Hikmah Jum`at : 13 Desember 2024
Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi pada kita esok hari. Kalimat ini menyadarkan kita bahwa hidup yang kita lakoni sekalipun nyata namun tetap menjadi perjalanan yang misteri, yang tidak bisa diprediksi apa yang akan terjadi esok hari, bahkan detik demi detik dalam hidup kita masih menjadi misteri. Seperti yang kita lihat dalam kisah-kisah para nabi, Tuhan sering kali menghadirkan ujian dan cobaan yang tidak pernah terduga sebelumnya. Namun, di balik segala misteri itu, sering kali dihadapkan pada momen-momen yang mengajarkan kita tentang keimanan, kesabaran, dan pertolongan Tuhan yang selalu datang di saat yang tepat.
Banyak ibrah yang dapat kita pelajari dari kisah-kisah para Nabi yang tertulis dengan jelas didalam sejarah, seperti Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Yusuf yang dapat menjadi contoh nyata bagaimana kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada esok hari, dan bagaimana ujian hidup sering kali mengarah pada jalan keluar yang tak pernah kita sangka muatan keberkahan dan keajaibannya.
Nabi Ibrahim misalnya, beliau salah satu nabi yang melalui perjalanan hidup penuh ujian, dan salah satu ujian terbesar yang dihadapinya adalah saat ia diperintahkan oleh Raja Namrudz untuk dibakar hidup-hidup karena ia menentang penyembahan terhadap berhala. Raja Namrudz memerintahkan agar Ibrahim dibakar dalam api yang sangat besar. Saat tubuh Ibrahim dibakar, beliau tidak pernah tahu sebelumnya apa yang akan terjadi padanya. Namun, dengan izin Tuhan, api itu tidak membakar tubuh Ibrahim sedikit pun. Bahkan, api tersebut menjadi dingin dan menjadi tempat yang aman bagi Nabi Ibrahim.
Kemudian Nabi Musa yang sangat menginspirasi tentang nilai kepercayaan pada pertolongan Tuhan di saat-saat terdesak. Ketika Nabi Musa dan Bani Israil sedang dikejar oleh pasukan Fir'aun, mereka sampai di tepi Laut Merah. Laut yang luas itu tampak sebagai penghalang besar, sementara pasukan Fir'aun semakin dekat. Dalam keadaan seperti itu, banyak yang mungkin merasa putus asa dan berpikir tidak ada jalan keluar. Namun, Tuhan memberi wahyu kepada Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut, dan dengan izin-Nya, laut tersebut terbelah, membuka jalan bagi Musa dan umatnya untuk melintasinya dengan selamat. Nabi Musa yang tidak pernah tahu sebelumnya bahwa laut akan terbelah dan menjadi jalan yang bisa dilaluinya, kadang-kadang Tuhan membuka jalan keluar yang tidak terduga. Ketika segala daya dan upaya manusia sudah terasa sia-sia, pertolongan Tuhan akan datang dengan cara yang paling menakjubkan. Kita hanya perlu bersabar, berusaha, dan selalu yakin bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan hamba-Nya yang beriman.
Demikian pula Fir’aun, seorang penguasa Mesir kuno, dikenal dalam sejarah dan tradisi agama sebagai simbol kesombongan dan kekuasaan absolut. Dalam ajaran Islam, Fir'aun digambarkan sebagai seorang raja yang sangat membanggakan dirinya sendiri, bahkan mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Sebagaimana dikisahkan di dalam surah-surah Al-Qur'an, Fir'aun sering disebut sebagai contoh orang yang menentang wahyu Tuhan dan menindas umat yang lemah, terutama Bani Israil yang dipimpin oleh Nabi Musa.
Bahkan Fir'aun tidak pernah menyangka dan tidak pernah menyadari bahwa akhir hidupnya akan berakhir dengan cara yang sangat hina, yaitu dengan tenggelam di laut yang pernah menjadi saksi akan kesombongannya. Meskipun dia mengklaim dirinya sebagai Tuhan, pada akhirnya dia tidak bisa menghindari takdir yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Prof. DR. H. Maimun Zubair, M. Pd |
Kemudian Nabi Yusuf yang dilemparkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya, tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada dirinya. Dalam keputusasaan, saat ia terjebak dalam sumur yang gelap dan kotor, mungkin ia merasa hidupnya telah berakhir. Namun, takdir Tuhan tidaklah demikian. Tuhan menyelamatkan Nabi Yusuf, dan akhirnya ia menjadi seorang pemimpin yang dihormati di Mesir.
Nabi Yusuf tidak pernah tahu sebelumnya bahwa dia akan selamat dari sumur dan menjadi orang yang sangat dihormati, namun, ia tetap bersabar dan tetap menjaga keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan. Ini menunjukkan bahwa meskipun ujian hidup terasa sangat berat, kita tidak pernah tahu bagaimana Tuhan akan mengubah keadaan bahwa setiap ujian memiliki jalan keluar yang hanya Tuhan yang mengetahuinya.
Dari kisah-kisah di atas, kita belajar bahwa hidup ini sungguh di luar kita untuk menebaknya. Ada banyak hal yang kita tidak tahu dan tidak bisa prediksi. Kita tidak tahu kapan ujian akan datang, atau bagaimana situasi sulit kita akan berakhir. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh para nabi, kita diajarkan suatu akhlak atau etika yang terhormat, yakni selalu berpasrah diri kepada Tuhan, karena Dialah Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa atas semesta alam dan isinya.
