Menjunjung tinggi nilai nilai kerukunan dan persaudaraan antar sesama tanpa memandang latar belakang agama, faktor sosial Dan perbedaan lain, menjadi faktor terpenting dalam kehidupan ber bangsa bangsa.
Bagaimana suasana peringatan Hari Persaudaraan Kemanusiaan Internasional berlangsung dan apa saja yang disampaikan Ketua MPR RI Bambang Susatyo dihadapan peserta tersebut, Berikut Wartawan BidikNews di Senayan Jakarta melaporkan.
BidikNews, Jakarta - Demikian tekanan Ketua Majelis Permusyauwaratan Rakyat (MPR RI), Dr H Bambang Soesatyio, saat memberikan kata sambutan, dalam acara perayaan hari persaudaraan Kemanusiaan Internasional dan pekan kerukunan antar umat sedunia, di Gedung Nusantara, Kantor DPR RI 5/2-2023
Hadir dalam acara tersebut antara lain, wakil ketua MPR DR. Jazilul, H. DR.Muhammad Hidayat Nur Wahid, H. Arsul Sani, M.Si, Dr H Jajilul Fawaid,
Hadir pula, Para Duta Besar Negara sahabat, antara lain Duta Besar Rusia, Duta Besar Timor-Leste Prof. K.H. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, serta pimpinan organisasi keagamaan Indonesia.
"Jujur Saja Saya Merinding Tadi Mendengar Do'a Para Pemuka Agama Dari Agama di tanah air kita " Demikian Bambang, panggilan akrab Bambang Soesatyio, mengawali kata sambutan tersebut. Semoga Tuhan yang mahakuasa membukan pintu-pintu langit agar do'a yang di panjat diijaba.” lanjutnya.
Menyimak untaian doa yang telah dipanjatkan oleh para pemuka agama tersebut, dapat menarik satu benang merah, bahwa semua agama menjunjung tinggi dan memuliakan nilai-nilai persaudaraan dan kerukunan,” tutur Bamsut.
Dikatakannya, Persaudaraan dan kerukunan adalah kristalisasi gagasan, yang telah menjadi bahasa universal, sehingga dapat diterima oleh semua golongan, tanpa memandang perbedaan, latar belakang, sosial, budaya dan agama.”ujarnya.
Bahwa setiap manusia diciptakan berbeda itu pasti, itu adalah fitrah kemanusiaan yang dari padanya kita dituntun untuk saling mengenal, berinteraksi, bekerja sama.”kata Bambang Susatyo
Komitmen untuk hidup berdampingan dalam keberagaman, bekerja sama dan bekerja bersama dalam ikatan kemanusiaan, inilah yang telah mendorong lahirnya deklarasi Persaudaraan Insani untuk Perdamaian dunia dan hidup bersama,” urai Bamsut
Deklarasi yang telah ditandatangani bersama Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar Tandatangani Deklarasi pada tanggal 4 Februari 2019 yang lalu tersebut, di satu sisi dapat kita maknai sebagai manivestasi dari kesadaran sosial dan sekaligus kesadaran transendental, dalam membangun semangat persahabatan dan persaudaraan antar umat beragama.
Disisi lain, deklarasi tersebut merepresentasikan keinginan kuat umat beragama untuk membangun sinergi dan berkolaborasi serta berkontribusi aktif dalam mewujudkan dunia yang damai.
Lebih dari itu deklarasi ini juga kita maknai sebagai kritik atas paradigma dan realitas global yang masih diwarnai oleh beragam konflik di mana konsepsi kehidupan dunia yang damai, adil dan sejahtera masih sebatas Utopia
Dunia kontemporer yang ada di hadapan kita hari ini cenderung di narasikan dengan suara sumbang institut ekonomi dan peradaban mengungkapkan bahwa dalam kurun waktu 14 tahun terakhir ini indeks perdamaian global terus-menerus memburuk dan mengalami penurunan hingga 3,2 %
Keadilan sosial dan aspek badan global word justice project, juga mengungkapkan bahwa dari 140 negara yang disurvei, sebagian besar atau 61%, mengalami penurunan tingkat kepatuhan terhadap supremasi hukum.
