Khutbah Idul Adha 1444 H di GPI Mataram, "Idul Adha Momentum Mengenang Perjuangan Nabi Ibrahim Menemukan Allah Yang Maha Siir" Oleh Dr. Abdul Rasyid Ridho, M.A ِ

Foto: Repro BidikNews

Hari raya idul adha umat muslim yang jatuh pada, tanggal 10 Dzulhijah 1444 H bertepatan dengan kamis, 29 Juni 2023 ditandai dengan adanya shalat Ied di Masjid atau Lapangan majelis. Banyak umat muslim berbondong-bondong melaksanakan shalat sunnah dua rakaat tersebut. Seperti halnya ummat Lingkungan Griya Pagutan Indah (GPI) Mataram - Provinsi NTB. 

BidikNews,Mataram, NTB - Pada sholat Id kali ini, yang bertindak sebagai khotib sekaligus Imam sholat id yakni DR. Abdul Rasyid Ridho, MA Dosen Universitas Islam Negeri Mataram. Doktor satu ini merupakan jebolan Pendidikan Tinggi Ilmu Al Qur`an (PTIQ).

Sholat Ied yang dilaksanakan di lapangan terbuka tersebut berlangsung khidmat yang diikuti oleh ribuan jamaah Muslim Lingkungan Griya Pagutan Indah. 

Sebelum sholat id dilaksanakan diawali dengan laporan Ketua Panitia Pelaksana Hari raya idul Adha dan Qurban, M.Noor, SE, kemudian dilanjutkan dengan sambutan Ketua Takmir Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah (GPI) Mataram, Prof. DR. H. Maimun Zubair, M.Pd. 

Ketua panitia Pelaksana Hari Raya Idul Adha dan Qurban, M.Noor,SE dalam laporannya menyampaikan terima kasih kepada Takmir Masjid Al Achwan seluruh warga muslim di Lingkungan GPI Mataram yang telah memberi kepecayaan sehingga kegiatan pelaksanaan idul adha tahu 1444 H/2023 M ini dapat berlangsung lancar dan sukses.

Ketua Panitia, M.Noor, SE ketika menyampaikan laporan 

Dalam laporannya, ketua Panitia Pelaksana M.Noor mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada warga muslim GPI yang telah menyerahkan hewan Qurban berupa Sapi sebanyak 17 ekor dan Kambing sebanyak 8 ekor untuk di Qurban. Pelaksanaan Qurban itu sendiri dilaksanakan di masjid Al Achwan usai shlat id berjamaah berlangsung.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Takmir Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah Mataram, Prof.DR. H. Maimun Zubair, M.Pd kepada media ini mengatakan, semangat berqurban warga muslim Griya Pagutan Indah Mataram sangat tinggi sebagai bentuk rasa syukur dan cintanya kepada Allah SWT. 

Guru Besar UIN Mataram ini juga mengapresiasi upaya Panitia pelaksana yang telah melaksanakan tugas melayani ummat muslim untuk melaksanakan ibadah sholat Id dan Qurban dari awal hingga akhir.

Prof.DR. H. Maimun Zubair, M.Pd, juga menyampaikan terima kasih kepada Warga Muslim Griya Pagutan Indah Mataram yang masih kuat melekat mempercayakan Takmir Masjid Al Achwan dan panitia sebagai pelaksana hari raya idul Adha dan qurban hingga saat ini. Ia juga berharap semangat berqurban pada tahun tahun berikutnya bisa terlaksana dengan baik seperti sekarang ini.

Suasana jamaah shoalt id 1444 H di Griya pagutan Indah Mataram 

Sementara itu Khutbah idul Adha 1444 H/ 2023 M yang dinantikan ribuan jamaah sholat id disampaikan oleh DR. Abdul Rasyid Ridho, MA.

Mengawali khutbahnya DR. Abdul Rasyid Ridho mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena dipagi yang penuh berkah karena seluruh jamaah muslim Lingkungam Griya Pagutan Indah Mataram dapat berkumpul menikmati indahnya matahari, serta sejuknya hawa pagi sembari mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil mengagungkan kemuliaan dan kebesaran Alloh Rabbul izzati.

Dalam uraian Khutbahnya DR. Abdul Rasyid Ridho mengungkapkan bahwa  shalat dua raka'at Idul Adha sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT Zat Yang Maha Suci yang telah begitu banyak memberikan kenikmatan, sehingga kita tidak mampu menghitungnya. 

