Khutbah Jum`at "MELUKIS DIRI" Oleh : Prof. DR. H. Maimun Zubair, M. Pd

Foto: Repro BidikNews

Lukisan yang indah itu didapatkan dari kekuatan imajinasi sang pelukis dalam memainkan berbagai macam warna di atas kanvas. Semakin indah dan seimbang perpaduan warna yang ditorehkan oleh pelukis, maka semakin indah pula hasil lukisannya. Lukisan itu akan dinikmati oleh banyak orang setelah lukisan itu menemui finishing-nya, baru para penikmat lukisan akan terkesima dengan keindahan lukisan itu.

BidikNews,Mataram,NTB – Demikian Prof. DR. H. Maimun Zubair, M. Pd mengawali uraian Khutbahnya di Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah Mataram,NTB pada Jum`at, 15 September 2023 dengan tema “Melukis diri”

Bila kita renungkan tentang kehidupan yang kita jalani bersama orang-orang di sekeliling kita, entah itu di tengah keluarga, di dalam ruang kerja, di lingkungan masyarakat sekitar, sampai kepada ruang-ruang publik yang lebih luas, maka proses kehidupan yang kita jalani ini tidak ubahnya seperti melukis diri.

Jika para pelukis menorehkan cat warna pada kanvas yang berukuran standar, untuk melukis apa saja yang ada di dalam imajinasinya, termasuk melukis gambar wajahnya sendiri, maka bagi kita, kehidupan yang sedang kita jalani saat ini  adalah kanvas yang sangat luas dan lebar bagi kita untuk menorehkan lukisan diri.

Bedanya, kalau pelukis menggunakan cat warna untuk memperindah lukisannya, sementara kita, cat yang mewarnai lukisan tentang diri di atas kanvas kehidupan yang kita jalani adalah omongan atau perkataan, sikap atau perangai, paradigma atau cara pandang, dan pakaian atau  busana yang kita kenakan.

Apa yang kita katakan atau omongkan dan bagaimana menyampaikannya akan menjadi  materi yang diingat dan dikenang oleh siapa saja yang menjadi lawan bicara kita. Baik dan buruk tema yang kita katakan, akan memengaruhi kesan dari lawan bicara kita.

Angkuh dan sopan cara kita menyampaikan omongan, akan mempengaruhi sikap dan hati lawan bicara kita. Tinggi dan rendahnya tutur kata yang kita sampaikan, akan memengaruhi perilaku dan pandangan lawan bicara kita.

Perkataan dan omongan yang keluar dari lisan ini bisa menjadi warna yang menjadi penanda kita dalam kesan orang-orang yang menjadi lawan bicara kita. Imam Al Ghazali mengatakan “lidah itu sangat kecil dan ringan, tetapi bisa mengangkatmu ke derajat yang paling tinggi dan bisa menjatuhkanmu ke derajat yang paling rendah”.

Sikap dan perangai yang kita tampilkan di hadapan siapa pun dapat menjadi sesuatu yang dikenang oleh orang-orang yang pernah membersamai kita. Congkak dan merendah dalam bersikap kepada orang-orang akan memengaruhi  pandangan orang kepada kita. Tinggi hati dan rendah hati dalam berperangai akan memengaruhi  sikap orang lain terhadap kita.

Sikap dan perangai yang kita tampilkan dalam berperilaku di hadapan orang-orang  dapat menjadi warna yang melabeli kita dalam pandangan orang-orang. Kata orang bijak, “perilakumu hari ini  menentukan nasibmu hari esok. Bagaimana kamu bertindak seperti itulah perlakuan yang akan kamu terima”.

Cara pandang atau paradigma tentang sesuatu di hadapan orang banyak atau di ruang-ruang komunikasi akan memengaruhi  perlakuan orang-orang kepada kita. Gegabah dan jujur dalam memberikan pandangan kepada khalayak, akan memengaruhi cara pandang orang kepada kita. Asal-asalan dan serius dalam mengeluarkan statement di hadapan komunitas, akan memengaruhi sikap dan cara pandang orang kepada kita.

Paradigma dan cara pandang yang kita berikan kepada orang lain tentang sesuatu bisa menjadi citra diri kita dalam pandangan orang lain. Kata orang bijak, “setiap orang akan memiliki pandangan yang berbeda tentang citra orang lain. Itu semua persepsi. Karakter seseorang, integritas, itulah dia yang sebenarnya”.       

Busana yang kita kenakan dalam nuansa dan situasi yang bagaimanapun, di hadapan siapa pun, dan dalam keseharian kita, akan memengaruhi  citra diri kita dalam pandangan orang lain. 

Busana yang sopan dan asal-asalan akan memengaruhi  pandangan dan penilaian orang lain kepada kita. Busana islami dan buka-bukaan akan memengaruhi kesimpulan orang tentang diri kita. Busana yang pantas dan tak pantas akan memengaruhi harga diri kita di hadapan orang lain.

Kelayakan dan kepantasan dalam mengenakan busana dapat menjadi cermin diri dalam penilaian dan pandangan orang lain. Kata orang bijak, “busanamu pun ikut bercerita tentang dirimu.” Atau kata orang bijak yang lain, “memakai pakaian yang pantas merupakan bentuk menghargai terhadap diri sendiri”.

Kesan yang didapatkan orang dari omongan atau perkataan, sikap atau perangai, dari paradigma atau cara pandang, dan dari pakaian atau  busana yang kita kenakan adalah bagian dari produk melukis diri dalam kehidupan kita.

Apa yang kita tebar dalam kanvas kehidupan yang panjang dan luas ini bagian dari cara kita melukis diri, maka pilih dan torehlah bahan cat yang berkualitas untuk dituangkan dalam kanvas kehidupan kita. Berkatalah dengan pembicaraan yang penuh makna, bersikaplah dengan sikap yang berkesan positif, berilah cara pandang atau paradigma yang jujur, dan kenakanlah busana yang pantas.      

“Wa mayyaqtarif ḥasanatan nazid lahụ fīhā ḥusnā, innallāha gafụrun syakụr”. Terjemahannya:  Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Tuhan Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS. Asy Syura ayat 23).

Diakhir Khutbahnya, Prof. DR. H. Maimun Zubair, M. Pd selaku Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram itu, mengatakan Kebaikan itu akan terus berkelanjutan dari kesan-kesan yang datang dari kekaguman orang-orang tentang lukisan diri kita yang ditorehkan dari omongan atau perkataan, sikap atau perangai, dari paradigma atau cara pandang, dan dari pakaian atau  busana yang pantas dan tentunya yang bermutu.

Pewarta : Dae Ompu


0 Komentar