Allah Swt memberikan berbagai macam nikmat yang tidak bisa dihitung jumlahnya dan tidak bisa diukur nilai harganya kepada para hambanya, maka Diapun memberikan peringatan akan datangnya hari pembalasan, yang pada waktu itu apa saja yang kita lakukan dan untuk apa karunia nikmat kita gunakan selama hidup di dunia, akan ditanyakan oleh Allah SWT
BidikNews, Mataram,NTB – Demikian Prof. Dr. H. Ahmad AmirAziz, M. Ag mengawali uraian Khutbahnya Pada 13, Januari 2023 di Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah (GPI) Mataram - NTB.
Allah berfiman :“Dan jagalah dirimu dari (`azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa`at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.” (Al-Baqarah : 48) .
Maka berbahagialah bagi mereka yang sejak awal mempersiapkan bekal untuk hari kiamat, dengan menabur amal sholeh. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 28, Allah berfirman:
Artinya; Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.
Dalam Tafsir Ibn Katsir, dijelaskan bahwa ayat ini menjelaskan akan kekuasaan Allah dan sungguh aneh orang yang ingkar kepada Allah sementara manusia awalnya tiada, lalu Allah menjadikannya ada di muka bumi ini. Ayat ini juga menunjukkan bahwa kita semua pasti mati. Dan kita semua pasti akan dibangkitkan kembali setelah kematian itu.
Oleh karena itu kita harus mempersiapkan amal-amal terbaik yang masih bisa kita kerjakan senyampang badan masih sehat. Lalu seperti apakah amalan yang terbaik itu? Salah satu indikatornya adalah, pekerjaan itu dilakukan dengan istiqamah.
Dalam hadis riwayat Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: Artinya; sesungguhnya sebaik-baik pekerjaan adalah yang rutin (berkelanjutan), meskipun itu sedikit.
Beramal sebaik mungkin juga berarti bahwa pekerjaan itu kita lakukan dengan seikhlas mungkin, semaksimal mungkin dan dengan sesempurna mungkin. Baik dalam interaksi kita kepada Allah maupun kepada sesama manusia, dalam tiap amal kita patrikan dalam diri kita bahwa bisa jadi itu adalah amal terakhir kita.
Yang kedua, menyiapkan amal yang terus mengalir pahalanya. Di antara yang dapat kita persiapkan adalah dengan memperbanyak amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta mendidik anak kita menjadi anak yang saleh yang dapat mendoakan kita kelak. Shadaqoh jariyah misalnya mengisi kotak amal masjid secara rutin minimal seminggu sekali, menyantuni anak yatim dan membantu fakir-miskin. Termasuk di dalam amal yang pahalanya terus mengalir adalah Waqaf.
Waqaf merupakan amal yang pahanya terus mengalir. Wakaf untuk masjid, pesantren, Lembaga Pendidikan, panti sosial, merupakan contoh bidang wakaf yang banyak dilakukan umat muslim. Termasuk juga wakaf untuk lahan pemakaman muslim.
Dewasa ini ketersediaan pekuburan terasa kian mendesak, di beberapa kota tempat makam sudah sempit, termasuk kita di Mataram. Menyadari pentingnya itu, salah satu program unggulan takmir masjid kita sekarang adalah pengadaan tanah wakaf yang alhamdulillah berkat dukungan warga muslim Griya Pagutan Indah kita sudah memiliki 10 are.
Namun mengingat jumlah KK kita banyak, lahan seluas itu tidak akan mencukupi. Karenanya program mendesak adalah penambahan perluasan lahan wakaf. Karena itu mari kita dukung program akhirat yang sangat penting dan mendesak ini.
Rasulullah Saw, menjelaskan tentang perkara-perkara yang akan ditanyakan pada hari kiamat, beliau bersabda : “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal: (1) umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah ia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan” (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi).
Perkara pertama yang akan kita pertanggungjawabkan pada hari kiamat kelak adalah umur kita. Sejak kita menginjak usia baligh, seluruh apa yang kita yakini, kita ucapkan dan kita perbuat, akan kita pertanggungjawabkan kelak di akhirat. Jika kita telah melakukan seluruh kewajiban dan menjauhkan diri kita dari semua yang diharamkan, maka kita akan selamat dan bahagia. Sebaliknya, apabila kita sia-siakan umur kita, dipakai untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, menyusahkan orang lain, membuat tipu daya dan mnaksiat, maka pastilah akan binasa dan merana.
