Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag Sebut Puasa Meningkatkan Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain. Lalu 
Bagaimana Puasa dapat meningkatkan Kecerdasan Emosional manusia.? Berikut 
penjelasan Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN)  Mataram, Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag .

BidikNews,Mataram,NTB -  Pada kesempatan subuh Ramadhan hari ke-4 ini bertempat di Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah (GPI) Mataram pada Minggu, 26 Maret 2023, Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag, menyampaikan tema tentang hikmah puasa dalam meningkatkan kecerdasan emosional. 

Mengawali ceramahnya, Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag mengucapkan Puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala anugerah nikmat yang mengalir setiap hari, baik itu nikmat kesehatan, anugerah umur, kesempatan, rizki, dan sebagainya, semoga kita tetap menjadi insan-insan yang senantiasa bersyukur. 

Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag, juga sampaikan Shalawat dan salam yang haturkan kepada junjungan Alam Nabi Agung Nabi Muhammad Saw, semoga kita menjadi umatnya yang taat dan kelak mendapatkan syafa’at di hari akhir.

Dalam ceramahnya Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag, menjelaskan bahwa Sesungguhnya Allah Swt telah meletakkan beberapa emosi dasar pada karakter manusia agar bisa menjalani kehidupan dengan baik. 

Dalam uraiannya, Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag, Emosi dimaksud dapat membantu manusia beradaptasi, menjaga kelangsungan hidup, dan membangun hubungan dengan orang lain dan dunia sekitar. Seperti, Rasa takut, dapat membantu manusia untuk menghindari bahaya dan merespons ancaman secara tepat. Kemudian Rasa marah dapat membantu manusia untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk membela diri atau orang yang dicintainya. 

Sedangkan Rasa sedih dapat membantu manusia untuk merespons kehilangan atau kegagalan, dan membantu dalam proses pemulihan dan pertumbuhan emosional. Dan juga Rasa bahagia dan cinta dapat membantu manusia untuk merasa terhubung dengan orang lain dan memberikan dorongan untuk menciptakan hubungan yang positif. 

Meski demikian, dalam uraiannya, Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag, menjelaskan bahwa dalam pandangan psikologi, emosi dasar tidak baik atau buruk, tetapi ia merupakan bagian dari pengalaman manusia yang alami dan perlu diakui dan diungkapkan dengan cara yang sehat dan tepat. 

Emosi-emosi tersebut kata, Guru Besar UIN Mataram ini bermanfaat bagi manusia selama kadarnya masih wajar, tetapi jika berlebihan dapat membahayakan kesehatannya.” 

Misal, Rasa takut yang wajar saat menghadapi ujian akan mendorong pelajar untuk menghafal pelajaran dengan baik sebagai persiapan menghadapi ujian, serta mendorongnya untuk mengerjakan ujian dengan baik. Namun jika rasa takutnya berlebihan, itu malah akan mengganggu konsentrasinya hingga ia tidak bisa menghafal dan tidak bisa mengikuti ujian dengan tenang.” Tutur pria yang murah senyum ini.

Contoh lain kata Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag, menyebut Emosi marah, jika berlebihan hingga memuncak maka akan mempengaruhi pembuluh darahnya hingga bisa menyempit. Jadi, bagaimana seseorang mengelola dan mengekspresikan emosi dapat memengaruhi kesehatan emosional mereka dan hubungan mereka dengan kehidupan sosialnya.” Ujar Prof dengan nada Tanya.

Dijelaskannya, bahwa, emosi yang berlebihan dapat membahayakan diri dan orang lain, karena itu sudah seharusnya manusia belajar dan terus berusaha untuk dapat mengenali dan mengendalikan karakter-karakter emosinya.” katanya.

Dalam ceramahnya juga Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag mengungkapkan sejumlah hasil riset para psikolog dan ahli menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dapat mempengaruhi keberhasilan orang hingga 80 %. Para pemimpin yang hebat, CEO-CEO perusahaan yang sukses, tokoh-tokoh masyarakat, public figur yang dihormati, biasanya memiliki nilai kecerdasan emosi yang tinggi. Hal ini menunjukkan, bahwa cerdas IQ saja tidaklah cukup,” ujarnya. 

Karena itu, kata Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag melalui ibadah puasa di bulan suci Ramadhan ini kita dididik untuk menjadi manusia yang cerdas dalam mengelola emosi. Beragam emosi akan distabilkan dan dinormalkan. 


