BidikNews.net,Mataram-Acara berlangsung di gedung Graha Bhakti Praja, diikuti oleh jama’ah Imtaq dari Badan Riset dan Inovasi Daerah, BPKAD, Inspektorat, Sekretariat DPRD, Dinas Dikbud, Dinas Perhubungan, Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi, Dinas PM, Pemdes Kependudukan & Catpil, Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan, dan semua Biro lingkup Setda Provinsi NTB. Berikut isi ceramah yang disampaikan Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag
Ibadah haji merupakan ibadah yang paling mengesankan bagi seorang muslim. Bagaimana tidak, untuk bisa berangkat ke tanah suci ia harus rela antre sekian tahun lamanya. Melaksanakan haji memerlukan pengorbanan waktu, tenaga, dan harta. Pengorbanan ini mencerminkan pengabdian penuh seorang Muslim kepada Allah Swt.
Selain itu Ibadah haji juga mengesankan karena ia merupakan rangkaian ritual yang mengikuti jejak Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Nabi Muhammad Saw. Mengikuti ritual yang sama seperti para nabi terdahulu akan memberikan rasa kedekatan historis dan sekaligus juga spiritual.
Firman Allah Swt dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 197, yang artinya: “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”
Ada beberapa pesan penting dalam ayat tersebut.
Pertama, bagian awal ayat tersebut menyebutkan bahwa bulan-bulan pelaksanaan ibadah haji sudah diketahui. Hal ini mengingat haji merupakan ibadah yang sudah lama disyariatkan kepada Nabi-nabi sebelumnya sejak Nabi Ibrahim As, karenanya bulan-bulannya sudah masyhur secara turun temurun.
Bulan yang dimaksud adalah syawal, dzulqa’dah dan dzulhijjah. Dengan demikian yang menetapkan waktu ibadah haji adalah Allah, yang menetapkan tempatnya adalah juga Allah, dan yang menetapkan ibadah haji juga Allah. Kalau Allah sudah menetapkan bermakna semua itu kehendak Allah.
Maka saat menunaikan panggilan ibadah haji kita hanya merealisasikan kehendak Allah. Kita tidak mengikuti kehendak kita. Semakin kita larut dalam kehendak Allah maka manusia akan semakin mulia. Sebaliknya, semakin manusia menuruti kehendaknya sendiri maka akan semakin jauh dari Allah.
Saat manusia intens mengikuti kehendak Allah maka derajat kerohaniannya semakin naik. Dia menjadi ‘Abdun Robbaniyyun, hamba yang memiliki sifat ketuhahan. Hamba-hamba seperti ini akan tulus melafadzkan Labbaikallahumma labbaik, aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku jawab panggilan-Mu Ya Rabb.
Kedua, bagian tengah ayat tersebut menegaskan hal-hal yang harus dihindari selama melaksanakan haji. Terdapat larangan untuk melakukan tiga hal utama, yaitu : rafats, fusuq, dan jidal. Rafats mengacu pada semua bentuk ucapan atau tindakan yang berhubungan dengan hubungan seksual dan hal-hal yang tidak pantas, mencakup ucapan atau perbuatan yang bersifat mesum/cabul selama ihram (keadaan suci saat menjalankan beberapa ritual haji).
Fusuq berarti semua bentuk maksiat atau perbuatan yang melanggar ketentuan haji, misalnya: memotong dahan, membunuh binatang, dan semua perilaku tak terpuji lainnya seperti berdusta, mengumpat, dan berbuat curang. Jidal berarti debat, pertengkaran, atau perbantahan yang keras dan tidak produktif.
Ketiga, bagian akhir ayat tersebut berisi perintah agar kita mempersiapkan bekal yang cukup. Bekal ini mencakup bekal yang bersifat fisik-material dan bekal yang berupa mental-spiritual. Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, yaitu sikap Ikhlas, mengenal Allah sebaik mungkin, serta sungguh-sungguh dan penuh cinta dalam menunaikan ibadah haji. Taqwa juga bermakna kita menjadikan semua yang ada tadi itu sebagai pemeliharaan diri dari kemurkaan Allah.
Menjalankan ibadah haji di kota suci adalah anugerah yang tak ternilai, sebuah perjalanan rohani yang penuh makna dan keindahan. Betapa nikmat dan syahdunya saat pertama kali menapakkan kaki di tanah Makkah, merasakan getaran spiritual yang menyusup ke dalam jiwa.
Ketika pandangan pertama tertuju pada Ka'bah yang megah, hati bergetar, air mata mengalir tanpa tertahan, seolah seluruh beban dunia lenyap dalam sekejap. Setiap thawaf mengelilingi Ka'bah, dalam derap langkah yang serempak, terasa seperti tarian cinta yang dipersembahkan kepada Sang Pencipta.
Di tengah lautan manusia yang berdoa dalam khusyuk, rasa persaudaraan dan persatuan begitu kental terasa. Suara lantunan talbiyah yang menggema, menggetarkan hati dan jiwa, menyatukan setiap doa dalam harmoni yang indah.
Berlari kecil antara Safa dan Marwah, mengenang keteguhan Hajar, dalam setiap langkah penuh harap dan keyakinan, hati ini dipenuhi rasa syukur dan kebesaran cinta Ilahi. Di padang Arafah, tempat wukuf yang sakral, mengangkat tangan dalam doa yang tulus, memohon ampunan dan Rahmat-Nya.
Muzdalifah dan Mina, tempat perenungan dan pengorbanan, setiap butiran kerikil yang dilemparkan, melambangkan perjuangan melawan godaan dan dosa, dalam setiap ayunan tangan ada tekad untuk menjadi lebih baik.
Menjalankan ibadah haji, setiap detiknya terasa syahdu, dalam suasana yang penuh kedamaian, setiap doa yang diucapkan, setiap ayat yang dibaca, seolah langsung naik ke langit, diterima dengan penuh kasih sayang oleh Sang Maha Pengasih.
Betapa nikmatnya, betapa syahdunya, menjalani ibadah haji di kota suci, dalam pelukan kasih dan rahmat Allah, perjalanan ini adalah puncak tertinggi dari pengabdian dan cinta seorang hamba kepada Tuhannya.
Ya Allah, dalam setiap denyut nadi,
Kupahatkan niat suci ini di sanubari,
Dengan cinta dan harap yang tak pernah henti,
Aku bertekad penuhi panggilan-Mu yang abadi.
Menuju Ka'bah-Mu, rumah-Mu yang agung dan mulia,
Kusisihkan dunia, meninggalkan hiruk-pikuk yang fana,
Dalam setiap langkah, dalam setiap doa,
Kujawab seruan-Mu, penuh rindu dan cinta.
Labbaik Allahumma labbaik, lantunan syahdu yang menggema,
Dalam hatiku yang penuh harap dan doa,
Dengan tekad kuat, kuarungi perjalanan menuju-Mu,
Ya Allah, segerakan aku tuk penuhi panggilan-Mu.
Pewarta: Dae Ompu
0 Komentar