Kenangan Indah Bersama Jenderal Polisi (Purn) Sutanto dan Letjen (Purn) Sudi Silalahi Kala Itu


Sebuah pertemuan singkat bersama para petinggi Negara ketika itu seakan diri kita berada di atas ketinggian sebuah tempat yang sangat indah. Banyak orang yang tidak pernah membayangkan bisa bersua dengan mereka yang  tidak dikenal. Tetapi pertemuan dengan mereka juga dapat mengajarkan kita tentang banyak hal yang tidak bisa dilupakan untuk dikenang sepanjang kenangan.

BidikNews, Mataram - Masih ingat Jenderal Polisi (Purn) Sutanto, mantan Kapolri era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)? Jenderal Sutanto dikenal sebagai Pati yang membongkar beberapa kasus kriminal, Jenderal Sutanto menjadi sorotan kala masih aktif sebagai anggota Polri.  

Menjadi rekan seangkatan SBY, Sutanto terbilang sukses dalam karir Kepolisian. Bahkan, menjadi salah satu ajudan Presiden Soeharto yang tahu banyak rahasia tentang sang Pemimpin.

Pertemuan singkat bersama Jenderal Polisi Sutanto ketika itu, menyisakan kenangan tersendiri. Sebagai petinggi Polri Jenderal Sutanto dikenal sosok yang rendah hati. Terlihat jelas ketika bersalaman terpancar senyuman yang menandakan kesederhanaan seorang jenderal tanpa protokoler yang ketat. 

Disaat tangan saling berjabat, Jenderal Sutanto menanyakan keadaan NTB kepada saya, Bagaimana keadaan NTB,” katanya dengan suara datar.

“Alhamdulillah, kami semua di NTB baik-baik saja,” jawab saya ketika itu. dan beliau menyambutnya dengan ucapan Syukur Alhamdulillah.

Pada satu kesempatan, Jenderal Sutanto menceritakan pengalamannya saat menjadi pengawal Presiden Soeharto. Diketahui, sosok Soeharto tentunya menyisakan kenangan tersendiri bagi sejumlah orang,

seusai memimpin Indonesia selama 32 tahun, termasuk bagi para mantan ajudannya. Satu di antaranya adalah Sutanto, yang juga pernah menjadi Kapolri pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Dalam buku, "Pak Harto The Untold Stories", Sutanto memang mengakui pernah menjadi ajudan Soeharto. Sutanto mengungkapkan, hal itu tidak lepas dari adanya buku khusus yang dimiliki Soeharto.

Buku itu berisi berbagai hal yang penting secara sistematis. Termasuk setiap masukan atau keputusan juga dicatat dalam buku khusus tersebut.

"Bahkan Pak Harto memberi daftar urut dan memisahkan bagian per bagian berdasarkan siapa menterinya atau apa topik permasalahannya," kata Sutanto.

Sehingga, atas bantuan catatan dalam bukunya itulah Soeharto mampu melihat sejumlah persoalan.


“Dibantu dari buku itulah, Pak Harto sebagai presiden dan kepala negara bisa melihat kemajuan atau progres berbagai masalah yang tengah dihadapi oleh pemerintah, Sutanto pun menyebut Soeharto sebagai seorang administrator yang baik dan teliti.

Sutanto, Kapolri ke-17 yang menjabat sejak Juli 2005 sampai Oktober 2008. Ia lahir di Comal, Pemalang tahun 1950. Sutanto, seperti dua kapolri sebelumnya juga lulusan terbaik Akpol 1973 dan rekan seangkatan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang terbaik Akmil 1973.

Sejak SBY menjadi Presiden RI, ia kemudian menunjuk koleganya Sutanto memimpin Polri. Saat memimpin Korps Bhayangkara, banyak keberhasilan Polri mengungkap kasus terorisme.

Setelah pensiun, Sutanto kemudian ditunjuk memimpin Badan Intelijen Negara 22 Oktober 2009 hingga 19 Oktober 2011 dengan status Pati Purnawirawan Polri pertama yang menjabat.

