Ramadhan Hadir Sebagai Sarana Koreksi Prilaku Kehidupan Manusia


Bersama : Dr. Muhammad Irwan H. Husain A. Gani. 

“Setiap manusia terdapat dua potensi diri yang mempengaruhi prilaku yaitu fitrah kesucian, yang selalu mengikuti segala petunjuk Allah SWT, dan nafsu sahwat yang cenderung mengikuti arah dan petunjuk serta godaan setan. Dua potensi ini selalu jalan berlawanan arah, dan saling untuk memenangkan pertarungan, akhirnya akan menentukan arah sikap dan prilaku manusia”.

Ramadhan disebut pula dengan sahrut-taubah, yaitu bulan atau waktu terbaik bagi manusia untuk melakukan taubat, mengkoreksi total segala tingkah laku yang pernah dilakukan. 

Meski setiap saat meminta ampun pada bulan-bulan lain, namun jika dirasakan belum mendapat ampunan, maka hadirnya Ramadhan merupakan momen dan kesempatan terbaik untuk melakukan taubat secara menyeluruh, mengorek segala tingkah laku yang pernah diperbuat.  

Hal ini telah diperintahkan oleh Allah SWT dalam firmanNya "Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha." (QS. At-Tahrim: 8)

Tiga hari Ramadhan telah bersama kita, dan tentunya pada hari-hari tersebut masing-masing kita memperoleh suasana yang berbeda tergantung dari cara kita menyikapi dan mengisinya. 

Ramadhan hadir untuk menggelorakan semangat manusia beriman, untuk berupaya secara maksimal melakukan yang terbaik sebagai manifestasi hadirnya Ramadhan yang akan menambah pundi-pundi kebaikan selakigus yang membakar dan memberangus segala tangkah laku noda dan dosa pada masa-masa sebelum Ramadhan hadir. 

Ramadhan, bagi orang beriman dan bertaqwa menyadari sepenuhnya bahwa bulan keberkahan ini datang dengan membawa beraneka bonus dan hadiah yang diperuntukkan baginya.  

Bagi sebahagian orang beriman lainnya, hari-hari kehidupan sebelas bulan lalu telah diisi dengan segala kegiatan yang benar-benar hasil dari tempaan bulan Ramadhan. 

Perang dan jihad melawan hawa nafsu yang mengarah ke perbuatan tidak baik selalu dihadapinya. Ia telah memenanginya, meskipun kadang waktu ia juga tanpa sadar telah dikalahkan oleh hawa nafsu. 

Perintah-perintah yang dilakukan pada bulan Ramadhan lalu telah diimplementasikan sesudah bulan Ramadhan. Namun derajad ketakwaan yang dihasilkan oleh bulan Ramadhan belum maksimal dan akan diupayakan untuk mencapai derajat dan hasil yang lebih baik saat ini.

Bagi sebahagian yang lain, apa yang telah dibawa bulan Ramadhan pada tahun lalu belum dapat digapai sepenuhnya. Kuantitas dan kualitas ibadah tambahan belum dilakukan secara utuh dan kontinyu. Kesabaran yang ditempa oleh bulan Ramadhan belum membuahkan hasil maksimal. 

Emosi terkadang hadir tak terkontrol dan diluar kendali. Tidak sedikit kemarahan ditumpahkan pada sesuatu yang tidak bersalah bahkan pada orang-orang yang tidak memahami permasalahan yang dihadapi menerima dampak akibat kemarahan yang membabi buta itu.

Jiwa yang suci bersih sebagaimana sucinya bulan Ramadhan  belum dapat melepaskan diri  dari noktah dan noda hitam. Hati belum sepenuhnya mampu dirawat, dipelihara dan dijaga.  

Hati yang mampu dijaga dari segala godaan selama bulan Ramadhan kembali kacau dan tidak tenang selepas bulan Ramadhan hingga Ramadhan kembali datang. Peningkatan ketakwaan  yang menjadi paripurna bulan Ramadhan belum dapat digapai sesuai dengan harapan. Bahkan perintah Allah yang wajib dilaksanakan secara tidak teratur atau bahkan diabaikan sama sekali. 