Penghormatan terhadap hak azasi manusia juga kian melemah, dari aspek kesejahteraan, catatan Akhir Tahun 2022, menyajikan data krisis pangan yang cukup memilukan, diperkirakan ada sekitar 345 juta orang penduduk dunia mengalami kelaparan akut, dimana 19.700 orang diantaranya meninggal dunia setiap hari, artinya setiap 4 detik tercatat satu orang meregang nyawa karena kelaparan.
Berbagai gambaran kondisi global di atas mengisyaratkan, bahwa dibutuhkan keberpihakan komitmen dan kontribusi kolektif dari segenap pemangku kepentingan termasuk dari entitas keagamaan
Bambang Susatyo mengakui bahwa dirinya yakin dan percaya kita memiliki pandangan yang sama bahwa entitas keagamaan memiliki peran penting dan strategis dalam menjawab berbagai persoalan kemanusiaan global yang kita hadapi hari ini, mengapa, yang pertama karena entitas keagamaan memiliki daya dan kemampuan untuk menginspirasi, memotivasi dan memobilisasi umat yang memiliki loyalitas tanpa batas.” Katanya.
kedua,Nilai -nilai moralitas keagamaan juga mengajarkan kepedulian dan kepekaan sosial serta menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan sebagai sarana dan Jalan pengabdian pada Tuhan.
Oleh karena itu saya menyambut baik penyelenggaraan acara pada hari ini yang telah menyediakan ruang silaturahmi bagi seluruh perwakilan umat beragama di Indonesia.” Ujar Bamsut
Saya juga mengapresiasi kehadiran seluruh tokoh agama dan tokoh keagamaan yang hadir pada hari ini dari mulai Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu yang telah meringankan langkah untuk hadir demi menegaskan komitmen kolektif kita untuk mewujudkan harmoni dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Semangat persaudaraan insani dan kerukunan umat beragama tidak boleh berhenti hanya pada sebuah rumusan deklarasi, tidak boleh berhenti dalam rumusan sebuah deklarasi.
Semestinya sepirit ini senantiasa hadir dan mengemuka pada setiap ruang publik yang harus dimaknai dan diterjemahkan secara aktual pada berbagai langkah kebijakan, serta menjadi referensi implementasi bagi dimensi pembangunan mental spiritual yang merata dan berkesinambungan.
Dalam konteks ke Indonesia kita sebagai bangsa yang identik dengan kemajemukan spirit persaudaraan insani harus mampu mereduksi, dominasi perilaku individualistis dan materialistis serta berperan sebagai titik temu yang menjembatani beragam perbedaan.
Kedepan tantangan kebangsaan yang akan kita hadapi akan semakin kompleks dan dinamis dalam waktu dekat kita akan menyongsong peralatan dan pesta demokrasi, kita sudah masuk tahun pemilu, kita akan bertemu dalam suatu kontestasi pemilu serentak dan Pilkada serentak tahun 2024.
Kita sama-sama tahu dan paham, karena sejarah mencatat bahwa pada setiap penyelenggaraan pemilu hampir selalu meninggalkan residu ketegangan politik menyebabkan rakyat terpolarisasi pada kutub-kutub yang berseberangan yang jika tidak dikelola dengan baik akan memuncak menjadi konflik horizontal, di sinilah peran Bapak Ibu sekalian para pemuka agama.
Saya sungguh berharap bahwa komitmen dan semangat persaudaraan insani dan kerukunan umat beragama yang kita teguhkan hari ini, dapat memperkuat solidaritas kebangsaan kita sehingga mampu menghindari segenap anak bangsa dari berbagai ancaman dan potensi konflik.
Semoga tahun politik yang sudah kita masuki hari ini akan membawa kemaslahatan, kedamaian dan saya yakin percaya, bahwa kita semua di sini memiliki kewajiban untuk menjaga keteduhan pesta demokrasi yang akan kita jelang ke depan
“Kita mungkin tidak satu dalam iman Tapi percayalah kita semua satu dalam kemanusiaan.” Tutup Ketua MPR RI itu.
Pewarta : Saleh Z (Jakarta)
0 Komentar