Karena itu kata DR. Abdul Rasyid Ridho sudah seharusnya kita untuk memanfaatkan segala kenikmatan untuk mengabdi kepada-Nya sebagai manifestasi dari rasa syukur itu, salah satunya melaksanakan ibadah haji dan pemotongan hewan kurban di Hari Raya Idul Adha ini.”urainya.

Khatib juga mengajak jamah untuk bershalawat dan salam atas junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para penerus risalahnya yang terus berjuang untuk tegaknya nilai-nilai Islam di muka bumi ini hingga hari kiamat nanti. 

Jamaah muslim sholat id 1444 H di Griya Pagutan Indah Mataram

Selanjutnya DR. Abdul Rasyid Ridho mengajak jamaah sholat id untuk bersama-sama meningkatkan takwa kepada Allah swt dengan sepenuh hati. 

“Niatkan hari ini sebagai langkah awal memulai perjalanan diri mengarungi kehidupan seperti yang tercermin dalam keta'atan dan ketabahan Nabi Allah Ibrahim as menjalani cobaan dari Allah Yang Maha Tinggi.” kata alumni PTIQ itu. 

Diuraikan DR. Abdul Rasyid Ridho bahwa hari idul adha adalah hari yang penuh berkah, hari yang sangat bersejarah bagi umat beragama di seluruh penjuru dunia, dan bagi umat muslim pada khususnya. 

Karena hari ini merupakan hari kemenangan seorang Nabi penemu konsep ketauhidan dalam berketuhanan. Sebuah penemuan maha penting di jagad raya, tak tertandingi nilainya dibandingkan dengan penemuan para saintis dan ilmuwan, Karena berkat konsep ketauhidan yang ditemukan Nabi Allah Ibrahim, manusia dapat menguasai alam dengan menjadi khalifah 'fil ardh,” Kata Dosen UIN Mataram itu. 

Setelah Nabi Allah Ibrahim As menyadari bahwa Allah swt adalah The Absolute One, Dzat yang paling Esa, maka semenjak itu juga umat manusia tidak dibenarkan menyembah matahari, menyembah bintang, menyembah binatang, menyembah batu dan alam, Ini artinya manusia telah memposisikan dirinya di atas alam, Ajaran keesaan yang diprakarsai oleh Nabi Allah Ibrahim telah mengangkat derajat manusia atas alam se-isinya,” lanjutnya.

DR. Abdul Rasyid Ridho menjelaskan, sesungguhnya tidak berlebihan jika hari ini kita jadikan sebagai salah satu hari besar kemanusiaan internasional yang harus diperingati oleh manusia se-jagad raya.” 

Tokoh agama, tokoh masyarakat berpose nbersama dengan Khatib, DR. Abdul Rasyid Ridho dan Ketua Takmir Masjid Al Achwan Prof.DR.H. Maimun Zubair, M.Pd serta Imam Besar Masjid Al Chwan Drs. H. Muhammad Nasikhin, M.Ag

Oleh karena itu Hari Idul Adha ini adalah momen yang tepat untuk mengenang perjuangan Nabi Allah Ibrahim As dan upayanya menemukan Allah swt . 

Bagaimana beliau bersusah payah melatih alam kebatinannya untuk mengenal Tuhan Allah Yang Paling Berkuasa. Bukankah itu hal yang amat sangat rumit? Apalagi jika kita membandingkan posisi manusia sebagai makhluk yang hidup dalam dunia kebendaan, sedangkan Allah Tuhan Yang Maha Sirr berada di tempat yang tidak dapat dicapai dengan indera? 

Bagaimana Nabi Allah Ibrahim bisa menemukanNya? Tentunya melalui berbagai jalan thariqah yang panjang. Melalui latihan dan penempaan jiwa yang berat. Sebagaimana dijelaskanAllah SWT dalam surat Al-An'am ayat 75-79. 

Artinya, ”Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tandatanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. Ayat (75) 

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam," Ayat (76) 

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat." Ayat (77)  

berpose bersama

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” Ayat (78).

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan,” ayat (79)

DR. Abdul Rasyid Ridho, dalam penjelasannya, Jika kita lihat dokumen sejarah yang termaktub dalam al-Qur'an di atas, hal ini menunjukkan betapa proses pencarian yang dilakukan Nabi Allah Ibrahim as sangatlah berat. Meskipun pada akhirnya Nabi Ibrahim berhasil menemukan Tuhan Allah Rabbil Alamin, bukan Tuhan suku dan bangsa tertentu, tapi Tuhan seru sekalian alam. Tuhan yang senantiasa berada sangat dekat dengan manusia baik ketika terpejam maupun ketika terjaga.” Urainya.

