Dengan Bangga Menambah Deretan Profesor, UIN Mataram Kukuhkan 3 Guru Besar Baru

Prof. Dr. Syarifuddin, M.Pd, Prof. Dr. H. Maimun, M.Pd, Prof. Dr. Nurul Lailatul Khusniah, M.Pd dan Rektor UIN Mataram. Prof. H.Masnun Thahir (kanan)

Pada hari Senin 17 Juli 2023 Universitas Islam Negeri Mataram, menyelenggarakan perhelatan akbar, pengukuhan tiga Profesor baru menambah deretan guru besar menjadi 31 orang.

BidikNews,Mataram,NTB - Acara Pengukuhan tiga Guru Besar yang menjadi acara akademik yang paling berwibawa di lingkungan kampus dimulai tepat pukul 09.00 Wita, diawali dengan prosesi Senat memasuki ruang auditorium UIN Mataram. Kemudian Rapat Senat terbuka dalam rangka pengukuhan Guru Besar dibuka oleh Ketua Senat yang diwakili Sekretaris yakni Bapak Dr. Zainuddin Mansyur, M.Ag.

Selanjutnya penyampaian orasi dari ketiga guru besar secara bergiliran dengan durasi waktu masing-masing 15 – 20 menit.

Orasi pertama oleh Prof. Dr. Syarifuddin, M.Pd (Guru Besar bidang Ilmu Teaching English as a Foreign Language (TEFL)), dengan judul orasi “Using Communication Strategies in Taking Turns Speaking English as a Foreign Language”. 

Beliau dalam pemaparannya menyampaikan bahwa komunikasi lisan adalah proses yang melibatkan pesan, pengirim, penerima, dan saluran. Pesan adalah informasi yang dikirimkan. Dalam komunikasi verbal antar manusia, kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebenarnya hanyalah sebagian dari apa yang akhirnya dipahami.

Dalam setiap komunikasi lisan ada dua pihak yang terlibat, yaitu pengirim pesan dan penerima pesan. Ujaran (ujaran dalam bentuk kalimat) yang digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gagasan, pemikiran, saran, dan lain-lain) disebut pesan. Dalam hal ini pesan adalah pembawa gagasan (gagasan, saran, dll) yang disampaikan oleh pengirim (pembicara) kepada penerima (pendengar) melalui saluran.

Prof. Dr. Syarifuddin, M.Pd (Guru Besar bidang Ilmu Teaching English as a Foreign Language (TEFL)), dengan judul orasi “Using Communication Strategies in Taking Turns Speaking English as a Foreign Language”. 

Beliau menutup orasinya dengan memaparkan strategi dalam berkomunikasi, Communication strategy is a conscious attempt of both speaker in encoding of message and listener in decoding of message to agree on a meaning employing to cope with communication problem that they encounter to achieve communication goal.

Verbal communication strategies are used to convey and receive or exchange of messages using orally spoken words or languages to overcome the problems which disrupt communication. In addition, verbal communication strategies such as approximation, word coinage, circumlocution, literal translation, language switch, paraphrase, restructuring, and using all strategies through words or spoken languages

Nonverbal communication refers to communication that is produced by some means other than words such as eye contact, body language, or vocal cues (Knapp and Hall). Bonvillain explained that nonverbal communication makes use of both kinesics and proxemic acts. The term kinesics refers to gesture, facial expression, eye contact, and body postures, while proxemics includes uses of touch and definitions of personal space. In line with Bonvillain, Panagiotis stated that nonverbal communication or body language strategies include facial expressions, gestures, eye contact, posture, and even the tone of our voice.

Orasi Kedua, oleh Prof. Dr. H. Maimun, M.Pd (Guru besar Ilmu Teknologi Pendidikan) dengan judul orasi “Tanggung Jawab Baru dalam Pembelajaran di Era Digital: Sinergitas Guru Dan Orangtua dalam Pendidikan dan Pengasuhan”.

