Smart City Bernama Marina Bay City Dibangun di Lombok, Assosiate Professor Dr. Iwan Harsono,SE.,M.Ec. Sebut Proyek Ambisius Tanpa Bukti Dana Kongkrit

Smart City Bernama Marina Bay City 

BidikNews.net
- Konsep Smart city atau kota cerdas sejatinya yakni inovasi dan teknologi. Smart City adalah suatu konsep pengembangan kota yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan publik dan kualitas hidup warganya. 

Smart city atau kota pintar menawarkan berbagai manfaat, termasuk peningkatan efisiensi pengelolaan sumber daya, kualitas hidup yang lebih baik, dan keberlanjutan lingkungan. Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, kota pintar dapat meningkatkan pelayanan publik, mengurangi kemacetan, dan meningkatkan keamanan. 

Proyek Smart City terbesar di Indonesia Timur tengah dibangun di pesisir selatan Lombok yang seperti dirilis Lombok Post Jumat 27 Juni 2025 Bernama Marina Bay City merupakan Kawasan elit yang digagas oleh dua pengusaha asal Australia, Jamie McIntyre dan Adrian Campbell, dengan nilai proyek mencapai Rp 90 triliun atau setara USD 6 miliar. Proyek yang disebut sebagai "Dubai baru" ini dirancang menjadi pusat hunian, pariwisata, dan gaya hidup tropis berteknologi tinggi bagi ekspatriat.

Proyek Smart City terbesar di Indonesia Timur tengah yang dibangun di pesisir selatan Lombok tersebut ditanggapi serius Assosiate Professor Dr. Iwan Harsono,SE.,M.Ec.

Dalam keterangan persnya yang diterima media ini, Assosiate Professor Dr. Iwan Harsono,SE.,M.Ec mengatakan, Jika benar maka Pemerintah Daerah Harus memastikan ini terelaisasi dan harus belajar dari pengalaman kegagalan - Emaar Properties (Dubai) dan Proyek kereta gantung Rinjani. 

Dosen Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Mataram Bidang Kepakaran : Pembangunan Ekonomi Regional ini mengingatkan agar Pemerintah harus benar benar menilai dan meneliti Keseriusan Investor pada Setiap Tahap dari Negosiasi – Perencanaan – Pembangunan hingga realisasi. Penialain harus benar benar komprehensif dengan mempertimbangkan segala aspek. 

“Jika ini benar  akan mendorong Percepatan Pembangunan Ekonomi Provinsi NTB yang ditargetkan tumbuh 8% di akhir 2030.” Kata Alumni School of Economics – University of New England ini.

Proyek smart city Terbesar Bernama Marina Bay City, ini nantinya merupakan kawasan elit yang harus benar-benar dikaji berbagai Aspek antara lain:

Pertama, Kondisi ekonomi global Hingga Hari ini. Dalam keterangannnya DR. Iwan Harsono yang pernah menjabat sebagai Ketua Badan Pengeloala Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bima, Nusa Tenggara Barat 2008 hingga 2012 ini mengatakan, Pertumbuhan ekonomi dunia melambat akibat ketegangan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan. World Bank memproyeksikan ekonomi global 2025 hanya tumbuh 2–3%, dan aliran investasi asing ke negara berkembang melemah. 

Di Indonesia sendiri ungkap Iwan Harsono ekonomi melambat; triwulan I-2025 PDB hanya tumbuh 4,87% (yoy), level terendah sejak 2021. Perlambatan ini diperburuk oleh perang dagang dan kenaikan suku bunga global, yang mendorong banyak perusahaan menunda investasi. 

Proyek “Marina Bay City” mengincar ekspatriat Barat sebagai penghuni utama dengan model digital nomad, mengklaim return sewa hingga 20–30% per tahun dan infrastruktur “hijau” berteknologi tinggi.’ Kata Iwan Harsono.

Dr. Iwan Harsono mengatakan Jumlah wisatawan dan pekerja asing yang bersedia pindah hidup di Lombok memang tumbuh, tapi volume dan daya beli mereka diperkirakan terbatas. Di tengah resesi global, investor sering mencari keamanan, bukan mengandalkan hasil spekulasi tinggi.  Proyeksi nilai proyek Rp 90 triliun (USD6 miliar) ini sangat ambisius tanpa bukti pendanaan konkret.

Kedua, Riwayat Proyek Besar Di Lombok Banyak Tertunda. Sejarah menunjukkan banyak proyek wisata “mega” di Lombok belum terealisasi. Misalnya, pengembangan wisata terpadu senilai rp 21 triliun oleh emaar properties (dubai) sejak 2008 belum terwujud. 

Bahkan kata Iwan Harsono berita Koran lombok post sabtu tanggaL 28 juni 2025 menyebutkan 6 “ proyek, Investor Kereta Gantung Menghilang”. Proyek kereta gantung Rinjani senilai Rp6,5 triliun batal karena investor menghilang. Peristiwa-peristiwa ini mencerminkan risiko tinggi: investor asing bisa saja mengundurkan diri ketika eksekusi sulit, apalagi dalam ekonomi global tidak menentu.’ Kata Mantan Komisaris Utama/ Ketua Dewan Pengawas Bank BPR Mataram.

Dengan situasi seperti ini, Assosiate Professor Dr. Iwan Harsono,SE.,M.Ec yang juga Mantan PLT. Direktur Utama Bank BPR. Mengatakan skeptisisme diperlukan, mengingat ekonomi global melemah dan sejumlah investasi besar sebelumnya tidak terealisasi.

DR. Iwan Harsono juga mengingatkan Klaim “Smart City Dubai Baru” di Lombok harus dipandang hati-hati. Tanpa dukungan finansial dan politik yang kuat, ambisi tersebut sulit tercapai dalam waktu dekat. Sebagai perbandingan, saat ini konsumsi dan investasi domestik pun melambat, sehingga fokus pemerintah lebih ke penstabilan ekonomi ketimbang proyek super-pribadi skala besar.” Katanya.

Pewarta: Dae Ompu






0 Komentar