Ustadz Drs. H. Ahmad Zumri, Tukang Jagal Hewan Qurban di Masjid Al Achwan GPI Mataram

Ustadz Drs. H. Ahmad Zumri Petugas Jagal Hewan Qurban Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah Mataram-NTB

Menjadi petugas jagal atau penyembelih hewan qurban di hari raya Idul Adha merupakan sebuah tugas yang istimewa. Jadi Petugas Jagal itu tidak semua orang mampu melakukan. Terlebih berkaitan dengan pelaksanaan ibadah dan berkaitan dengan kehalalan daging sembelihan. 

BidikNews.net - Apa saja persiapan menjadi penyembelih hewan qurban agar lebih maksimal dalam menjalankan tugas tersebut ? berikut bincang singkat BidikNews.net dengan Ustadz Drs. H. Ahmad Zumri petugas Jagal Hewan Qurban disela-sela prosesi pemotongan hewan qurban di Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah (GPI) Kelurahan Pagutan Barat Kota Mataram NTB dilaksanakan pada, Sabtu 7 Juni 2025.

Pertama, siapkan mental, kata Ustadz Ahmad Zumri singkat. dijelaskannya menyembelih hewan qurban membutuhkan kesiapan mental, dari mental yang siap itu kemudian akan memunculkan ketenangan, dan dari ketenangan itu akan memunculkan ketelitian sehingga tugas sebagai penyembelih hewan qurban bisa terlaksana dengan baik.” Kata mantan Kasek salah satu SMA di Kota Mataram yang suka humor itu.

Kemudian selanjutnya adalah kondisi fisik, menyembelih hewan qurban, terlebih yang berukuran besar seperti sapi kata Ustadz Ahmad Zumri membutuhkan kekuatan fisik karena tentu akan menguras energi. Apalagi jika hewan qurban yang belum disembelih masih banyak. 

Seorang penyembelih hewan qurban perlu sadar dalam melakukan penyembelihan, juga ketika membaca do’a dan menyebut nama shahibul qurban. Maka agar tetap berjalan dengan baik, ketahanan dan kekuatan fisik perlu disiapkan.” Katanya ustadz yang murah senyum itu.

Selain itu, kata dia, bagi penyembelih hewan qurban, peralatan untuk menyembelih berupa pisau sembelih dan semisalnya harus benar-benar dipastikan tajam dan panjang bilahnya cukup untuk melakukan penyembelihan. Karena hewan qurban yang disembelih lebih baik selesai dalam sekali potong.” terangnya.

Sehingga sebelum pisau ditarik dari leher hewan qurban, harus dipastikan hewan qurban telah mati, yang ditunjukkan dengan terputusnya saluran kerongkongan dan urat nadinya di kanan dan kiri. Jika telah terputus, maka barulah pisau potong bisa diangkat dari leher hewan qurban.” Ungkap Ustadz yang selalu bicara apa adanya itu.

Ia menjelaskan, jika hewan qurban ternyata belum mati ketika pemotongan pertama, itu termasuk penyiksaan hewan, dan Islam melarang hal tersebut. Maka disinilah ketelitian, kesabaran, kesiapan mental dan fisik seorang penyembelih memiliki peran penting.” Katanya.

Pada bagian lain perlengkapan seperti pisau yang tajam serta tali penjerat dan strategi untuk meringkus hewan harus disiapkan matang. Ini dilakukan para juru sembelih atau jagal hewan. Jika tidak ada persiapan, mereka bisa disepak atau diseruduk hewan hingga terjengkang. Karena para Jagal Hewan sadar, selalu ada bahaya yang mengintai setiap kali menyembelih hewan besar dan kuat.

Penyembelih hewan qurban juga kata dia perlu mengatur waktu, biasanya penyembelihan hewan qurban akan berlangsung selama seharian. Terkhusus waktu penyembelihan setiap hewan qurban dan tidak dilakukan dengan terburu-buru.

Karena itu, seorang penyembelih yang dibolehkan adalah seorang muslim berpengalaman dan memahami syariat Islam dan menjaga shalat lima waktu. 

Syarat pejagal, hewan dan tata cara penyembelihan juga harus memenuhi syariat. Dengan mengikuti syariat ini, penyembelihan hewan dapat menjadi ibadah yang afdal dan daging yang dihasilkan halal untuk dikonsumsi.

Pada kesempatan yang sama Ustadz Ahmad Zumri juga menjelaskan tentang keagungan Qurban di hari raya Idul Adha. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al-Quran

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban ), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).” (QS Al Hajj: 34).

Terlepas dari dalil seruan dan anjuran untuk berqurban, kata Ustadz Ahmad Zumri, ibadah qurban sendiri merupakan aktivitas yang sakral. Keberadaannya tidak semata hadir ketika suatu teks ajaran keagamaan diturunkan, melainkan lahir dari rajutan sejarah yang berintikan perjuangan dan pengorbanan. Artinya, ibadah qurban tidak melulu bernuansa religius, tapi juga renungan sosio-humanis dan pendidikan multikultural bagi umat.”urainya.

Seperti yang telah diuraikan banyak ulama dan para Tuan Guru kata Ustadz Drs. H. Ahmad Zumri menjelaskan bahwa  Peristiwa besar dan agung dari kerelaan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail tentunya mengandung banyak hikmah dan pelajaran yang sangat berharga bagi seluruh umat manusia untuk dipahami dan diteladani.

