Lewat Disertasi “Ritual Budaya Perang Topat”, Hj. Suhadah Raih Doktor Ilmu Komunikasi


“Bulan Ramadhan tahun ini memiliki makna tersendiri bagi Dr Hj Suhadah SE,MSi. Tentu saja karena bulan ini, ia berhasil dan sukses meraih gelar tertinggi akademik yakni menjadi Doktor Komunikasi dari Pendidikan Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung Jawa Barat, salah satu kampus terbaik di Indonesia.”


BidikNews - Doktor Hj Suhadah dinyatakan lulus setelah mempertahankan disertasinya berjudul Harmoni Komunikasi Antara Warga Muslim dan Hindu dalam Ritual Budaya Perang Topat di  Desa Lingsar, Kabupaten Lombok Barat (Studi Etnografi Komunikasi Dalam Perspektif  Komunikasi Antarbudaya).

Sidang terbuka promosi Doktor Hj Suhadah telah digelar secara daring pada 27 April 2022 lalu dihadapan promotor Prof. H. Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D  selaku Ketua Tim Promotor dan Dr. Pawit M. Yusup, M.S. serta Dr. Hj. Nuryah Asri Sjafirah, M.Si.  selaku Anggota Tim Promotor.

Adapun pengujinya terdiri dari oponen ahli dan representasi Guru Besar Unpad Bandung yakni oponen ahli antara lain Prof. Dr. Atwar Bajari, M.Si. ; Prof. Dr. Haryo S. Martodirdjo, M.S.  dan Dr. Susanne Dida, M.M. Sedangkan  representasi Guru Besar Unpad yakni Prof. Dr. Mahfud Arifin, M.S.

Doktor Hj Suhadah mengungkapkan, hasil disertasinya telah mendapatkan dua  temuan penting terkait ritual budaya perang topat di Lingsar Narmada Lombok Barat Nusa Tenggara Barat.

Foto : repro BidikNews

Pertama
, katanya, komunikasi antara warga Muslim dan Hindu berlangsung dalam suasana harmoni karena mereka memiliki irisan kesamaan.

“Mereka mampu menghindari hal-hal yang berpotensi mengganggu komunikasi di antara mereka. Komunikasi berlangsung dinamis sesuai dengan kondisi dan suasana yang mereka hadapi,” jelasnya.

Dirilis dari Mataramradio.Com menyebutkan, Temuan penting kedua, menurut  Doktor Hj Suhadah, bahwa bentuk harmoni komunikasi antara warga Muslim dan Hindu selama ritual budaya Perang Topat ditunjukkan lewat kerjasama mereka dalam menyelenggarakan ritual Perang Topat, membagi dan bergilir ruang ritual dalam Kemaliq.

Hal menarik dari segi konsep dan teori komunikasi, apa yang ditemukan oleh Doktor Suhadah dalam risetnya?

Menurutnya, Salah satu model yang dikonstruksi dalam riset ini adalah “model harmoni komunikasi antarumat beragama berbasis ruang”.

Riset ini di samping mempertegas asumsi dan prinsip komunikasi yang menyebutkan bahwa “semakin mirip latar belakang sosial budaya, semakin efektif komunikasi”.

Terkait dengan prinsip komunikasi tersebut, riset ini merekomendasikan temuan pentingnya bahwa “memiliki kesamaan latar belakang sosial budaya saja tidak cukup untuk menjamin komunikasi yang efektif dan mengahdirkan harmoni komunikasi.

“Oleh karena itu dibutuhkan adanya ruang bersama yang permanen seperti ruang publik yang dalam penelitian ini adalah Taman Lingsar dan ruang ritual yang dalam penelitian ini adalah Kemaliq sebagai wadah pertemuan yang terus menerus sebagai tempat mereka berkomunikasi dan mencairkan kebekuan komunikasi yang disebabkan oleh perbedaan agama dan etnik,”beber isteri dari Doktor H Kadri, Pakar Komunikasi Politik UIN Mataram ini.

Doktor Hj Suhadah juga menjelaskan bahwa ruang bersama lintas agama ini penting karena di situ-lah para warga berbeda agama bisa bertemu, berdiskusi, dan membicarakan persoalan kesehariannya tanpa ada sekat agama.