Kedua, kita akan ditanya mengenai jasad kita. Jika seluruh anggota badan kita gunakan untuk berbuat taat kepada Allah, maka kita akan senang dan tenang. Jika mata kita pakai untuk membaca al-Qur’an, memahami maknanya, membaca ilmu pengetahuan, maka akan banyak simpanan amal kita.
Apabila nalar dan rasio kita pakai untuk memikirkan masyarakat, bagaimana agar kehidupan lebih baik, hubungan sosial dapat lebih harmonis, kita berdiskusi untuk menemukan solusi-solusi alternatif yang bijak dan tepat, maka kita punya tambahan deposito amal. Sebaliknya, jika kita menggunakannya anggota badan hanya untuk bersenang-senang, mementingkan diri sendiri semata, berbuat zalim dan tidak adil pada orang lain, bahkan mengganggu, menyusahkan, dan bertindak semena-mena, maka kita akan merugi dan buntung.
Ketiga, kita akan ditanya mengenai ilmu kita. Kita akan ditanya, apakah kita telah mempelajari bagian ilmu agama yang fardlu ain untuk kita pelajari atau tidak. Dan jika kita telah mempelajarinya, apakah sudah kita amalkan ataukah tidak. Ilmu agama yang hukum mempelajarinya fardlu ain adalah seperti dasar-dasar ilmu aqidah, hukum-hukum dasar terkait bersuci, shalat, zakat bagi yang mampu, puasa, kewajiban hati, maksiat-maksiat anggota badan dan lain sebagainya.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan: “Sungguh sangat celaka orang yang tidak belajar (ilmu agama yang fardlu ain), dan sungguh sangat celaka orang yang mempelajarinya tapi tidak mengamalkannya.”
Keempat, kita akan ditanya mengenai harta, dari mana kita memperolehnya dan untuk apa kita belanjakan. Dalam masalah harta, manusia terbagi menjadi tiga golongan, dua celaka dan satu yang selamat.
Dua golongan yang celaka pada hari kiamat adalah mereka yang mengumpulkan harta dengan cara yang haram atau dari sumber yang haram, dan mereka yang mengumpulkan harta dengan cara yang halal tapi membelanjakannya untuk hal-hal yang diharamkan.
Sedangkan golongan yang selamat adalah mereka yang mengumpulkan harta dengan jalan yang halal dan membelanjakannya untuk perkara-perkara yang halal.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik harta adalah harta milik orang yang shalih.” (HR Ahmad dalam al-Musnad).
Hal ini karena orang yang shalih akan mencari harta dengan cara yang halal dan membelanjakannya untuk hal-hal yang dihalalkan oleh Allah Swt.
Dalam urainnya, Khatib mengungkapkan Alquran menerangkan bahwa semua manusia akan diadili di akhirat. Ada orang yang membawa amal baik ke akhirat, ada juga yang membawa perbuatan jahat ke akhirat.
Orang yang membawa amal baik ke akhirat akan dibalas dengan yang lebih baik. Sementara orang yang membawa kejahatan ke akhirat akan dibalas dengan kejahatan yang setimpal,” terangnya.
Karena kita semua sudah pasti akan menemui ajal, maka hal terbaik yang harus kita lakukan adalah menyiapkannya. Salah satu cara menyiapkan kepergian kita dari dunia dan agar mendapatkan husnul khotimah adalah dengan melakukan amalan yang baik selama masa hidup. Amalan yang diperbuat akan terus mengalir pahalanya, walaupun orang yang melakukan amalan tersebut sudah meninggal dunia.
Dalam beramal juga perlu menghadirkan niat baik, jika amalan itu disertai niat baik maka lautan pahala menjadi milik kita. Semua itu dengan mudah akan digapai hanya berbekal niat baik dalam hati kita. Sungguh tujuan dan keyakinan hati diperhitungkan pada setiap perbuatan, dan ucapan.
Pada akhirnya, mari Persiapkan diri dan keluarga agar ke empath al di atas dapat kita wujudkan dan kita persipakan sejak dini. Mudah-mudahkkan Allah Swt senantiasa memberikan kita hidayah, taufik dan inayahnya kepada kita semua.
Pewarta: Dae Ompu
0 Komentar