Pertama, cinta hendaknya dicurahkan kepada Allah SWT sebab rahmat Tuhan yang tidak terhitung nilai dan jumlahnya senantiasa mengucur dalam setiap jengkal kehidupan manusia. Maka di satu sisi, berqurban menjadi bentuk curahan cinta kita kepada Tuhan.

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah memberikan karunia sangat banyak kepadamu, maka sholatlah untuk Tuhanmu dan sembelihlah qurban.” (Al-Kautsar: 1-2).

Kedua, sejatinya ibadah qurban adalah perintah untuk mengorbankan sifat egois, sikap mementingkan diri sendiri, rakus dan serakah, yang dibarengi dengan kecintaan kepada Allah SWT, diwujudkan dalam bentuk solidaritas sosial. 

Teladan paling mulia tentang kecintaan kepada Allah SWT sebagaimana ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim dengan kesediaan menyembelih putra kesayangannya.

Ketiga, perintah berqurban adalah perintah bagi mereka yang mampu memiliki kelebihan rezeki dan membagikan dagingnya untuk kaum miskin dan dhuafa yang membutuhkan. Hal ini adalah bentuk komunikasi sosial untuk saling membantu berbagi kenikmatan dalam perayaan idul adha. 

Alhasil, terbangun ikatan solidaritas sosial dan semangat tolong-menolong antar anggota masyarakat. Sikap tersebut dapat mengurangi kesenjangan sosial dan menjaga suasana kehidupan harmonis di antara sesama warga.

Keempat, hewan qurban akan menjadi saksi amal ibadah di hari kiamat nanti. Hewan yang diqurbankan akan datang mewujud amal kebaikan yang pada gilirannya akan menyelamatkan Nasib tuannya di hari akhir nanti.

Kelima, orang berqurban dibalas dengan kebaikan dan pahala yang berlimpah. Bahkan, balasan pahala tersebut tidak terhitung jumlahnya. Analogi yang diberikan, bahwa setiap bulu dari hewan yang diqurban kan mengandung satu pahala dan kebaikan bagi orang yang berqurban.

Pelaksanaan Qurban di Masjid Al Achwan GPI

Suasana Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah Mataram sehari setelah sholat Id tampak terlihat cukup mengesankan. Momen yang paling dinantikan untuk penyembelihan hewan qurban warga masyarakat sangat antusias, mereka berkumpul menyaksikan proses qurban yang dilakukan di area masjid. 

Para Toga dan Toma turut serta dalam pelaksanaan qurban di Masjid Al Achwan GPI Mataram

Tahun ini, semangat berbagi dan kebersamaan semakin terasa karena Panitia Hari Raya Idul Adha/qurban 1446/2025 mendapat kepercayaan warga dengan menyerahkan sebanyak 17 ekor sapi dan 5 ekor kambing untuk qurban.

Penyembelihan dilakukan dengan tertib dan sesuai syariat, disaksikan langsung oleh Imam Masjid Drs. H. Muhammad Nasikhin, MA bersama Ketua Takmir Masjid Al Achwan Prof. DR. H. Maimun Zubair, M. Pd serta Ketua serta seluruh Panitia pelaksana dan seluruh pengurban maupun masyarakat yang telah bersiap sejak pagi pada Sabtu, 7 Juni 2025.

“Kami bersyukur kegiatan ini berjalan lancar dan meriah. Ini bukan hanya tentang menyembelih hewan qurban, tetapi juga tentang membangun kepedulian sosial seluruh masyarakat di Lingkungan Griya Pagutan Indah” ujar Ketua Panitia Qurban, Arifin S.Pd.

Beliau juga mengapresiasi peran seluruh Panitia yang telah ikut serta mendukung kegiatan qurban tahun ini. Menurutnya, kolaborasi seperti ini penting untuk memperkuat solidaritas kegiatan sosial dan keagamaan di lingkungan GPI.” Kata Arifin.

Pemeriksaan kesehatan hewan qurban oleh Tim dokter terdiri dari, Drh. Deshinta PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan indonesia ) Provinsi NTB, Drh. Sonya Pak Sofian pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Mataram serta Awan dan Abil Mahasiswa Kedokteran Hewan Undikma. dan Ketua panitia Qurban 1446/2025 Masjid Al-Achwan GPI Mataram, Arifin, S.Pd

Momen ini tidak hanya menjadi ajang ibadah dan pengabdian, tetapi juga mempererat relasi jamaah masjid Al chwan dengan seluruh warga masyarakat. Dengan semangat gotong royong, keikhlasan, dan kebermanfaatan, kegiatan qurban di Masjid Al Achwan tahun ini menjadi lebih dari sekadar ritual keagamaan. Ia menjadi ruang pembelajaran sosial dan spiritual yang hangat, dinamis, dan penuh makna” kata Pria sal Kecamatan Wawo Bima ini.

Ketua Panitia Qurban, Arifin, S.Pd mengatakan pelaksanaan Qurban tahun 2025 ini cukup menarik, karena seluruh panitia seperti tahun tahun sebelumnya terlibat aktif, mulai dari pengadaan hewan qurban pengandangan keamanan hingga menyiapkan peralatan, membantu dalam proses penyembelihan, pemeriksaan kesehatan hewan qurban oleh para tim dokter hewan, percincangan hingga membungkus dan mendistribusikan daging kepada warga sekitar. 

Pewarta: Dae Ompu

0 Komentar