Di tengah tuntutan birokrasi modern yang kian kompleks, pesan moral sering kali justru lahir dari kalimat sederhana. Salah satunya datang dari Irjen Kementerian Agama RI, saat menyampaikan arahan kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) UIN Mataram. 
Irjen Kementerian Agama RI, H. Khairunnas, SH, MH, bersama Rektor UIN Mataram, Prof. DR. H. Masnun Tahir, M. Ag
KALIMAT itu terdengar lugas, bahkan sangat membumi: “Kalau mau nyapu bersih, maka sapunya harus bersih.” Namun di balik kesederhanaannya, tersimpan makna etis, spiritual, dan filosofis yang sangat dalam."
Demikian Prof. DR. H. Maimun Zubair M. Pd menguraiakan Pesan moral yang disampaikan Irjen Kementerian Agama RI, H. Khairunnas, SH, MH, ketika memberikan pembinaan kepada ASN di lingkungan UIN Mataram pada, Jum`at, 19 Desember 2025 di ruang meeting Rektor UIN Mataram.
Pesan tersebut bukan sekadar metafora administratif, kata Prof. Maimun melainkan cermin tentang bagaimana integritas seharusnya menjadi fondasi utama dalam menjalankan amanah publik. Bagi ASN—terlebih di lingkungan perguruan tinggi keagamaan Islam—integritas, kebersihan moral, dan kebenaran bukan hanya standar profesional, tetapi juga bagian dari ibadah dan tanggung jawab di hadapan Allah." kata Guru Besar UIN Mataram ini.
Integritas sebagai Titik Awal Perubahan
Sering kali kita bersemangat menyerukan reformasi, menuntut sistem yang bersih, dan berharap tata kelola yang ideal. Namun Irjen Bapak H. Khairunnas mengingatkan bahwa perubahan tidak mungkin dimulai dari alat yang kotor. “Sapunya harus bersih” menegaskan bahwa pembenahan eksternal mustahil berhasil tanpa pembenahan internal.
Dalam konteks ASN UIN Mataram, integritas berarti kesesuaian antara nilai, ucapan, dan tindakan. Tidak ada ruang bagi kepura-puraan moral. Tidak cukup berbicara tentang kejujuran jika praktik kerja masih menyisakan manipulasi. Tidak cukup menggaungkan profesionalisme jika keputusan masih dipengaruhi kepentingan pribadi. Integritas menuntut keberanian untuk lurus, bahkan ketika tidak ada yang melihat." jelas Guru Besar UIN Mataram itu.
Bersih, Benar, dan Bertanggung Jawab
Pesan Irjen H. Khairunnas kata Prof. Maimun Zubair menekankan tiga kata kunci: integritas, bersih, dan benar. Bersih bukan hanya bebas dari korupsi dalam arti hukum, tetapi juga bersih dari niat yang menyimpang, dari cara berpikir yang culas, dan dari kebiasaan kerja yang asal-asalan. Sementara benar berarti menempatkan sesuatu sesuai porsinya: benar dalam prosedur, benar dalam keputusan, dan benar dalam niat.
Dalam Islam, kebersihan bukan sekadar fisik, tetapi juga spiritual. Hati yang bersih melahirkan tindakan yang benar. Sebaliknya, hati yang kotor akan selalu mencari pembenaran, meski jelas berada di jalan yang salah. Karena itu, ASN yang bersih adalah mereka yang menjadikan nurani sebagai kompas utama, bukan sekadar regulasi sebagai tameng.
Birokrasi sebagai Ruang Ibadah
Bagi ASN di lingkungan UIN Mataram, bekerja bukan hanya urusan administratif, melainkan juga ruang ibadah. Setiap tanda tangan, keputusan, pelayanan, dan pengabdian memiliki dimensi ukhrawi. Inilah yang membedakan kerja di institusi keagamaan dengan sekadar rutinitas birokrasi biasa.
Pesan Irjen H. Khairunnas seolah mengingatkan bahwa jabatan hanyalah alat, bukan tujuan. Kekuasaan administratif bukan simbol kehebatan, melainkan ujian amanah. Maka ukuran keberhasilan ASN bukan pada seberapa tinggi jabatan yang diraih, tetapi seberapa bersih proses yang dijalani.
Pesan moral Bapak Irjen H. Khairunnas tersebut menemukan resonansinya dengan firman Allah dalam QS. Ali ‘Imran ayat 185:
“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dialah orang yang beruntung (pemenang). Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu.”
Ayat ini menegaskan bahwa kemenangan sejati bukanlah keberhasilan duniawi, melainkan keselamatan moral dan spiritual. Dalam konteks ASN, ayat ini menjadi pengingat keras sekaligus menenangkan, bahwa jabatan, popularitas, dan pujian hanyalah sementara. Yang abadi adalah nilai dan amal.
Lebih lanjut bapak Irjen menjelaskan bahwa seorang ASN bisa saja tampak sukses di mata manusia, tetapi jika caranya kotor, maka ia sebenarnya sedang kalah. Sebaliknya, ASN yang konsisten menjaga integritas—meski tampak biasa saja—sesungguhnya sedang berjalan menuju kemenangan sejati menurut ukuran Allah." jelas Prof DR. H. Maimun Zubair, M. Pd.
Sapunya Bersih, Hasilnya pun Bersih
Selain itu kata Prof. Maimun Zubair bahwa Prinsip kerja yang digaungkan bapak Irjen adalah “sapunya harus bersih” mengandung pesan kepemimpinan, bahwa seorang pemimpin tidak bisa menuntut bawahannya berintegritas jika dirinya sendiri kompromistis. Tidak mungkin menegakkan aturan jika pelanggarannya dimulai dari atas. Dalam hal ini, pesan bapak Irjen H. Khairunnas adalah seruan moral bagi seluruh lapisan birokrasi: ”mulailah dari diri sendiri.”
Ketika alatnya bersih, prosesnya jujur, dan niatnya lurus, maka hasilnya pun akan membawa keberkahan. Birokrasi tidak lagi menjadi ruang intrik, tetapi menjadi medan pengabdian. Kampus tidak sekadar menjadi institusi akademik, tetapi juga teladan moral bagi masyarakat.
Sebagai Penutup, Pesan bapak Irjen H. Khairunnas kepada ASN UIN Mataram pada akhirnya adalah ajakan untuk menjadi pemenang tanpa harus berisik, menjadi bersih tanpa harus pamer, dan menjadi benar meski tak selalu populer. Dalam dunia yang sering mengukur sukses dari gemerlap lahiriah, pesan ini terasa menyejukkan sekaligus menantang.
Karena pada akhirnya, seperti ditegaskan Al-Qur’an, pemenang sejati bukan mereka yang paling tinggi jabatannya, tetapi mereka yang lulus menjaga integritas hingga akhir hayat. Dan untuk itu, sapu yang bersih bukan pilihan—melainkan keharusan.
Dengan demikian kemampuan ASN untuk berkomitmen menjaga integritas, bersih, dan benar selama menjalankan tugas dan kewajibannya merupakan cara menghargai diri dan keluarga." tutup Dekan Fakultas Tarbiyah dan Pendidikan (FTK) UIN Mataram itu.
Pewarta: Dae Ompu



0 Komentar