Itulah sejarah terbesar yang dipahatkan oleh Nabi Allah Ibrahim di sepanjang lini kehidupan umat manusia yang seharusnya selalu dikenang oleh umat beragama. 

Selain sebagai orang yang menemukan konsep Ketuhanan. Beliau juga salah satu hamba tersukses di dunia yang mampu menaklukkan nafsu duniawi demi memenangkan kecintaannya kepada Allah Sang Maha Suci. 

Fragmen ketaatan dan keikhlasannya untuk menyembelih Nabi Ismail sebagai anak tercinta yang diidam idamkannya, adalah bukti kepasrahan total kepada Allah swt. 

Anak-anak juga turut mengikuti sholat id  Griya Pagutan Indah Mataram

Bayangkan, Nabi Ismail adalah anak yang telah lama dinanti dan diidamkan, nabi Ismail adalah anak tercintanya namun demikian semua itu ditundukkan oleh Nabi Ibrahim as demi memenangkan cintanya kepada Allah swt. 

Dua hal di atas kata DR. Abdul Rasyid Ridho yaitu penemuan Nabi Ibrahim atas keesaan Allah dan perintah penyembelihan terhadap anak tercinta merupakan satu lambang bahwa ruang di mana Nabi Allah Ibrahim as hidup dalam garis batas yang memisahkan antara kehidupan brutal dengan kehidupan berpri-kemanusiaan. 

Penyembelihan terhadap Nabi Ismail yang kemudian diganti dengan kambing merupakan tanda bahwa semenjak itu tidak ada lagi proses penyembahan dengan cara pengorbanan manusia (sesajen). 

Karena manusia adalah makhluk mulia yang tak pantas dikorbankan secara cuma-cuma, meskipun dilakukan dengan suka rela. Allah swt sendiri yang tidak memperbolehkannya, dengan Kuasa-Nya ia ganti Nabi Ismail dengan seekor kambing. 

Itulah beberapa hal yang harus dikenang dari Nabi Allah Ibrahim as. Sebagai umat manusia yang beriman dan beragama sudah sewajibnya kita mengenang dan meneladani apa yang dilakukannya. 

Oleh karenanya di setiap tahun pada tanggal 10 Dzulhijjah seorang muslim dianjurkan untuk berkorban, mengorbankan sedikit kekayaannya guna membuktikan cinta kepada Allah swt. 

Bukti cinta itu harus kita berikan dengan seksama dengan hati yang tulus, semata-mata karena-Nya. Bukankah korban yang kita berikan hanyalah sebagian dari rizki dari Allah yang dititipkan kepada kita? bukankah yang kita korbankan hanyalah harta berupa unta, sapi, dan kambing, bukan anak kita, sebagaimana kisah Nabi Ibrahim? Sungguh berkurban adalah suatu tindakan yang layak dilakukan seorang hamba sebagai rasa syukur atas karunia-Nya selama ini, sebagai bukti ketundukan dan penghambaan kepada-Nya. 

DR. Abdul Rasyid Ridho, ketika menyampaikan Khutbah Idul Adha

Demikian pentingnya berkorban hingga Rasulullah saw berabda, sebagaimana terdapat dalam kitab Durratun Nasihin: "Sebaik-baik umatku adalah mereka yang berkurban, dan sejelekjelek umatku adalah mereka yang tidak mau berkurban." 

Artinya jikalau seorang muslim memiliki rizki yang berlimpah dan sudah ada kelebihan untuk keperluan sehari-hari pada tanggal 10 Dzulhijjah, maka dianjurkan atas mereka untuk berkurban. Anjuran ini bukanlah anjuran biasa, tetapi anjuran yang amat-sangat, sehingga mendekati pada anjuran wajib. 

Demikian itu terbersit dalam hadits Rasulullah saw yang terkenal: Barangsiapa yang memiliki kelonggaran (rezeki) dan tidak berkurban, maka janganlah mendekati masjidku. Seperti itulah peringatan bagi mereka yang mampu berkorban tetapi tidak mau mengeluarkan hartanya untuk berkorban. 

Akan tetapi sebaliknya, jika seseorang telah berniat untuk berkurban maka semenjak ia melangkahkan kakinya seperti membeli hewan kurban Allah telah menyediakan pahala berlipat ganda. Berkurban sesungguhnya menjadi simbol yang dapat mempertegas kondisi hati seorang hamba terhadap Allah Swt. 

