ANDAI SELFIE SEBAGAI MANIFESTASI DIRI Oleh: Prof.DR.H.Maimun Zubair M.Pd (Wk.Rektor II UIN Mataram)


Oleh: Prof. DR. H. Maimun Zubair M.Pd

Pernahkan kita memperhatikan orang-orang atau kita sendiri tatkala selfie? Kita sanggup mengulang-ulang posisi dan performa yang pas dan tepat baru kita simpan dan atau kita upload ke ranah publik, entah di group WA atau di Facebook, instagram, dan lain-lain. Kita tidak akan pernah rela jika wajah yang terekam dalam jepretan selfie itu tidak sesuai dengan keindahan yang kita harap, bahkan akan mengulang dan mengulang jepretan lagi sampai menemukan hasil yang indah dan pantas.

Selfie merupakan istilah yang mengacu pada potret diri yang diambil dengan menggunakan kamera, biasanya dengan perangkat ponsel atau kamera digital. Fenomena selfie telah menjadi bagian integral dari budaya populer di seluruh dunia, terutama sejak munculnya ponsel pintar dengan kamera depan yang semakin canggih.

Selfie dapat menjadi cara bagi individu untuk mengekspresikan diri, membangun identitas, dan berkomunikasi dengan orang lain. Namun ada juga kritik terhadap fenomena selfie, terutama ketika dikaitkan dengan narsisme, obsesi terhadap penampilan, dan dampak negatif terhadap kesehatan mental. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan berlebihan dalam selfie dan media sosial dapat menyebabkan penurunan harga diri, kecemasan sosial, dan ketidakpuasan terhadap citra tubuh.

Terlepas dari cermin negatif di atas, di sisi lain selfie juga bisa menjadi alat yang positif untuk membangun kepercayaan diri, terutama ketika digunakan untuk mendokumentasikan perjalanan hidup, merayakan momen spesial, atau berbagi pengalaman dengan orang lain. Selfie dapat memperkuat hubungan sosial dan memberikan cara yang mudah untuk tetap terhubung dengan orang-orang yang kita kenal.

Selfie menjadi fenomena yang mencerminkan perkembangan teknologi, perubahan sosial, dan dinamika budaya di era digital. Meskipun sering dianggap sebagai simbol narsisme atau keasyikan diri, selfie juga bisa menjadi bentuk ekspresi diri yang kuat dan alat untuk koneksi sosial. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan media sosial, kemungkinan tren selfie akan terus berkembang, dengan dampak yang semakin luas terhadap budaya dan interaksi manusia.

Pada kolom hikmah kali ini, kita tidak sedang dan ingin menjelaskan tentang konsep dan makna selfie, akan tetapi ingin menyoroti bagaimana kita dan siapa saja diantara kita tatkala sedang selfie, sadar atau tidak hampir semua kita ingin mencapai kesempurnaan dalam seluruh fungsi-fungsi performa dari penampilan diri, mulai dari cara berdiri harus anggun atau tampan, posisi tubuh harus cakep atau gagah, gaya busana harus sepadan, raut wajah harus menarik, senyuman harus tersungging manis, dan banyak titik-titik kesempurnaan harus dicapai, sehingga hasil selfie itu dilihat layak, pantas, dan tentunya memesona.


Andai kita bisa bersikap, berprilaku, berpenampilan, bersosialisasi, dan berparas seperti berselfie di setiap moment, disetiap waktu, disetiap kesempatan, dan disetiap saat, sungguh betapa kita akan termasuk muslim yang sempurna yang menyebabkan muslim yang lain merasa damai karena kepantasan performa dan prilaku yang kita perlihatkan.      

Mari kita telisik bagaimana perilaku unik dan menarik dari aktivitas selfie yang apabila kita lakoni sebagai habit, sungguh akan luar biasa perangai yang memancar dari kita.   

Tatkala selfie, aktivitas memainkan ekspresi wajah merupakan teknik yang efektif untuk menambahkan dimensi dan kepribadian pada foto atau interaksi sosial. Dengan bereksperimen pada berbagai ekspresi, seperti senyuman lebar, tatapan lembut, atau ekspresi lucu, seseorang dapat menonjolkan karakter mereka dan menciptakan gambar yang lebih dinamis dan menarik. 

Ekspresi wajah yang bervariasi tidak hanya menambahkan kekayaan visual tetapi juga dapat mengkomunikasikan emosi dan pesan yang lebih mendalam. Menguasai seni memainkan ekspresi wajah memungkinkan kita untuk mengekspresikan diri secara lebih autentik dan menarik perhatian orang lain dengan cara yang lebih ekspresif dan penuh warna.

