan yang ditendang  seperti bola yang arahnya sesuai dengan kehendak penendang tersebut.

Kesalehan sosial menuntut manusia beriman dan bertakwa untuk memiliki komitmen tinggi tetap menjalankannya, terkeculai kondisinya tidak mampu lagi dalam aspek materi.  Sisi lain, adanya kesalehan sosial harus mampu merubah sikap dan prilaku dari penerima bantuan sosial untuk menjadi lebih baik, Kesalehan sosial tidak hanya terjadi dalam jangka pendek dan memperoleh kepuasaan sesaat, namun harus dilakukan secara berkesinambungan, secara teratur agar orang-orang yang menerima bantuan sosial mampu merubah kondisi akhlak dan mental, kondisi sosial ekonominya akan lebih baik dari hari ini, dan pada waktunya mereka akan dianulir dan dicoret dari list yang menerima bantuan. Kesalehan sosial akan mampu mendongkrat dan menghadirkan aktivitas ekonomi umat yang menggeliat….bersambung…

Pewarta : Tim BidikNews
Editor    : BN-007

0 Komentar