Pemkab Dompu Fokus Pada Upaya Percepatan Penurunan Angka Stunting


BidikNews, Dompu,NTB
- Pemerintah kabupaten Dompu melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Percepatan penurunan angka stunting fokus pada upaya Pencepatan penurunan angka stunting ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Hj. Iris Juita Kastianti menyampaikan bahwa sekarang DPPKB kab. Dompu Punya Tugas Baru yaitu masalah stunting Yang sudah familiar di masyarakat. 

"Berdasarkan amanat Kepres nomor 72 tahun 2021 yaitu Percepatan penurunan angka stunting dan kemudian di turunkan lagi perban BKKBN nomor 12 tahun 2021, yaitu rencana aksi Nasional," jelas Hj. Iris Juita Kastianti.

Kemudian Pemerintah kabupaten Dompu sudah membentuk tim Percepatan penurunan stanting yang di ketui oleh Wakil Bupati H. Syahrul Parsan, ST., MT. Juga tim Kecematan yang diketuai oleh Camat, sudah terbentuk juga ditingkat desa yang ketui oleh ketua tim penggerak PKK dan DPPKB sendiri Sebagai Pendamping (sekretariat).

Hj. Iris Juita Kastianti mengatakan target Dari Bapak Jokowi di tahun 2024 angka stunting di Indonesia maksimal 14 porsen, sementara Indonesia masih di angka sekitar 32 porsen dan di kab. Dompu sendiri diangka 13 porsen di angkat pada bulan Agustus 2022, lewat aplikasi Pemantauan Gizi dan semua sasaran bayi balita sudah 99 porsen yang di ukur, karena Indonesia masih pakai survei status Gizi (SSG) sementara khusunya di NTB masih menggunakan EPPGM.

"dari langkah itu, untuk menuju di Indonesia 14 porsen, dan khusunya DPPKB sebagai tenaga pendampingan (penanganan secara hulu) terhadap keluarga yang beresiko stanting antara lain sasarannya calon pengantin dengan bekerja sama dengan KUA, malah sudah ada MOU."ujar Umi Iris.


Jadi untuk pendampingan calon pengantin ini ada 2x, yaitu sekali 3 bulan sebelum nikah dan 1x 3 bulan setelah nikah itu pendampingannya kemudian Ibu hamil selama hamil 8x pendampingan oleh tim desa pembantu keluarga itu. Karena kami pendampingannya keluarga beresiko yang sasarannya, calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca bersalin, balita dan baduta.

disamping itu juga kami sudah mempunyai aplikasi yang dibuat oleh pusat yaitu Elsimi (elektronik siap nikah, siap hamil), itu bisa bisa di pantau dan Alhamdulillah pada target kita ini sudah ada paket yang di berikan oleh pusat paket untuk pulsanya untuk memperlancar update semua yang didampingi dengan jumlah keluarga yang harus 12.766.000 se-kabupaten Dompu.

Sementara yang sudah tertera dalam Elsimin itu, kalau calon pengantin target 1.762.000 untuk ibu hamilnya 6.135.000 begitu juga dengan ibu pasca bersalin 6.135.000 12x dibagi 8x untuk ibu hamil, 12x untuk pasca bersalin, kemudian yang ada di aplikasi Elsimin itu pendampingan sebanyak  509 ibu hamil yang stanting sudah 1.120, ibu pasca bersalinnya 697, balita dan badutanya 697 juga, itu hasil dari pendampingan tim keluarga yang sudah dilaksanakan (laporan).

Lalu kami juga bersama teman-teman provinsi sudah melakukan audit kasus stanting keberadaan tim keluarga disemua Desa dan kelurahan, dikelurahan atau desa menjadi lokus stanting itu kami tempatkan 3 tim terdiri dari 9 orang di dalam tim itu ada 3 unsur yang tergabung ada tim bidan desa, tim penggerak PKK desa dan kader posyandu atau kader KB ada 3 orang, kemudian non lokus ada 2 tim yang jumlahnya 6 orang yaitu tim bidan 2 orang, tim penggerak PKK 2 orang dan kadernya 2 orang.


Hj. Iris juga menuturkan kamarin tgl 21 bersama ketua tim Percepatan penurunan stanting Wakil Bupati H. Syahrul Parsan, ST., MT , dan teman-teman provinsi, melakukan desciminisa kasus stanting di 3 desa, desa O,o, desa Rababaka dan kelurahan Simpasai, kasus tersebut di analisisa diangkat oleh tim pakar spesialis kandungan yang berhubungan dengan ibu hamil dan ibu pasca bersalin untuk spesialis anak yang berhubungan dengan balita dan baduta, terus ada tenaga psikolog dan tenaga ahli daripada Gizi, 

Jadi tim teknis ada 4 orang dan tim pakarnya yang sudah melakukan desciminisa kemarin terhadap kasus-kasus keluarga yang beresiko, di antaranya kasus beresiko tinggi, sedang dan belum menjadi resiko."terang Hj. Iris.

Pewarta : Iwan Westom

 

0 Komentar