Lisan yang tak dijaga yang mengakibatkan petaka Ibarat “Tinta Sudah Kering" yang tidak memilki nilai dan fungsi karena sudah tidak bisa digunakan untuk menulis lagi. Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono dan Guru Besar UIN Mataram, Prof. DR. H. Maimun Zubair, M. Pd
BidikNews.net - TINTA SUDAH KERING merupakan sebuah ungkapan pepatah Arab seperti yang dikatakan Guru Besar UIN Mataram, Prof. DR. H. Maimun Zubair, M. Pd mengatakan “Tinta sudah kering” artinya penyesalan atas keputusan atau kebijakan yang sudah terlanjur dibuat tidak bisa mengubah takdir.
Frasa ini sering digunakan untuk menggambarkan situasi, kesempatan, atau bahkan hubungan yang sudah berakhir dan tidak bisa diubah. Karena itu lisan sangat penting untuk dijaga.
Apa yang disampaikan Guru Besar UIN Mataram, Prof. DR. H. Maimun Zubair, M. Pd itu bermakna bahwa, menjaga lisan berarti menghindarkan mulut dari ucapan yang dilarang atau tidak bermanfaat. Ini mencakup larangan berkata kotor dan segala bentuk ucapan yang menyakiti orang lain.
Pesan yang disampaikan Prof. Maimun tersebut juga mengajarkan bahwa menjaga lisan dengan ucapan baik atau dengan kalimat yang lebih lembut sebagai cerminan keimanan yang ada di dalam hati seseorang. Orang yang imannya kuat akan berhati-hati dalam berbicara.
Menjaga lisan juga disampaikan Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono kepada kader partai Demokrat di seluruh Indonesia melalui pidato singkatnya.
Ingat, menjaga lisan itu penting sekali jangan menyakiti perasaan masyarakat, hal yang mungkin kita anggap biasa tetapi begitu mendasar sensitif bagi masyarakat,” kata AHY.
“Janganlah kemudian kita ringan melukai perasaan masyarakat itu pesan saya kepada seluruh kader Demokrat. Dan tentunya kita harus terus menjadi rumah aspirasi yang membuka ruang dialog mendengarkan masukan. Harapannya kalau ada yang mengekspresikan kemarahan atau emosinya, sabar dengarkan baik-baik.” Ujarnya.
Ini rakyat kita sendiri, kalau bukan karena rakyat yang kita wakili tidak mungkin ada kita semua di sini. Tidak mungkin ada DPR atau DPRD yang sejatinya adalah rumah suara rakyat. Karena suara rakyat adalah suara Tuhan yang patut dan harus kita dengar baik-baik tentu disampaikan dengan cara yang baik ,” kata AHY.Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono ketika memberikan keterangan Pers, di Cikeas, Bogor, pada Minggu (31/8/2025) malam
Dalam keterangan pers di Cikeas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Minggu (31/8/2025) malam, AHY menegaskan Partai Demokrat mendukung penuh langkah-langkah yang telah ditetapkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
"Tujuannya adalah mencari solusi yang terbaik, meredakan situasi, dan yang paling penting mencegah terjadinya korban jiwa dan kerusakan di berbagai daerah," ujarnya seperti dikutip dari akun Instagram resminya, Senin (1/9/2025) dini hari WIB.
Dalam kesempatan tersebut, AHY juga menyampaikan duka cita dan bela sungkawa atas meninggalnya almarhum Affan Kurniawan dan sejumlah orang di berbagai kota lainnya. Menurut dia, demokrasi dan kebebasan harus mendapatkan tempat yang baik di negeri ini, tentu diletakkan pada koridor konstitusi, undang-undang dan aturan yang berlaku.
Ia lantas menginstruksikan kepada segenap kader Demokrat untuk menjaga diri, menjaga lisan, dan jangan menyakiti perasaan masyarakat kita. AHY berpesan agar Partai Demokrat menjadi rumah aspirasi yang membuka ruang dialog.
Tentunya apa yang disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat itu menjadi landasan bertutur kata. Sebab menjaga kata (lisan) sangat penting untuk menjaga keharmonisan hubungan sosial, mencegah konflik, serta membangun diri menjadi pribadi yang lebih baik.
Kata-kata yang tidak terjaga dapat melukai perasaan, menimbulkan prasangka buruk, dan bahkan menjadi "lorong bencana" yang membawa petaka bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan menjaga lisan, kita dapat membangun hubungan yang lebih baik, penuh saling menghormati, dan pengertian antar sesama.
Lisan tyang tak dijaga juga dapat menggiring konflik dan luka hati. Ucapan yang kasar, fitnah, atau provokasi dapat melukai perasaan dan memicu konflik. Menjaga lisan berarti menahan diri untuk tidak menyakiti orang lain secara emosional. Foto: Ilustrasi BidikNews.net
Menjaga tutur kata mencerminkan kedewasaan dan kebijaksanaan seseorang, serta membantu mengarahkan diri untuk berkata yang baik dan positif.
Dalam ajaran Islam, menjaga lisan adalah bentuk ketaatan kepada Tuhan karena setiap perkataan akan dipertanggungjawabkan.
Lisan yang tak dijaga juga dapat menjadi pintu dosa melalui ghibah (menggunjing), fitnah, atau bohong. Dengan menjaganya, kita dapat terhindar dari dosa-dosa.
dampak buruk jika lisan tidak terjaga dapat melukai hati dan perasaan. Sebab lidah yang tajam bisa lebih menyakitkan daripada luka fisik, karena bisa meninggalkan luka emosional yang mendalam bagi orang lain.
Akibat dari lisan yang tak dijaga tentu perkataan pun tidak terkontrol sehingga dapat memicu pertengkaran, saling hujat, dan dendam yang pada gilirannya fitnah dan kebencian menyebar dan merusak tatanan sosial.
Tentu ada hal yang patut untuk disadari agar lisan dapat terjaga, maka berucap lah dengan bijak, hindari ucapan yang kasar, menyakiti, atau tidak benar.
Selain itu, menahan diri dari prasangka buruk, jangan sampai lisan digunakan untuk menuduh atau berprasangka buruk kepada orang lain. Bangun komunikasi yang lebih baik dan saling pengertian dalam interaksi sehari-hari.
Pewarta: Dae Ompu
0 Komentar