Kemudian mengatur bibir dengan bijaksana menjadi elemen penting dalam menciptakan ekspresi wajah yang menarik dan efektif. Pilihan posisi bibir, apakah itu senyuman lembut, atau bibir yang rileks, dapat mempengaruhi secara signifikan bagaimana kita terlihat pantas dalam foto atau interaksi sosial. Ekspresi bibir yang dipilih harus sesuai dengan konteks dan emosi yang ingin disampaikan, sehingga menciptakan kesan yang otentik dan menarik. Dengan mengatur bibir secara bijaksana, kita dapat meningkatkan daya tarik visual, menonjolkan fitur wajah, dan berkomunikasi dengan lebih jelas, membuat ekspresi lebih menawan dan penuh makna.

Tersenyum dengan alami adalah cara yang efektif untuk menciptakan kesan yang menarik dan positif dalam selfie, lebih-lebih dalam kehidupan sehari-hari. Senyum alami yang muncul dari perasaan senang atau nyaman, memberikan ekspresi yang tulus dan membuat diri terlihat lebih ramah dan approachable. Tidak seperti senyum yang dipaksakan, senyum alami mengekspresikan emosi sejati, pastinya akan menciptakan kehangatan yang dapat dirasakan oleh orang lain. Untuk mencapai senyum alami, penting untuk merasa rileks dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, sehingga senyum yang terpancar benar-benar mencerminkan kebahagiaan dan keceriaan.

Kesadaran tentang penampilan dan perilaku saat selfie mendorong kita untuk memperhatikan detail dan menyajikan diri dengan cara yang menarik dan positif. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas gambar tetapi juga mencerminkan bagaimana kita memandang diri sendiri dan bagaimana kita ingin dilihat oleh orang lain dengan pantas. 


Dengan memperhatikan penampilan dan perilaku secara sadar, kita dapat meningkatkan citra diri, memperkuat kepercayaan diri, dan berkomunikasi lebih efektif dalam berbagai konteks sosial. Kesadaran ini juga membantu dalam menciptakan presentasi diri yang lebih konsisten dan autentik, baik di dunia maya maupun dalam interaksi sehari-hari.

Rasa puas ketika foto selfie terlihat sangat menarik, sering kali berasal dari kombinasi kepuasan pribadi dan pengakuan sosial. Ketika seseorang melihat foto selfie yang dianggap menarik, kita pasti merasa senang karena hasilnya mencerminkan usaha dalam mengatur ekspresi dan komposisi dengan baik. 

Kepuasan ini juga diperkuat oleh umpan balik positif dari teman dan pengikut di media sosial, yang memberikan pengakuan dan dukungan terhadap penampilan kita. Secara keseluruhan, perasaan puas ini adalah hasil dari kombinasi antara pencapaian pribadi dalam menciptakan gambar yang memuaskan dan validasi sosial yang diterima, yang bersama-sama meningkatkan rasa percaya diri dan kebahagiaan.

Sebagai catatan pinggir, andai sehari-hari kita berperilaku dan bersikap seperti sedang mengambil foto selfie, kemungkinan kita akan merasakan peningkatan kepercayaan diri dan kepuasan pribadi yang lebih besar. Dengan fokus pada ekspresi positif, perhatian terhadap detail, dan keautentikan, kita dapat memperbaiki interaksi sosial dan menciptakan suasana yang lebih menyenangkan. Secara keseluruhan, menerapkan sikap yang sama seperti saat selfie dalam kehidupan sehari-hari dapat mempengaruhi secara positif kesan kita berinteraksi dengan orang lain dan bagaimana kita merasakan diri kita sendiri.

Dalam Al-Qur'an, meskipun tidak secara spesifik membahas konsep "memperlihatkan performa yang menarik", terdapat ayat yang menekankan pentingnya menunjukkan kualitas diri dengan cara yang baik dan berkualitas. ”Wa quli‘malû fa sayarallâhu ‘amalakum wa rasûluhû wal-mu'minûn... ". Dan katakanlah: 'Beramalah kamu, maka Tuhan dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat amalmu itu. (QS At-Tawbah:105)

Ayat ini mengajarkan bahwa setiap perbuatan harus dilakukan dengan sebaik baiknya dan sesempurna mungkin, karena tindakan kita akan mendapatkan penilaian kolektif, dan yang pasti, performa yang pantas itu menjadi bagian dari kualitas diri.

Penulis: Adalah Wakil Rektor II UIN Mataram


0 Komentar