Beliau memaparkan bahwa saat ini kita sedang berada di era digital. Kata beliau Solihin dan Suradi menjelaskan bahwa Era Digital merupakan suatu masa di mana informasi lebih mudah dan lebih cepat diperoleh serta disebarluaskan dengan menggunakan teknologi digital. Dengan kata lain, era digital (atau kerap disebut pula sebagai era informasi) adalah saat ketika sejumlah besar informasi tersedia secara luas untuk banyak orang.

Beliau melanjutkan bahwa saat ini kita dan anak-anak kita sedang berada di era tersebut. Teringat kita dengan nukilan Ali bin Abi Thalib, “allimu auladakum fainnahum makhluquna lizamanin ghaira zamanikum”. Didiklah anak-anakmu sesuai zamannya, sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu.

Pada tahun 2023, laporan We Are Social (lembaga yang konsen dalam riset Filantropi Indonesia) bahwa tren penggunaan internet dan media sosial di Indonesia mengungkapkan bahwa dari total populasi 276,4 juta jiwa, 80% dari pengguna itu adalah anak-anak dan remaja (usia pelajar dan mahasiswa). Sementara waktu penggunaan internet rata-rata 7 jam  sampai 10 jam sehari. (Artinya separuh nyawa mereka dalam sehari bergelut dengan internet).

Prof. Dr. H. Maimun, M.Pd (Guru besar Ilmu Teknologi Pendidikan) dengan judul orasi “Tanggung Jawab Baru dalam Pembelajaran di Era Digital: Sinergitas Guru Dan Orangtua dalam Pendidikan dan Pengasuhan”.

Kemudian dijelaskan pula bagaimana John Naisbit memandang era digitas, saat ini kita telah memasuki gelombang perubahan teknologi informasi yang cukup dahsyat. Kalau diibaratkan teknologi informasi adalah arus badai, maka sekurang-kurangnya ada tiga sikap dalam menghadapi perubahan teknologi informasi. Pertama, membangun dinding yang kokoh agar tidak terkena badai. Kedua, berdiam diri dan membiarkan diri kita terbawa arus. Ketiga, memanfaatkan arus tersebut sebagai sumber energi.

Sebagai ikhtiar dalam menjawab tanggung jawab baru dalam pembelajaran dan pengasuhan di era digital, berdasarkan kajian penelitian tentang pendekatan pembelajaran dan pola pengasuhan yang kami lakukan selama kurun waktu 2016 sampai 2022, beliau menawarkan langkah-langkah pendidikan dan pengasuhan kolektif sebagai bentuk tanggung jawab baru bagi guru dan orang tua yang disesuaikan dengan kebiasaan anak-anak kita. Langkah-langkah tersebut diberi singkatan “ekstra” (Eksplor, kolaborasi, share, teladan, dan rayakan). 

Eksplor, Dunia digital memang memungkinkan anak untuk mendapat pengetahuan tentang banyak hal, yang mungkin belum pernah ia ketahui sebelumnya. Guru dan orang tua harus menghindari mengekang anak-anak, melainkan membiarkan anak-anak mengeksplor keingintahuannya. 

Kolaborasi antara guru dan orang tua di era digital sangat niscaya untuk dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab kolektif, untuk menjamin keseimbangan pengasuhan di sekolah dan di rumah. 

Share, Orang tua dan guru harus membudayakan untuk membagikan sesuatu yang positif berupa pesan-pesan moral yang sangat berguna untuk perkembangan masa depan anak. 

Teladan, Jika mengharapkan anak tumbuh menjadi pribadi yang baik. Mulailah dari “dengan hanya menggunakan kalimat dan membagikan cerita di media sosial yang positif”. Sehingga saat anak membacanya, ia tahu bahwa orang tua dan gurunya adalah orang yang patut diteladani. 

Dan Rayakan, Ketika anak telah melakukan upaya yang dikehendaki oleh guru dan orang tuanya terkait dengan aktivitas ekplorasi yang dilakukan, maka penting untuk merayakannya dalam bentuk pujian, sanjungan, atau bagi beberapa orang tua yang memiliki kesanggupan, dapat mengajak berlibur atau menikmati makan bersama di luar rumah.

