Rokok Sumbang Tingginya Garis Kemiskinan di NTB

 

Foto: Repro BidikNews

Oleh :  Irwan, SE (Statistisi Muda di BPS Kabupaten Bima) 

Merokok masih merupakan kebiasaan masyarakat NTB dan Indonesia umumnya. Hal itu hampir dilakukan setiap saat dan tempat.  Bahkan bagi beberapa orang, merokok menjadi lebih penting dibanding kebutuhan-kebutuhan lainnya setelah nasi. Mereka seakan tidak peduli dengan himbauan pemerintah akan bahayanya rokok. Di bungkusan rokok pun telah tertulis tentang bahaya gulungan tembakau yang dibungkus kertas itu

BidikNews,Bima,NTB - Berdasarkan Survei Global Adult Tobacco Survey (GATS) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Tahun 2011 dan diulang tahun 2021 terungkap bahwa perokok laki-laki di Indonesia adalah terbanyak di Dunia. Sementara secara umum baik laki-laki maupun perempuan perokok di Tanah Air berada di urutan ketiga setelah China dan India. 

Jumlah perokok aktif tahun 2021 berdasarkan survei itu sebanyak 60,3 juta orang. Kemudian tahun 2022 naik menjadi 69,1 juta orang.  

Secara persentase berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan BPS, secara nasional perokok penduduk usia lebih dari 15 tahun sepanjang tahun 2020 mencapai 28,69 persen. Tahun 2021 meningkat sebesar 0,27 persen menjadi 28,96. Kemudian tahun 2022 mengalami penurunan yang cukup besar yakni sebesar 0,7 persen menjadi 28,26 persen. 

Sementara di NTB, tahun 2020 persentase perokok laki-laki berusia 15 tahun ke atas adalah sebesar 30,58 persen. Kemudian jumlah itu terus meningkat dua tahun terakhir. Yakni sebesar 32,71 persen di tahun 2021 dan naik menjadi 33,20 persen tahun 2022.

Tingginya persentase perokok seakan mengabaikan berbagai resiko. Baik resiko kesehatan maupun ekonomi. Rokok bahkan memberikan kontribusi cukup besar dalam pengeluaran rumah tangga. 

Berdasarkan survei itu rokok krekek filter bahkan menjadi komoditi terbesar kedua setelah beras dalam kontribusinya terhadap garis kemiskinan. 

Pada September 2022, di wilayah perkotaan kontribusi rokok kretek filter sebesar 8,75 persen dan 7,30 persen di pedesaan. Beras sebagai kontributor utama memberikan sumbangan sebesar 21,22 persen di perkotaan dan 24,97 persen di pedesaan. Sisa lainnya berasal dari komoditi lain seperti telur, daging, dan lain-lain. 

Konsumsi rokok rata-rata sekitar 51,88 batang rokok kretek filter per bulan atau sekira Rp103.760 per bulan yang dihabiskan oleh perokok. Begitu juga pengeluaran dari rokok kretek yang juga cukup besar.  

Garis kemiskinan di NTB pada September 2022 adalah sebesar Rp489.954 perkapita perbulan. Jumlah itu berasal dari komposisi garis kemiskinan makanan (GKM) sebesar Rp367.535 (75,01 persen) perkapita perbulan. Sementara garis kemiskinan bukan makanan (GKBM) sebesar Rp122.419 (24,99 persen) perkapita perbulan. Garis kemiskinan sendiri suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan non makanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin.

Secara umum, periode September 2013 – September 2022 tingkat kemiskinan di NTB mengalami penurunan. Baik sisi jumlah maupun persentase. Kecuali Maret 2017, Maret 2020, September 2020, dan September 2022. Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin tahun 2020 disebabkan adanya dampak Covid-19 yang melanda hampir seluruh dunia. Sementara tahun 2022 dipicu oleh adanya kenaikan harga Bahan bakar Minyak (BBM).

Secara rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 3,86 anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya garis kemiskinan berdasarkan rumah tangga miskin secara rata-rata sebesar Rp1.891.222 per rumah tangga miskin per bulan. 

Jika rokok ditinggalkan atau minimal dikurangi, tidak hanya resiko kesehatan yang dikurangi, tapi juga ekonomi. Alokasi pengeluaran yang tadinya untuk rokok bisa diarahkan ke pengeluaran lain yang lebih sehat dan variatif. 

Hal itu sangat memungkinkan karena pengeluaran penduduk untuk rokok cukup tinggi. Rata-rata pengeluaran rokok sekitar Rp103.760 per bulan. Begitu juga dengan pengeluaran dari rokok kretek. Dengan semakin variatifnya konsumsi baik makanan maupun bukan makanan akan mendorong turunnya jumlah kelompok masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan.

Pewarta : Tim BidikNews


0 Komentar