Prof. Kadri: Perang Iran vs Israel dan Operasi Buzzer Ancam Nuklir “Malaikat” Pembunuh Massal Keluar Kandang

Prof. DR. H. Kadri M.Saleh, M. Si, Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram 
BidikNews.net - Perang terbuka antara Israel-Iran terus berlangsung, kedua negara mempertontonkan era perang modern menggunakan teknologi canggih seperti Iron Dome, David Sling/Arrow milik Israel, THAAD serta Jet F35 buatan AS, hingga Rudal balistik Hipersonik kebanggaan Iran. Konflik dua Negara ini semakin membuat masyarakat global khawatir. Semua bertanya-tanya kemana ujung eskalasi memanas Israel-Iran ini?

Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Prof. DR. H. Kadri M.Saleh menilai, Perang/konflik yang sedang berkecamuk di Timur Tengah terutama antara Iran dan Israel saat ini tidak hanya "perang Iran vs Israil" tetapi juga "perang media sosial dan media mainstream". 

Setiap kubu dan sekutunya mengkonstruksi berita (dalam media yang dimiliki/dikuasainya) yang menguntungkan pihaknya masing-masing. Demikian juga para buzzer beroperasi di tengah suasana perang untuk mengkonstruksi konten sesuai "pesanan". 

Semua ini dilakukan untuk membangun persepsi dan image sebagai "pemenang atau pihak terkuat" di medan perang, sehingga acap kali berita atau konten yang dishare tidak mencerminkan fakta atau realitas terupdate. 

Hal itu untuk kepentingan provokasi dan membangun image tertentu, para buzzer terkadang mengambil moment lain, atau moment lama yang relevan dishare di saat emosi dan perhatian publik tentang perang Timur Tengah berada di puncak kosentrasi. 

Jadi, tidak semua konten dan berita terkait dengan perang Iran vs Israil saat ini adalah mirror of reality. Oleh karena itu dibutuhkan sikap tabayyun dari kita semua dalam mengkonsumsi apalagi menshare setiap konten/berita terkait yang kita terima. Kita berdo'a semoga perdamaian antara pihak-pihak yang bertikai segera terwujud. 

Karena perang yang terus memanas akan memakan korban jiwa yang tidak berkesudahan, apalagi jika perang ini mengarah ke perang dunia ketiga, dimana senjata nuklir yang dimiliki setiap negara akan dikeluarkan sehingga akan menjadi "malaikat" pembunuh massal di negara pelaku perang dan sekutunya, lambat laun akan berdampak pada negara kita yang medeklarasikan dirinya sebagai negara non-blok. 

Perang terjadi antara lain karena ego para pemimpin negara. dan perang itu bisa diakhiri jika di antara mereka mau menurinkan ego-nya dan bersedia bertemu dan berkomunikasi untuk mencari solusi dengan pertimbangann kemanusaiaan (Menyelamatkan nyawa). 

Dalam pertemuan dan komunikasi itulah mereka harus sepakat untuk penegakan HAM, seperti hak kemerdekaan negara Palestina, saling menghargai perbedaan agama dan budaya setiap negara, dan hal-hal lain yang berkontribusi menjaga keseimbangan dan perdamaian di setiap belahan dunia. 

Memang tidak mudah merealisasikan solusi ini di tengah kompleksnya persoalan yang mengitari perang di timur tengah saat ini. tapi yakinlah untuk menyelesaikan persoalan besar harus dimulai dari berbagai cara yang kecil, sehingga akumulasi solusi-solusi kecil itulah yang insyaAllah akan berkontribusi menyelesaikan kasus besar seperti perang di timur tengah saat ini.

Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia Mohammad Boroujerdi bersama Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) 
Pada bagian lain Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengatakan usaha mendorong perdamaian diserukan oleh banyak pihak, karena perang Israel dan Iran tidak mengalami eskalasi berkepanjangan. PBNU mendorong agar perperangan yang terjadi dapat dihentikan melalui jalur diplomasi.  

Gus Yahya menyampaikan bahwa PBNU memahami langkah Iran yang mempertahankan diri atas serangan yang dilakukan oleh Israel. Ia juga menyatakan dukungan terhadap Iran dan berharap konflik tidak meluas ke kawasan Timur Tengah.

Hal itu ia sampaikan saat menerima kunjungan Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia Mohammad Boroujerdi di Gedung PBNU Lantai 3, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat pada Jumat (20/6/2025).

Dunia Arab terdiri dari 22 negara di Timur Tengah dan Afrika Utara: Aljazair, Bahrain, Kepulauan Komoro, Djibouti, Mesir, Irak, Yordania, Kuwait, Lebanon, Libya, Maroko, Mauritania, Oman, Palestina, Qatar, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia, Uni Emirat Arab, dan Yaman .

Kenapa bangsa Arab sulit bersatu? Adapun dalam konteks pemerintahan, dalam sejarahnya bangsa Arab sangat sulit untuk bersatu. Ada beberapa faktor yang mendasari hal ini, salah satunya yaitu fanatisme kesukuan yang berlebihan sehingga ego saling menguasai sangatlah tinggi dikalangan bangsa arab.

Pewarta: Dae Ompu


0 Komentar