Prof Haedar Nashir : Muktamar Muhammadiyah Harus Bermartabat


Diusia 110 tahun sejak didirikan pada November 1912 
Muhammdiyah telah menjadi gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar, baik di bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan, dan sosial. Tujuan dari gerakan dakwah adalah terciptanya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridai Allah Subhanahu Wata'ala.

BidikNews, Solo – Pengabdian dan kiprah Muhammadiyah selama lebih dari satu abad untuk berbakti kepada negeri terbukti mampu menjaga sekaligus mengembangkan Islam rahmatan lil alamin tanpa cela dari keislaman dan keindonesiaan.

Organisasi Islam yang didirikan KH Ahmad Dahlan tetap meneguhkan komitmennya untuk terus berkhidmat memberdayakan umat dan kemajuan bangsa.

“Dengan semangat yang sama, mari kita jadikan muktamar tetap menjadi bermartabat, uswah hasanah, serta membawa kemajuan bagi umat dan bangsa,” ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, di lokasi muktamar, di Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (18/11).

Muhammadiyah kata Haedar akan terus membangun keseimbangan di antara keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan semesta. Dengan cara seperti itu, umat akan bisa maju, bangsa bisa maju, sekaligus berperan secara tersistem. Peran-peran besar itu akan mampu dijalankan Muhammadiyah ke depan.” Kata HHaedar Nashir penuh yakin. 

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, juga mengungkapkan bahwa, Muhammadiyah akan terus melakukan reformasi organisasi dan kaderisasi sekaligus beradaptasi dengan teknologi informasi yang semakin canggih. Bahkan pemilihan dalam tanwir maupun muktamar akan dilakukan melalui e-voting sepenuhnya.

Dibalik sistem e-voting tersebut ada kepercayaan, amanah, dan integritas warga, kader, serta pimpinan Muhammadiyah. Sebagai pimpinan, ia merasa tidak ada yang abadi, termasuk posisi dan jabatan.

Ini berarti bahwa, Muhammadiyah menjadi pelopor organisasi yang menerapkan sistem tersebut, dan membuktikan Muhammadiyah tidak pernah cemas dengan hal-hal negatif yang ada.”” Ujar Haedar.

Dikatakannya,  integrasi amal usaha harus dilakukan Muhammadiyah. Sebab, amal usaha merupakan modal besar yang tidak dimiliki organisasi lain. Ketika amal usaha maju, maka persayrikatan maju. Ketika yang lain bicara Islam rahmatan lil alamin, Muhammadiyah senantiasa membuktikan lewat amal-amal usahanya yang inklusif untuk semua.

Di sisi lain, kata Haedar kekuatan ekonomi akan sangat mempengaruhi politik. Karenanya, menurut Haedar, melalui kekuatan ekonomi yang mumpuni, umat Islam dapat diangkat martabatnya menjadi umat yang yadul ulya atau tangan di atas. 

“Insya Allah, kita akan mampu menggerakkan itu, secara sistemik, perlahan tapi pasti tanpa perlu cara-cara instan,” kata Haedar.

Gerak langkah Muhammadiyah saat ini dan ke depan akan menghadapi banyak tantangan baru seperti globalisasi, modernisasi abad 21, revolusi teknologi informasi, hingga geopolitik ekonomi, budaya, global dan regional. Karena itu, kata dia, nilai-nilai religiusitas harus semakin kokoh, mencerdaskan, dan mencerahkan.

“Masyarakat kini banyak yang haus nilai-nilai agama, spiritual yang dalam lalu lintas paham keagamaan begitu luas spektrumnya. Muhammadiyah ke depan harus hadir menanamkan nilai-nilai Islam yang meneduhkan dan mencerahkan,” ujar dia.

Prof. Haedar Nashir juga menegaskan, bahwa Muhammadiyah mengajarkan agar jangan mencari jabatan, sekali diberi amanah tunaikan dengan baik, dan ketika tidak diberi amanah tetap berkhidmat,” kata Haedar. 

Pewarta : Tim BidikNews


0 Komentar