Selaku Peneliti, ia melihat bahwa ruang-ruang publik saat ini banyak dibajak oleh kepentingan komersil sehingga komunikasi antarumat beragama jarang dilakukan secara alami. Hal inilah yang membuat konflik horizontal belum bisa dihilangkan di Indonesia

“ Jadi intinya, harmoni antarumat beragama itu bisa dihadirkan jika banyak pertemuan dan komunikasi di antara mereka. Komunikasi itu bisa berlangsung bila ada ruang bersama yang tersedia, ada event dan ritual budaya bersama yang mereka ikuti.

Perang Topat yang berlangsung di Kemaliq Taman Lingsar telah menjadi contoh pemanfaatan ritual dan ruang bersama lintasagama dengan baik sehingga berkontribusi bagi terciptanya harmoni antarumat beragama yang berkelanjutan,”urainya.

Riset Empat Tahun Dan Dipublikasikan Jurnal Internasional

Foto : repro BidikNews

Rupanya butuh waktu empat tahun bagi Doktor Hj Suhadah melakukan riset seputar dinamika ritual budaya Perang Topat di Lingsar Narmada Lombok Barat.

Ia mengikuti dan meneliti empat kali ritual budaya Perang Topat, yakni Perang Topat tahun 2018 dan  2019 dimana ritual Perang Topat yang berlangsung dalam suasana normal tanpa pandemi Covid-19,  dan ritual Perang Topat tahun 2020 dan 2021 dimana ritual Perang Topat berlangsung dalam suasana pandemi Covid-19.

Di samping menjadi disertasi, hasil riset yang dilakukan oleh Doktor Hj Suhadah juga telah dibuat dalam bentuk artikel, yang telah diterbitkan pada Jurnal bereputasi internasional, yang terindeks Scopus.

Dua artikel tersebut antara lain artikel berjudul: “A shift in Information Dissemination Methods in a Cultural Ritual amid the COVID-19 Pandemic”, telah dimuat dalam “Journal of Information Science Theory and Practice (JISTaP)”

Selanjutnya artikel berjudďul: “Pilgrimage Site as A Magnet of Interfaith Tolerance: The Case of Kemaliq Lingsar in Indonesia”, yang menurut rencana akan dimuat dalam Jurnal “International Journal of Religion Tourism and Pilgrimage (IJRTP)”

Siapa Doktor Hj Suhadah ?


Doktor Hj Suhadah SE MSi lahir di Kota Bima Nusa Tenggara Barat, 48 tahun silam. Ia dikenal sebagai akademisi, pemerhati media dan pegiat literasi.

Ia pernah menjadi anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Nusa Tenggara Barat selama hampir satu dekade yakni periode pertama dan perpanjangan masa jabatan  periode 2008-2014 dan periode kedua tahun 2014-2018.

Selama menjabat sebagai komisioner, ia konsisten menjadi koordinator dan anggota bidang pengawasan isi siaran.

Banyak hal yang selalu jadi atensinya ketika mengawasi konten siaran radio dan TV lokal kala itu. Bahkan, sejumlah acara TV lokal yang kena teguran keras hingga penghentian sementara mata acara bermasalah, tidak lepas dari kejeliannya mencermati tayangan yang melanggar apa yang disebut Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran.

Dia juga konsern mengingatkan Lembaga penyiaran tentang tanggungjawab moral dan sosial merawat keberagaman serta kearifan lokal. Jadi  tidak mengherankan bila disertasi Pendidikan doktoralnya juga mengangkat hal-hal yang bermuatan kearifan lokal atau local genuine yakni tentang ritual budaya Perang Topat dan diselesaikannya tahun ini di Universitas Padjajaran Bandung, kampus tempat dia juga menamatkan Pendidikan Magister Komunikasinya pada tahun 2007 silam.

Doktor Suhadah tercatat sebagai dosen luar biasa UIN Mataram dan pernah juga menjabat sebagai Dekan Fisipol Universitas 45 Mataram.

Kesibukan lain Doktor Suhadah adalah menjadi editor buku yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi dan Sosial Politik. Suhadah juga kerap menjadi narasumber berbagai seminar tentang media dan penyiaran. Sukses buat DR. Hj.Suhadah

Pewarta : Dae Ompu
Editor    : BN-007

0 Komentar