Raih “Tahta” Taqwa Melalui Puasa yang Berkualitas


Oleh : DR. H. Maimun Zubair, M.Pd

Dosen : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Disampaikan pada Kajian Subuh, Selasa, 20 April 2022, 17 Ramadhan 1443 H
Di Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah - Mataram - NTB
  

"Meniti perjalanan menuju puncak bukanlah hal yang mudah. Begitu pula meniti langkah menuju Taqwa di bulan Ramadhan, tentunya pendakian itu mengharuskan kesungguhan hati dan niat yang suci. Mendaki adalah usaha menuju yang lebih tinggi yang harus dilalui dengan susah payah. Kepayahan itu akan terasa ketika kita memilih berpuasa di bulan Ramadhan sebagai bentuk pendakian menuju puncak, untuk meraih Tahta Taqwa".

BidikNews - Kalimat “Kama kutiba alalladzina min koblikum,” (sebagaimana diwajibkan atas umat sebelum kamu) merupakan penegasan Tuhan bahwa amalan puasa ini adalah amalan kompetitif dengan umat sebelum kita, jangan sampai umat sebelum kita lebih unggul dalam peraihan point-point pahala dari pelaksanaan puasa ketimbang kita.

Umat-umat sebelum kita diketahui memiliki usia yang sangat panjang, antara 1000 hingga 1500 tahun, sementara batas umur bagi kita umat Muhammad saw antara 60 hingga 70 tahun. Maka taruhan dari amalan puasa adalah amalan yang harus kita laksanakan dengan sangat serius, maksimal, dan sungguh-sungguh, dalam rangka mengimbangi kuantitas dan volume nilai dari amalan umat terdahulu yang memiliki umur sangat panjang.

Maka untuk meraih kuantitas dan kualitas ibadah puasa yang kita lakukan agar sebanding dengan umat yang berusia panjang, perlu kita perhatikan beberapa fungsi dari ibadah puasa, agar kita menjalani dengan serius dan maksimal.

Fungsi pertama  adalah fungsi konfirmatif (Pengukuhan keislaman dan keimanan kita). Jangan mengaku orang Islam dan beriman kalau tidak puasa pada bulan suci Ramadhan tanpa alasan yang dibenarkan. Perlihatkan diri sebagai orang Islam dan beriman yang totalitas dalam menjalankan ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya, kerjakan semua perintah Tuhan dengan patuh dan tunduk, tanpa ada keraguan sedikitpun. Jadi Berpuasa merupakan bukti pengukuh dan peneguh keislaman dan keimanan kita

Fungsi kedua adalah fungsi purifikatif. Orang yang berpuasa sesungguhnya menyucikan dirinya. Puasa adalah instrumen pembersih kotoran-kotoran jiwa seperti halnya shalat. Barangkali selama sebelas bulan kita tidak bisa mengontrol diri kita terhadap makanan, minuman, dan sepak terjang, maka pusa di bulan ramadhan menjadi tindakan penyudian diri.

Orang yang berpuasa tidak hanya menolak yang haram dan menjauhi yang belum tentu halal dan belum tentu haram. Jangankan yang syubhat dan yang haram sedangkan yang jelas halal pun tak dijamahnya.

Puasa berfungsi mematahkan dua syahwat sekaligus, yakni syahwat perut dan syahwat kemaluan. Jadi puasa semacam “detoksifikasi spiritual“. Dengan puasa, Anda memukul naluri kebinatangan (al-bahimiyyah) yang mungkin selama ini menguasai diri kita.

Fungsi ketiga adalah fungsi iluminatif, yakni moment pencerahan batin dan pengukuhan rohani. Para awliya’ dan orang-orang saleh diketahui amat suka berpuasa karena mereka justru memperoleh pencerahan batin (ghayat an-nuraniyyah) dan peneguhan rohani serta berbagai kebajikan yang berlimpah tatkala mereka berpuasa.


Kalau kita ingin menajamkan mata batin atau bashirah, maka puasa adalah media yang tepat. Lihatlah bagaimana para aulia, para sufi, dan orang-orang alim, jika ingin mewujudkan sesuatu yang luar biasa yang masih berada dalam angan-angan, mereka melakukan tirakat dengan berpuasa.

Kebiasaan tirakat puasa seperti itu masih kita temukan pada masyarakat kita di Jawa. Dalam berbagai hajat dan harapan yang berat dan besar, mereka melakukan tirakat dengan berpuasa, sehingga mata batin menjadi tajam dan rohani menjadi jernih.

Fungsi keempat adalah fungsi transformatif. Puasa berfungsi mengubah, yakni mewujudkan perubahan yang amat dahsyat dalam diri kaum muslimin. Bukan mengubah hanya menjadi orang taat, orang shaleh, akan tetapi perubahan yang jauh melesat ke derajat tertinggi, yakni Muttaqin.

Kalau latihan militer bisa mengubah seseorang yang asalnya lemah lembut lagi penuh kasih sayang menjadi keras dan bengis tak mengenal belas kasihan, maka latihan Ramadhan dapat mengubah seseorang yang tadinya fasiq (banyak melanggar hukum Allah) atau munafiq menjadi shaleh dan bertaqwa kepada Allah.

Itulah empat fungsi puasa yang sedang kita jalankan, maka marilah kita ingat dan lakukan fungsi-fungsi tersebut selama menjalani ibadah puasa, semoga kita termasuk alumni ramadhan sebagai hamba-Nya yang bertaqwa, yakni yang senantiasa menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi semua larangannya.

Pewarta : dae Ompu
Editor  : BN-007



1 Komentar