Selanjutnya Orasi ketiga Prof. Dr. Nurul Lailatul Khusniah, M.Pd (Guru Besar bidang Pendidikan Bahasa Inggris), dengan judul orasi “Critical Reading for Critical Thinking: Urgensi Membaca Kritis  di Era Disrupsi Teknologi dan Informasi”. 

Prof. Dr. Nurul Lailatul Khusniah, M.Pd (Guru Besar bidang Pendidikan Bahasa Inggris), dengan judul orasi “Critical Reading for Critical Thinking: Urgensi Membaca Kritis  di Era Disrupsi Teknologi dan Informasi”. 

Dalam paparan beliau tentang membaca kritis, beliau memaparkan pendapat Keller, 2014, bahwa dalam konteks pembelajaran di Perguruan Tinggi, apakah kemudian kita akan fokus menitikberatkan akar masalah pada peserta didik? Sedang di sisi lain ada yang menggembirakan bahwa  peserta didik kita sebenarnya memiliki potensi untuk diarahkan agar mereka mampu membaca berbagai jenis teks. 

Di sinilah peran pentingnya kita selaku pendidik untuk memberikan pencerahan agar mereka memiliki strategi dalam membaca sehingga mereka bisa menggunakan strategi tersebut sesuai dengan kebutuhan pada setiap jenis bacaan. Terlebih lagi ketika kita mampu membekali mereka dengan kemampuan membaca kritis, maka dari sini proses konstruksi berpikir kritis bisa ditumbukan.. 

Kata beliau, menurut Charter, membaca dengan kritis melibatkan skill, strategi dan metakognisi. Sementara itu, untuk mengetahui strategi mana yang akan digunakan pada kondisi tertentu, dibutuhkan metakognisi (metacognition). 

Ada tiga istilah yang biasa dikenal dalam sebuah proses membaca: recording, decoding and meaning. Recording berarti memahami kata dan kalimat. Ini masih level cukup rendah dimana pembaca mencoba memahami kata dan kalimat. Decoding adalah proses membaca data, angka atau grafik dan mencoba merangkai ke dalam kata atau kalimat. Sementara meaning adalah proses memahami substansi bacaan yang meliputi understanding, interpreting, creating bahkan evaluating. 

Prosesi Pengukuhan 3 Profesor jadi Guru Besar UIN Mataram oleh Rektor UIN Mataram

Membaca kritis disarankan menjadi salah satu pendekatan pembelajaran dalam menyiapkan generasi bangsa masa depan yang tahan uji, berkarakter dan tidak mudah terprovokasi oleh informasi dan sumber-sumber bacaan sampah tertentu dari media sosial digital berbasis internet. 

Prof. Ellen C. Carillo dan Prof. Alice S. Horning memberikan suatu penegasan kepada para pendidik bahwa di era saat ini, kita akan sedikit kesusahan menemukan dan mengevaluasi klaim informasi “hoaks/berita bohong” dan “fakta”, sehingga jika kita tidak menggunakan kemampuan membaca kritis maka kita bisa saja terjebak pada misinformasi atau disinformasi. 

Orasi ditutup dengan paparan, saya mengajak diri pribadi dan kita semua agar mulai memperhatikan apakah mahasiswa kita senantiasa konsisten mengasah skill membaca dengan kritis, apakah mereka sudah menggunakan strategi dan menerapkan metakognisinya dalam membaca. 

Tentu ini menjadi sebuah renungan reflektif yang bisa kita jawab dalam hati masing-masing.Ini adalah tantangan. Tidak mudah memang, tetapi harus kita mulai, demi generasi bangsa yang melek literasi, generasi bangsa yang kritis konstruktif, untuk menuju Indonesia generasi emas 2045.