Perilaku dan perbuatan selepas Ramadhan bahkan semakin menjadi-jadi. Berbagai untaian kata-kata peransang ibadah yang datang dari berbagai sumber terasa tidak membekas. Hati condong dan tunduk  pada bujukan dan rayuan Iblis dan syaitan. Mulut semakin sering mencibir bahkan bersumpah serapah pada orang lain, berbagai informasi negatif disebarkan, gosip dan ghibah semakin semarak dan tumbuh subur dibicarakan sepanjang perjalanan waktu. 


Ucapan-ucapan bohong yang menghipnotis pendengar kerap terucap dan pendengar tenggelam dan hanyut dengan kalimat-kalimat puitis dan janji-janji manis. 
Mata cenderung melotot  pada penglihatan dan pandangan yang dilarang agama (haram) dan tertutup kabur dan gelap gulita  melihat dan memandang yang baik (halal). 

Mata yang terbuka lebar tidak mampu ditutup untuk menghindar dari kilauan dunia yang semakin memukau. Sinaran cahaya gemerlap kehidupan dunia semakin menyilaukan mata, dan latihan tempaan puasa selama bulan Ramadhan seakan akan tidak berbekas. Mata lebih tertuju untuk membaca berita-berita yang panas dan menarik semangat emosional dibanding dengan membaca dan mempelajari Al-Qur’an yang lembut dan menyejukkan. 

Telinga semakin cenderung untuk mendengarkan lantunan musik ketimbang mendengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Lebih asyik untuk mendengar syair-syair pemancing nafsu birahi dibanding mendengar suara muadzin. Lantunan ayat-ayat suci yang mengumandang di setiap corong masjid tidak ada yang membekas apalagi hatinya bergetar. 

Cerita-cerita kehidupan yang penuh khayalan lebih didengar ketimbang mendengar ceramah, lebih cenderung mendengar kata-kata hasutan dan hinaan ketimbang ajakan untuk melakukan kebaikan. 

Tangan yang selama bulan Ramadhan dapat ditahan untuk mengambil hak-hak orang lain tidak dapat dipertahankan. Tangan karena ada kesempatan senang  untuk mengambil, memiliki dan menguasai hak orang lain. 

Karena tidak puas dengan apa yang dimiliki sekarang, tangannya rela untuk mencatat melipat dari nilai sesungguhnya, tangan dipergunakan untuk mengambil uang korupsi, dan menerima serta menyerahkan uang sogokan. 

Tangan yang lentur dan elastis itu dipergunakan untuk dimanfaatkan pada hal-hal yang bukan tempatnya. Tangan cenderung untuk menghimpun dan mengumpulkan harta  ketimbang untuk mengeluarkan zakat, infaq maupun sedekah. 

Kaki sering diperintahkan oleh otak untuk melangkah pada hal-hal yang sia-sia dan tempat maksiat ketimbang menuju masjid atau musholla. Kaki dipergunakan untuk menendang orang-orang yang tidak mampu dan tidak mau memberikan perlawanan. Kaki dipergunakan untuk menopang bobot perbuatan negatif yang menimbulkan dosa. 

Langkahnya tidak mau berhenti, karena hati dan pikiran telah dikalahkan oleh hawa nafsu. Kaki terus melangkah tanpa ada daya upaya untuk berhenti dan dialihkan untuk ke Masjid, Musholla atau tempat-tempat pengajian. 

Pikiran selalu diarahkan untuk mencari cara agar dapat menumpuk kekayaan dan uang meski melabrak cara-cara yang bertentangan dengan ajaran Allah dan rasulNya. 

Tidak pernah terlintas dalam pikirannya memikirkan bagaimana cara Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya dan bagaimana dan untuk apa dirinya diciptakan. 