Dihadapan ratusan jamaah subuh Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah (GPI) Mataram, NTB, Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag  menjelaskan beberapa aspek kecerdasan emosional yang akan tumbuh selama kita menjalankan ibadah puasa adalah sebagai berikut;

Pertama, kesadaran diri atau self-awareness.  

Selama beberapa jam lapar, menjadikan kita punya waktu yang tepat untuk merenunkan hakekat diri: dari mana kita  berasal, apa tujuan hidup, dan kemana setelah mati. Kesadaran akan keberadaan Allah dan pengaruh-Nya dalam hidup manusia menjadi terbuka. 

Selain itu, kesadaran diri juga mencakup pemahaman tentang kelemahan dan kekurangan diri sendiri serta upaya untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.

Kedua, kontrol diri. 

Kalau dalam bulan-bulan yang lalu mungkin kita kurang bisa mengendalikan emosi, stress, maksiat, hasrat berlebihan atau lainnya, kini harus kita kekang. Tindakan melampaui batas yang mengakibatkan terjerumus dosa, akan diputihkan di bulan ini. 

Kebiasaan-kebiasaan lama yang malas, tidak disiplin, bahkan korup, akan tereliminasi selama orang berpuasa. Kesabaran akan benar-benar teruji. Terhadap yang halal seperti makanan tidak berani kita sentuh. Apalagi terhadap hal-hal haram. Apabila hendak dicaci, cukup katakan “inni shoim” (saya sedang berpuasa) sebagai bentuk penahanan diri tidak mau membalas. 

Dalam suatu hadis Nabi menyebutkan bahwa “Puasa itu adalah periasai, sebagaimana perisai kamu saat berperang” (HR. Ibn Majah). Dengan perisai kita bisa menahan serangan lawan. Maka puasa membangun ketahanan dan kontrol diri untuk tidak mau tergoda dengan hal-hal yang tidak benar. Semua ini sebagai Latihan berharga agar kita tidak sekedar puasa fisik (shaum jasadiyah), tetapi naik ke level puasa jiwa (shaum nafsaniyah). 

Ketiga, motivasi. 

Alhamdulillah, motivasi tumbuh kuat di bulan Ramadhan. Para ustadz dimana-mana menyampaikan fadhilahnya yang mana Allah Swt memberikan insentif pahala yang berlipat, ada bonus melimpah, sehigga kaum muslimin berlomba untuk meraihnya. 

Sesungguhnya bukan hanya semata pahala, puasa akan melahirkan motivasi internal yang kuat dimana seorang mukmin tidak ingin menyia-nyiakan waktu siang dan malamnya. Iklim motivasi kebaikan yang kuat ini akan berdampak pada kebaikan pasca Ramadhan nantinya.

Keempat, keterampilan sosial. 

Puasa juga membangun rasa empati pada kaum lemah, mereka yang sering lapar tidak hanya siang sampai sore, tapi kadang lapar hari demi hari. Maka tumbuhlah etos sosial dari shoimin shoimat sehingga terpacu untuk memberikan kontribusinya. Kita bersyukur sekali di banyak masjid, di tengah komunitas muslim di manapun, selama Ramadhan ini banyak program sosial yang ditawarkan, misalnya layanan takjil di masjid, takjil on the road, buka bersama, santunan anak yatim, donasi kaum dhuafa’, Ramadhan ceria, dan lainnya. 


Dalam satu sabdanya Rasulullah Saw menyatakan bahwa “Barangsiapa yang memberi makan orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga” (HR. Tirmidzi). Semua ini merupakan ekspresi tanggung jawab sosial sebagai berkah selama bulan yang mulia ini.  

Diakhir ceramah singkatnya itu, Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag menyampaikan, selama berpuasa sesgungguhnya kita sedang menempa diri bersama komunitas untuk menjadi pribadi yang memiliki karakter emosi yang baik.” Katanya.

Meski demikian ia juga menjelaskan, bahwa Perubahan diri menjadi lebih baik memang memerlukan proses, yang kadang tidak cukup 1-2 minggu. 

Tetapi dengan Puasa 1 bulan, kata Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag menyebutkan, Ada satu hasil riset yang menunjukkan bahwa perubahan karakter dan emosi diri itu baru akan berubah sebenarnya setelah pengulangan yang ke-25 kali, artinya hampir 1 bulan penuh. 

Jika proses penempaan selama sebulan maka insya Allah perubahan itu akan kita rasakan di ujungnya nanti. Karenanya, mumpung ini masih di awal Ramadhan, mari terus jaga semangat sehingga spirit Ramadhan tetap menyala hingga akhir nanti.

Pewarta: Dae Ompu



0 Komentar