Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag Sampaikan Ceramah Nuzulul Qur`an di Islamic Centre Hubbul Wathan NTB


Al-Qur’an merupakan kitab suci istimewa. Tiada bacaan seperti Al-Qur’an yang dibaca oleh hampir 2 Milyar penduduk muslim di seluruh negeri, meskipun sebagian belum mengerti artinya, dan bahkan tidak dapat menulis aksaranya. Namun perhatian dan kecintaan umat Islam sungguh luar biasa, puluhan ribu orang dewasa, remaja, anak-anak, mereka hafal Al-Qur’an huruf demi huruf kata demi kata. Di sepanjang bulan Ramadhan ini lantunan tilawah dan tadarrus menggema di seluruh masjid di desa dan kota. 

Demikian Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag mengawali ceramah Nuzulul Qur`an di Islamic Centre Hubbul Wathan NTB pada 17 Ramadhan 1444 H / 7 April 2023 M, Dengan Tema "Al-Qur’an sebagai Sumber Nilai, Motivasi, dan Inspirasi." 

Berikut Isi lengkap Ceramah Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram itu.

Salah satu sebutan bulan Ramadhan adalah sebagai Syahrul Qur’an, Karena al-Qur’an diturunkan pada bulan suci ini, maka berarti kita diberi kesempatan untuk semakin akrab dengan al-Qur’an. Kalau kita coba intropeksi, di luar Ramadhan, rasa-rasanya waktu habis untuk bekerja mencari nafkah, bekerja di kantor, di lapangan, di dunia usaha, mengurus keluarga, belum lagi melaksanakan tugas-tugs sosial, berorganisasi, atau aktifitas lainnya, sehingga seperti tidak punya waktu luang untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Alhamdulillah jika bisa sempat, namun terkadang terlewat begitu saja, dan sulit untuk bisa istiqomah.

Banyak orang punya masalah, kehidupan sosial kita juga banyak problem. Semua kita membutuhkan petunjuk, dan tiada petunjuk yang paling lurus kecuali Al-Qur’an. Firman Allah Swt.

اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًاۙ

Sungguh, Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar, (QS. Al-Isra’: 9).

Bagaimana agar kita semakin dekat dengan Al-Qur’an dan efek dari petunjuk Al-Qur’an itu bisa kita rasakan? Jawabannya, kita mulai dengan rasa cinta. Cintai Al-Qur’an secara tulus, bersamai dia dalam setiap waktu dan aktifitas, maka perlahan hati kita akan terus ter-connect. Yakinlah, tempat yang banyak dibacakan Al-Qur’an akan mulia, rumah yang banyak dibacakan akan tenteram, dan insan-insan yang senantiasa terhubung dengan Al-Qur’an akan damai.

Wahyu pertama yang turun adalah Al-‘Alaq ayat 1-5. Kata pertama yang masuk ke dada Nabi Muhammad adalah perintah Iqra’ (membaca). Iqra’ mempunyai beberapa tangga, masing-masing mencerminkan level pencapaian. 

Tangga pertama: tilawah, yakni membaca atau melafadzkan secara lahiriyah. Menghafal ayat demi ayat juga masih masuk kategori iqra’ level ini. Meskipun belum paham artinya, membaca saja sudah bernilai pahala. 

Rasulullah SAW. Bersabda: “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an) maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf.” (HR At-Tirmidzi).


Al-Qur’an juga akan memberi syafaat di akhirat,  seperti yang diriwayatkan dari Abu Umamah al-Bahili, Rasulullah SAW bersabda, "Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya".

Karena motivasi itulah para sahabat rajin membacanya seperti Zaid bin Tsabit, Usman bin ‘Affan, Ubay bin Ka’ab dan Ibnu Mas’ud, bahkan mereka terbiasa mengkhatamkannya setiap hari Jumat. 

Selain membaca, mendengarkan bacaan orang lain juga diajurkan, Hal ini juga dapat mempererat kecintaan kita terhadap Al-Qur’an. Zaman sekarang semuanya sudah mudah, bacaan Al-Qur’an dapat kita dengarkan di hp, laptop, audio mobil dan media lainnya.

Tangga kedua: tafakkur atau tadabbur, mengerti terjemahnya, memahami makna & kandungannya

اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا

“Tidakkah mereka menadaburi Al-Qur'an? Seandainya (Al-Qur'an) itu tidak datang dari sisi Allah, tentulah mereka menemukan banyak pertentangan di dalamnya” (QS. An-Nisa’: 82).

Menarik redaksi ayat tersebut, yakni untuk menyampaikan perintah berpikir. Redaksi “Apakah tidak”, merupakan bentuk kritisisme Al-Qur’an yang sangat tajam. Ia sedang menyindir mereka yang tak mau berpikir, merenung ayat-ayat dan memperhatikan korelasinya dengan kehidupan.

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin Jilid I pada Bab Adab Tilawatil Qur’an menyebut beberapa etika yang harus diterapkan, baik itu etika lahiriyah maupun batiniyah. Etika lahiriyah misalnya senantiasa dalam keadaan suci ketika membaca Al-Qur’an. Adapun etika batiniyah antara lain: paham akan keagungan dan ketinggian kalamullah, setelah itu ta’dzim (penghormatan), hudhurul qalb (menghadirkan hati), tadabbur dan tafahhum. 