Kisah-kisah itu mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak pernah akan tahu apa yang akan terjadi pada kita esok hari, namun kita harus selalu yakin bahwa Tuhan memiliki cara-Nya sendiri dalam memberikan yang terbaik. Dalam situasi yang sangat genting, yang tampaknya tidak ada jalan keluar, Tuhan akan menunjukkan kekuasaan-Nya dan memberikan perlindungan yang luar biasa. Seperti yang dialami para Nabi yang tidak pernah tahu bahwa api tidak akan membakarnya, sumur tidk akan menenggelamkannya, lautan tidak menghanyutkannya. Kita pun sebagai hamba yang biasa, sering kali menghadapi situasi yang tampak mustahil, namun atas ijin Tuhan, selalu ada harapan dan jalan keluar dari-Nya yang tidak kita duga.
Kita tidak pernah tahu apakah esok hari akan membawa kabar gembira atau ujian berat. Namun, yang pasti kita harus tetap bersabar, berusaha, dan tetap yakin bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang yakin kepadanya. Kita hanya perlu percaya bahwa setiap ujian, kesulitan, atau masalah yang kita hadapi adalah bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar, dan setiap cobaan pasti ada jalan keluarnya, meski kita tidak tahu bagaimana cara Tuhan akan menolong kita. Sebagaimana firman-Nya dalam Surah At-Tawbah ayat 51: ” Qul lay yushîbanâ illâ mâ kataballâhu lanâ, huwa maulânâ wa ‘alallâhi falyatawakkalil-mu'minûn”. Katakanlah: "Tidak akan menimpa kami selain apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dia adalah Pelindung kami dan hanya kepada Allah-lah orang-orang yang beriman bertawakal.
Kita hanya perlu percaya dan terus melangkah dengan keyakinan penuh bahwa Tuhan akan senantiasa memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya yang sabar dan tawakal.
Untuk lebih menyadarkan kita betapa tumpulnya kekuatan pemikiran kita untuk memprediksi kondisi yang akan kita hadapi dalam kehidupan kita ke depan, penting kita renungkan kisah hikmah berikut. Suatu hari ada seorang raja yang hobi berburu. Dia memiliki sahabat yang sangat ia percaya dan ia sayangi. Gaya khas dari sahabat ini selalu mengucap “Kher Insya Allah” (Insya Allah ini yang terbaik) dalam setiap kejadian yang dihadapi sang raja. Suatu saat ujung jari sang raja terpotong saat bermain-main dengan pisau. Raja pun panik melihat darah yang memancar dari jarinya, namun sahabatnya hanya berucap “Kher Insya Allah”. Raja pun naik pitam. Ia memerintahkan prajutit untuk memasukkan sahabatnya ke dalam penjara. Karena dalam posisi genting semacam itu, si sahabat hanya malah berkomentar “Semoga ini yang terbaik.” Prajurit pun menangkap sahabat ini dan menyeretnya ke penjara.
Prof. DR. H. Maimun Zubair, M. Pd, Wakil Rektor II UIN Mataram |
Saat diseret, ia juga berteriak “Kher Insya Allah.” Sang raja terheran sambil mengobati luka ditangannya. Hari-hari berlalu, tiba waktunya sang raja untuk berburu. Ia melarang prajuritnya untuk mengawal masuk ke dalam hutan karena ia ingin menikmati hobinya ini sendirian. Sambil menikmati keheningan hutan, sang raja terus berjalan mencari buruan yang akan ia tuju. Namun sayang langkahnya terlalu jauh. Tiba-tiba ia ditangkap oleh gerombolan manusia primitif yang tinggal di desa sekitar hutan. Raja berusaha menjelaskan siapa dirinya pada ketua suku, tapi mereka tetap tak mau tahu.
Hari itu bertepatan dengan hari persembahan suku tersebut pada sang dewa. pada perayaan kali ini. Sang raja menggigil gemetar mendengar keputusan kepala suku. Ia segera didatangi algojo yang memeriksa keseluruhan tubuhnya. Tiba-tiba wajah algojo itu berubah, ia berkata kepada kepala suku. “Duhai pemimpin kami, orang ini tak layak dijadikan tumbal. Ia memiliki cacat di tangannya.” Ternyata salah satu syarat tumbal yang dipersembahkan harus sempurna tanpa ada cacat. Akhirnya raja pun selamat dan dibebaskan.
Ia teringat pada kata sahabatnya dan langsung mengunjunginya ke penjara. Raja berkata, “Maafkan aku sahabatku, sungguh benar perkataanmu. Semua yang terjadi adalah yang terbaik. Jariku yang terpotong telah menyelamatkanku dari maut. Namun aku ingin bertanya, apa yang menyebabkan engkau berucap “Insya Allah ini yang terbaik” saat kau diseret ke penjara? Sahabat itu menjawab, “Aku adalah sahabat yang paling dekat denganmu. Bila aku tidak dipenjara, maka engkau akan mengajakku berburu. Dan saat engkau selamat dan batal menjadi tumbal, maka pasti aku yang akan dijadikan tumbal oleh mereka.” Sang raja tertawa dan sahabat itu pun kembali bebas menghirup dunia.
Sebagai catatan pinggir, dari beberapa kisah di atas, kita harus percaya bahwa meskipun kita tidak tahu bagaimana ujian hidup yang kita alami akan berakhir, yakinlah bahwa Tuhan menunggu diujung ikhtiar dan kelelahan hamba-Nya yang akan selalu menunjukkan jalan keluar pada waktu yang tepat.
Penulis: adalah : Wakil Rektor II UIN Mataram
0 Komentar