Haji dari Masa ke Masa


Tempo Doeloe, Kakek nenek, bapak ibu, saudara dan keluarga serta tetangga kita naik haji pakai kapal layar terkembang tergantung hembusan angin. Kapal meluncur tergantung dorongan ombak. Ombak baru bisa mengantarkan kapal di dermaga Jeddah setelah mengalami perjalanan yang panjang dan berat.

BidikNews - Dalam perjalanan mengarungi samudra para jamaah haji mengalami penderitaan akibat rasa takut, karena dihempas ombak laut “scota” yang ganas, setelah mempertaruhkan jiwa antara hidup dan mati, semua itu bukan merupakan halangan, karena didorong oleh niat yang ikhlas untuk memenuhi panggilan Nabi Ibrahim As. Karenanya tempo doeloe orang melepas pergi haji seperti mengantarkan orang mati. Bayangkan.!

Itu dulu, dan orang menyebut zaman onta. Kemudian berkembang sedikit menggunakan kapal uap. Dengan kapal uap ini pun masih dibilang lama sekitar 4 bulan pergi pulang Jakarta – Jeddah. Itu baru di laut belum lagi di darat, bahwa jarak antara Makkah dan Madinah dengan menggunakan onta sekitar dua bulan. Karenanya dunia masih terasa luas dan panjang.

Setelah jaman kemerdekaan, sedikit lebih maju dengan menggunakan kapal, satunya kapal uap dan satunya kapal mesin, masing masing diberi nama “Ambulombo” untuk kapal uap, dan “Tampomas” untuk kapal mesin. Itu pun masih terasa lama sekali sekitar dua bulan perjalanan. Karenanya dunia masih terasa luas dan panjang.

Demi memenuhi kebuthan para jamaah haji waktu itu pemerintah membeli kapal dari negeri Belanda yang diberi nama “ Cut Nyak Dien” dan satu lagi kapal uap yang diberi nama “Gunung Djati” yang dibeli dari Negara Jerman. Dan ditambah lagi dengan beberapa kapal lain yang dibeli dari Negara Eropa.

Sejak tahun 1978/1979 Jamaah haji mulai menggunakan kapal terbang (pesawat) yang diberi nama “ Garuda”. Tiga tahun kemudian pemerintah membeli empat buah pesawat “Boeing 747” dengan kapasitas penumpang sekali angkut 540 orang.

Seiring kemajuan tehnologi canggih sampai sekarang jamaah haji pergi dan pulang hanya menempuh perjalanan dari tanah air ke Mekkah Madinah tidak sampai satu bulan. Karena dunia semakin sempit dan pendek.

Pewarta : Dae Ompu
Editor    : BidikNews

0 Komentar