Agenda berikutnya dari acara pengukuhan Guru Besar adalah Sambutan Rektor UIN Mataram. Prof. H.Masnun Thahir


Dalam perhelatan akbar pengukuhan guru besar tersebut, Rektor dengan gaya retorika yang luar biasa memberikan sambutan dengan penuh kebanggan, beliau memaparkan dan mengulas kembali apa yang disampaikan oleh ketiga guru besar dalam pidato pengukuhannya.  

Pertama, Bapak prof. Syarifuddin. Menjelaskan kepada kita bagaimana kita  berkominkasi, bagaimana komunikasi dengan komunikan, jangan sampai kita misskomunikasi. Prof Syarif ini istri beliau ada di sini, saya sering berkelakar, Sakinah, mawaddah, wanikmah…

Kemudian Prof. Maimun, M.Pd, Kata Rektor, orang mengira saya bersaudara, karena namanya mirip, maimun…. Masnun… memang orang-orang dulu namanya singkat-singkat, biar gampang dihafal…. Subki…, Sainun… tetapi dengan gelar Tuan Guru, Kiayi Hajji, Radiallahu anhu, manjadi panjang namanya… 

Prof. Dr. Nurul Lailatul Khusniah, M.Pd  berpose bersama Keluarga usai pengukuhan

Tadi Prof. Maimun menjelaskan kepada kita, bahwa tantangan di era digital bagai arus badai, menuntut adanya tanggung jawab baru dalam pembelajaran dan pengasuhan. Dan untuk menjawab  tantangan pendidikan dan pengasuhan di era digital, di samping model pembelajaran yang harus berubah, tipe pola asuh orangtua kepada anak juga harus mengalami perubahan. 

Maka peran orangtua dalam mendidik dan mengasuh anaknya di era digital hendaknya dilakukan harmonisasi antara model pengasuhan dengan pola komunikasi yang baik dan sehat.

Kemudian professor yang ketiga nenek kita, professor nenek cantik … bisa dipanggil Prof. Nurul Lukman, karena istrinya Pak Dekan FUSA (Bapak Lukman MPd), ciri suami yang ikhlas, ikhlas mengantarkan dan memberikan ijin kepada istrinya menjadi guru besar, seperti ibu prof. Atun Wardatun bila hari, mendahului suaminya Prof. Abdul Wahid.

Itulah dinamika di UIN Mataram, semua bisa… bisa di bawah, bisa di atas. Bisa duluan… bisa belakangan. Hirarki bolak balik…, di kampus sebagai kolega, di rumah sebagai istri atau suami yang diceramahi.. dan seterusnya.

Prof. Dr. H. Maimun, M.Pd  bersama keluarga

Beliau dalam pidatonya memaparkan tentang bagaimana kita mengajarkan kepada mahasiswa bembaca kritis sebagai salah satu pendekatan pembelajaran dalam menyiapkan generasi bangsa masa depan yang tahan uji, berkarakter dan tidak mudah terprovokasi oleh informasi dan sumber-sumber bacaan sampah tertentu dari media sosial digital berbasis internet.

Selanjutnya Bapak rektor menjelaskan bahwa gelar profesor ini bisa dibawa sampai mati, kalau jabatan rektor tidak bisa ditulis di batu nisan, sementara gelar profesor, sampai mati disebut dan bahkan ditulis di batu nisan.

Alhamdulillah hari ini UIN Mataram bertambah profesornya menjadi 31, dan tahun ini target UIN Mataram mengukuhkan 50 orang profesor. Kalau bisa mencapai target tersebut, bukan hanya upacara bencdera setiap minggu, akan tetapi pengukuhan akan dilaksanakan setiap minggu di UIN Mataram.

Bayangkan, kalau UIN akan menjadi “Barakna Haulahu…”. alangkah indahnya apabila UIN Mataram berbagi berkah kepada sekelilingnya.

Prof. Dr. H. Maimun, M.Pd  bersama istri dan anak-anak tersayang

Selamat kepada tiga profesor yang hari ini dikukuhkan… Sebelum sambutan ini saya lanjutkan, saya ada pantun:

Ke Pasar beli tomat dan beli opor
Ke Gapuk lewat Sekarbnela
Selamat kepada tiga professor
Tetaplah tawaddhu’ dan berkarya.