Pikirannya terus tertuju bagaimana cara memperoleh posisi terhormat, meskipun dengan jalan pintas atau tol,menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya, memperoleh uang dengan mudan dan banyak dengan cara yang lihai dan jitu. 

Sebelas bulan berlalu diisi dengan kehidupan yang penuh dengan sandiwara. Episode-episode kehidupan selalu hadir dengan berbagai variasinya. 

Sutradara kehidupan dunia selalu membuat prolog-prolog yang akan dilakoni oleh para actor dan aktris sinetron tersebut. Pahala-pahala yang banyaknya seperti buih di lautan yang dibawa bulan Ramadhan hilang seperti dihempas badai dan ombak. 

Apa yang dilakukan selama bulan Ramadhan tidak berbekas dan sia-sia. Maka amat merugilah bila orang-orang tersebut telah pergi meninggalkan dunia ini sebelum pundi-pundi ibadah penuh untuk dibawa kembali. Puasa yang dilakukan pada bulan Ramadhan tahun lalu yang diperoleh hanyalah lapar dan dahaga.

Bagi kita yang masih diberikan kesempatan untuk menghirup udara di bulan Ramadhan 1444 H ini wajib merasa bersyukur masih dapat berjumpa dengan bulan Ramadhan. Wajarlah orang-orang yang beriman menyambut datangnya bulan Ramadhan dengan suka cita, bahagia bahkan terharu dan menangis. 


Rasa syukur dipanjatkan kehadirat Illahi Rabbi karena masih diberi kesempatan untuk bertemu lagi dengan bulan Ramadhan. Bulan ini menjadi arena untuk melakukan koreksi total terhadap segala noda dan noktah hitam. Mengakui telah banyak menimbun dosa, meskipun sholat dan ibadah lainnya tetap dilakukan. 

Semoga, pada awal-awal Ramadhan ini kita mampu mengoreksi total segala tindakan kita pada masa lalu, dan hari-hari Ramadhan mendatang kita secara perlahan menuju area kesucian dan menjadi orang yang bergembira dalam menjalani ibadah puasa Ramadhan. 

Rasulullah SAW bersabda “Bagi orang yang berpuasa akan memperoleh dua kegembiraan  yaitu kegembiraan waktu berbuka puasa (baik harian maupun seluruh rangkaian puasa satu bulan) dan kegembiaraan tatkala waktu bertemu Tuhannya. 

Hadis lain Rasulullah bersabda “ "Sesungguhnya, apabila seorang Mukmin berbuat dosa, maka muncul bintik hitam dalam kalbunya. Kemudian jika ia bertaubat, meninggalkan dosa dan memohon ampun, maka hatinya bersih. Dan jika dosa-dosanya bertambah, bintik hitam itupun bertambah." (HR. Ibnu Majah dan Ahmad).

Ya Allah, Engkau hadirkan dan mempertemukan kembali dengan bulan Ramadhan tahun ini adalah memberikan kesempatan kepada kami untuk bertobat terhadap segala kesalahan. Hampir kami tidak mampu untuk menghindari godaan setan yang menghantarkan kami selelu tertuju pada nafsu kehidupan dunia yang makin bemerlap dan menggoda. 

Ya Allah, berikan kesempatan kepada kami untuk melakukan koreksi dan taubat terhadap segala dosa kami. Berikan kemampuan kepada kami untuk terus melakukan perbuatan baik yang berlipat-lipat, mumpung tidak ada yang menggoa kami (setan) karena telah Engkau kerangkeng dalam jeruji.

Ampuni khilaf dan segala kesalahan kami, terima ibadah kami baik yang wajib dan sunnah, berikan pahala yang sesuai dengan Engkau kehendaki, karena pahala kami yang berpuasa Engkau sendirilah yang akan membalasnya. Selamat menanti berbuka puasa dengan amalan-amalan kebaikan… 

Penulis adalah :  

  • Dosen FEB Universitas Mataram
  • Ketua Rukun Keluarga Bima Pulau Lombok (RKBPL)




0 Komentar