Untuk mempermudah mamahami, para ulama telah berusaha memetakan  kandungan Al-Qur’an. Dalam kitab Nihayatuz-Zain fi Irsyadil-Mubtadi’in karya Syekh Nawawi al-Bantani (w. 1316 H/1897 M) disebutkan jumlah kandungan ayat Al-Qur’an secara umum sebagai berikut; al-amr (perintah) berjumlah 1000, an-nahy (larangan) berjumlah 1000, al-wa’d (janji) berjumlah 1000, al-wa’id (ancaman) berjumlah 1000,  al-qashash wal-akhbar (kisah-kisah dan informasi) berjumlah 1000,  al-’ibr wal-amtsal (pelajaran dan perumpamaan) berjumlah 1000,  al-haram wal halal (halal dan haram) berjumlah 500,  ad-du’a (doa) berjumlah 100, dan an-nasikh wal-mansukh (nasikh mansukh) berjumlah 66. 

Totalnya adalah 6.666 ayat sebagaimana yang sering kita dengar, namun itu menunjuk pada jumlah berdasarkan isi kandungan, yang mana terkadang 1 ayat bisa berisi 2 kandungan, sehingga totalnya melebihi 6.236 ayat.

Jika iqra’ level kedua ini, yaitu memahami dan mengkaji Al-Qur’an, digabungkan dengan iqra’ level pertama, rajin membaca dan menghafalnya, maka itulah yang telah dihasilkan dalam sejarah Islam berupa kemajuan dalam berbagai bidang. Imam Syafi’i (150-204 H) beliau hafal Al-Qur'an saat usia 7 tahun, dan pada saat usia 17 tahun sudah menjadi ahli bidang ilmu hukum Islam. 

Ibnu Sina (370-428 H) hafal Al-Qur'an saat kecil dan saat usia 17 tahun sudah menjadi dokter professional, yang karyanya al-Qanun fi al-Thibb jadi rujukan bidang kedokteran di Barat dan Timur. Ibnu Khaldun (732-808 H) juga hafal Al-Qur'an saat usia 7 tahun. 

Beliau adalah ahli sosiologi  yang teori-teoriya mengilhami para ilmuawan di seluruh dunia. Dalam bidang pemerintahan kita mengenal Umar bin Abdul Aziz yang juga hafal Al-Qur'an sejak masih anak-anak. Beliau adalah seorang kholifah yang sangat terkenal jasanya dalam memakmurkan negara dan bangsanya dalam waktu singkat.

Tangga ketiga: tadzakkur. menyelami pesan-pesan moral, mendalami paradigmanya, menemukannya sebagai petunjuk kehidupan secara holistik, sekarang dan yang akan datang, dan juga rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya. Level ini tentu lebih dalam lagi dan hanya Sebagian orang yang mampu ke tahap itu.


Pada hakikatnya Al-Qur’an merupakan sumber nilai, motivasi, dan inspirasi bagi umat Islam di seluruh dunia. Ia mengandung ajaran moral, etika, dan prinsip-prinsip kehidupan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, tidak hanya dalam aspek spiritual keagamaan, tetapi juga sosial, budaya, politik, hukum dan ekonomi. Sebagai sumber nilai, Al-Qur’an mengajarkan nilai-nilai yang mengarahkan manusia untuk menjadi individu yang baik, seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, toleransi, dan kesabaran. Al-Qur’an juga memberikan contoh-contoh kisah dari masa lalu yang menunjukkan kebijaksanaan, keberanian, dan keikhlasan, serta mengandung banyak hikmah yang dalam.

Sebagai sumber motivasi, Al-Qur’an memberikan dorongan untuk menghadapi berbagai keadaan dengan penuh semangat dan kepercayaan diri. Al-Qur’an memberikan harapan bahwa setiap masalah memiliki solusinya sendiri dan mengajarkan umat Muslim untuk terus berusaha memberikan yang terbaik di tengah masyarakat. Sedangkan sebagai sumber inspirasi, Al-Qur’an memberikan spirit untuk mencapai tujuan luhur seperti kebahagiaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang kekal. 

Sebagai penutup, mari kita baca doa Nuzulul Qur’an, semoga kita senantiasa mendapatkan keberkahan.

“Allaahumma nawwir quluubanaa bi tilaawatil qur aan, wa zayyin akhlaa qonaa bijaahil qur'an, wa hassin a’maalanaa bi dzikril qur'an, wa najjina minannari bi karomatil qur'an, wa adkhilnal jannata bi syafaatil qur'an.”

"Ya Allah sinari hati kami sebab membaca Al-Qur’an, hiasi akhlak kami dengan kemuliaan Al-Qur'an, baguskanlah amalan kami karena berdzikir lewat Al-Qur'an, selamatkanlah kami dari api neraka karena kemuliaan Al-Qur'an, masukkanlah kami ke dalam surga dengan syafa’at Al-Qur’an."

Pewarta: Dae Ompu



0 Komentar