Gelar professor adalah harta kekayaan tertinggi akademik dalam sebuah kampus, dan untuk mecapainya dibutuhkan perjuangan panjang dan jalan yang berliku-liku, membutuhkan strategi tertentu. Dalam bidang adminstrastif sudah dipenuhi misalnya, kadang-kadang harus berjuang lagi pada jalur non administratif.

Maka tugas selanjutnya, kita bersyukur atas capaian ini. Guru Besar adalah pemegang jabatan fungsional akademik tertinggi dalam tugas dosen. Didalam keilmuan, jangan lupakan panutan dalam pergaulan  civitas akademika kampus.

Selanjutnya Beliau juga menjelaskan bahwa kita terlahir tidak dalam kondisi paket jadi. Wallahu akhrajakum mimbutuni ummahatikum la ta’lamuna syaian…” Kita lahir tidak dalam keadaan menjadi doktor, apalagi profesor. Tetapi proses pencarian itulah yang melahirkan kita menjadi doktor, menjadi profesor.

Semoga dengan bertambahnya Guru Besar hari ini, UIN Mataram terus berkembang maju untuk melayani masyarakat serta dapat melahirkan SDM yang bermanfaat  bagi agama, bangsa, dan Negara.

Prof. Dr. Syarifuddin, M.Pd berpose bersama keluarga usai pengukuhan

Dalam komunitas akademik  atau epistemic comunity seperti UIN Mataram, tugas guru besar adalah menggali, mengembangkan dan menyebarluaskan kebenaran-kebenaran ilmiah dan menjadi referensi-referensi paling otoritatif didalam masyarakat.

Diharapkan dengan adanya guru besar ini persoalan-persoalan kegamaan , persoalan kemanusiaan  yang dihadapkan ke UIN Mataram dapat teratasi, diharapkan juga dengan lahirnya guru besar ini, maka menambah branding UIN Mataram dan menambah modal untuk menuju akreditasi unggul.

Kata Rektor, Patut kita sadari bahwa keberadaan UIN Mataram sebagai kominitas akademik  dan komunitas ilmu  atau majlis taklim, majlis ilmiah menguatkan ekosistem akademik kampus, salah satunya publikasi, akselerasi, dan tentunya akreditasi.

Guru besar yang telah kita kukuhkan tadi yang hadir dari komunitas akademik  adalah menjadi mujtahid-mujtahid baru yang lahir dari usaha-usaha kolektif dan institusional.

Sekali lagi kita ucapkan selamat kepada ketiga guru besar dan kepada keluarga besar ketiganya yang telah mendampingi guru besar selama ini, semoga ini menjadi catatan amal jariah kita. Menjadi catatan ilmiah bagi UIN Mataram.

Terakhir, dalam rangka pengembangan UIN ke depan, tidak saja menambah doktor dan profesor, akan tetapi juga “Haqqo jihadih” untuk menambah prodi, menambah fakukltas, dan menambah jurnal-jurnal  yang terakreditasi menuju scoppus. Para dosen jangan terlalu banyak diskusi, tetapi juga harus menulis. 

Kami memotivasi kepada semua dosen untuk menambah ilmunya, karena salah satu syarat yang bisa dimakamkan di pemakaman UIN Mataram adalah minimal magister…. Nanti di kuburan akan ditanya “Wama Kitabuka…?”, mana tulisan scopusmu?

Akhirnya Rektor UIN Mataram menutup sambutannya dengan memberikan selamat kepada tiga guru besar dan kepada keluarga besar dari ketiga Profesor.

Acara pengukuhan diakhiri dengan pembacaan do’a oleh Wakil Wali Kota Mataram (Bapak TGH. Mujiburrahman). Dan siding senat terbuka ditutup oleh sekretaris senat.

Pewarta: Tim BidikNews    

 

  

0 Komentar