Hamba yang berkurban dengan sendirinya telah mempraktikkan suatu kesadaran bahwa berkurban itu tidak diperuntukkan hanya bagi yang berkemampuan—sama seperti perintah salat, akan tetapi diwajibkan bagi siapa saja yang dapat merasakan nikmat Allah Swt. yang begitu banyak tercurah kepadanya. 


Jika shalat menjadi ibadah harian sebagai wujud rasa berterima kasih kepada Allah atas nikmat yang begitu banyak, lalu kesyukurannya itu dinyatakan dengan cara bersujud lima waktu setiap hari, maka ibadah kurban hendaknya kita jadikan sebagai ibadah tahunan, sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih yang tak terhingga atas nikmat yang kita rasakan selama perputaran masa dalam setahun. 

Konsep di atas akan lebih mudah dipahami apabila kita membaca, menelaah, dan sekaligus memahami secara mendalam apa yang dinyatakan Tuhan dalam firman-Nya di surah al Kautsar ayat 1-3: 

Artinya; Sesungguhnya Kami telah memberimu nikmat yang banyak, maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah). 

Ayat di atas menegaskan bahwa anjuran untuk salat sebagai lambang kesyukuran atas nikmat Tuhan yang kita rasakan setiap detik, senafas dengan anjuran berkurban di dalam satu ayat dan satu surat. 

Artinya jika salat menjadi amalan harian bagi siapa saja yang merasa beriman atas curahan nikmat Tuhan kepadanya, maka berkurban hendaknya juga menjadi ibadah tahunan yang rutin kita tunaikan sebagaimana rutinnya ibadah salat setiap hari. 

Dan nyatanya ayat yang melandasi perintah berkurban tidak disandingkan dengan label istito’ah (berkemampuan) sebagaimana perintah haji dan tidak pula dilabeli nishab (berkemampuan secara kuantitas) sebagaimana perintah zakat. 

Berpose bersama usai sholat id

Dengan mengharap rahmat dan ridho Allah, Semoga kita diberikan panjang umur hingga menikmati kembali idul adha tahun yang akan datang dengan penuh keta'atan dan rizki yang makin berkah. 

Semoga saudara-saudara kita yang hari ini berkurban benarbenar berkurban ikhlas karna Allah Swt, tidak karena yang lain sehingga mereka akan dapat berkurban kembali tahun mendatang. begitu pula semoga kaum muslim yang tahun ini belum mampu berkurban diberikan Allah kemampuan berkorban tahun mendatang. 

Dan semoga saudara-saudara kita yang hari ini belum panggilan Allah untuk menunaikan ibadah haji dan Umrah semoga mendapatkan panggilan haji di tahun-tahun mendatang dan dapat berziarah ke makam Rasulullah saw, dan mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti. 

Demikianlah doa mulia yang kita panjatkan dengan seksama dan diakhiri dengan permohonan kepada Allah Swt untuk dapat takdir pergi menunaikan ibadah haji. Karena berhaji merupakan ibadah penyempurna bagi seorang muslim. 

Demikianlah uraian dalam khutbah ini semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Dan marilah kita berdoa kepada Allah swt semoga melalui Momentum mengenang Sosok Nabi Ibrahim Penemu Konsep Ketauhidan Dalam Berketuhanan Dan Kepasrahan Total Kepada Allah swt ini kita semua diberi kekuatan Iman untuk lebih mengenal Allah semakin dekat.

Bersalam salaman uasi sholat id 1444 H/2023 M di Griya Pagutan Indah Mataram

Semoga amal ibadah sholat dan ibadah Qurban kita diterima Alloh SWT dan Semoga kita semua yang di sini diberikan kesempatan mengunjungi tanah haram untuk menunaikan ibadah Haji dan Umrah di tahun-tahun yang akan datang, seperti cita-cita kita semua. 

Dan semoga saudara-saudara kita yang berada di sana diberi Kesehatan, keselamatan dan mendapatkan Haji mabrur dan maqbul. Amin Ya Rabbal alamin” Tutup Dosen Ushuluddin UIN Mataram itu. ُ 

Usai Shoalt Id berjamaah dilanjuitkan dengan salam salaman serta berpose bersama para jamaah muslim Griya pagutan Indah dalam susana yang penuh keakraban dan silaturrahim yang terus terjaga.

Pewarta : Dae Ompu


0 Komentar