Bersama Letjen TNI (Purn) Sudi Silalahi

Letjen TNI (Purn) Sudi Silalahi lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tanggal 13 Juli 1949. Semenjak kecil, Sudi bersama kesembilan saudaranya dididik oleh ayahnya, Abdul Aziz Silalahi, untuk menjadi pribadi yang jujur, pekerja keras dan disiplin.


Walaupun saat itu sang ayah adalah seorang kepala kepal desa, Sudi beserta saudara-saudaranya tetap hidup sederhana dan apa adanya.

Sebenarnya, menjadi tentara bukanlah cita-cita Sudi. Namun Tuhan berkehendak lain. Setelah lulus STM di Bandung, Sudi yang tak kesampaian melanjutkan sekolahnya ke ITB. Akhirnya Sudi melanjutkan pendidikannya ke Akabri dan lulus di tahun 1972.

Menjalani hidupnya didunia militer, Sudi merasakan anugerah yang luar biasa dari Tuhan. Karir gemilang terus dicapai putra Batak berdarah Jawa ini. Mulai dari menjabat sebagai Wakil Assospol Kasospol ABRI, Kepala Staf Kodam Jaya hingga Pangdam V Brawijaya di Surabaya.

Bagi sebagian orang yang belum mengenal sosok jenderal berbintang tiga ini, nama Sudi yang bermarga Silalahi pasti dianggap sebagai orang nonmuslim. Namun siapa sangka, Sudi adalah seorang muslim yang taat.

Ada beberapa pengalaman unik soal ketidaktahuan orang tentang agama Sudi Silalahi. Saat dia masih menjabat sebagai Panglima Kodam V Brawijaya, Jawa Timur, Sudi sempat ditolak oleh para ulama di Jawa Timur karena dikira sebagai nonmuslim.

Bahkan ia pernah dicemooh oleh generasi muda muslim yang menolaknya saat mau berceramah, lagi-lagi dikira nonmuslim. Padahal, sebenarnya ia adalah seorang muslim yang sangat religius dan moderat.

Sudi Silalahi disebut-sebut banyak orang sebagai tangan kanan Presiden Yudhoyono. Bahkan secara fungsional, dia dianggap sebagai orang ketiga pemerintahan SBY.

Dia disebut juga dapat berperan menyeimbangkan laju Wakil Presiden Jusuf Kalla yang saat itu tampak bergerak atraktif. Saat SBY masih menjabat sebagai Menko Polkam, Sudi sudah mendampinginya sebagai Sekretaris dan saat Presiden SBY melakukan uji kelayakan kepada para calon menterinya, mantan Kepala Staf Kodam Jaya ini yang dipercaya memanggil para calon menteri untuk datang ke Cikeas, kediaman presiden.


Mantan Askomsos Kaster ABRI (1998) ini juga berperan dalam Tim Penilai Akhir (TPA) yang dipimpin langsung Presiden SBY dan bertugas menentukan para direksi BUMN dan eselon satu di setiap departemen.

Setelah sempat menjadi Menteri Negara Sekretaris Kabinet, Sudi kemudian menjadi Menteri Sekretaris Negara dalam Kabinet Indonesia Bersatu II (2009-2014).  

Dalam sebuah kesempatan, pertemuan singkat dengan sosok Sudi Silalahi tak terpikirkan sebelumnya. Saya menyempatkan diri untuk mendekatinya. Tak ayal uluran tangan saya diterima dengan baik. Sambil tersenyum ramah seorang menteri era SBY itu menyambut salaman saya dengan tulus.

Kata singkat yang saya ucapkan kepada Beliau ketika itu, Alhamdulillah saya bisa bersua bersama Bapak meski waktunya sangat singkat. Dijawab oleh beliau dengan ucapan Syukur Alhamdulillah, semua ini atas ijin Allah,”. 

Bersama dengan Bapak Sudi Silalahi meski singkat merupakan sebuah pertemuan yang yang berkesan indah untuk dikenang sepanjang kenangan. 

Innalillhi wainna ilaihi rajiun, Kini, beliau telah tiada, semoga almarhum diampuni segala dosa dan salahnya, diterima amal ibadahnya, serta dilapangkan alam kuburnya oleh Allah SWT. 

Pewarta : Dae Ompu





0 Komentar