Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag, : Perkuat Akar Ramadhan di 10 Hari Terakhir


Sesungguhnya diantara orang yang beruntung adalah mereka yang sejak sebelumnya Ramadhan tiba sudah siap menyambut kedatangannya dengan suka cita. Ketika masuk awal Ramadhan mereka memanfaatkannya sebaik mungkin dengan amaliah-amaliah yang dianjurkan, yang terus berlanjut hingga berjalan dua pertiganya. Namun, yang lebih beruntung lagi adalah bila mereka sungguh-sungguh memanfaatkan  1/3 akhir bulan yang penuh berkah ini.

Demikian Prof. H. Ahmad Amir Aziz, M. Ag mengawali kultum subuhnya pada 20 Ramadhan 1444 Hijriah /11 April 2023 Masehi di Masjid Al-Achwan Griya Pagutan Indah Mataram.

Dalam uraiannya, ada kecenderungan, masjid-masjid ramai shalat tarawih di awal Ramadhan namun hanya sampai pertengahan, setelah itu seringkali menyusut jamaahnya. Padahal seharusnya justru di akhir-akhir yang lebih utama. Ibarat suatu tanaman, awal-awal Ramadhan merupakan awal tumbuhnya akar. 

Bagi biji yang baru tumbuh akar mencerminkan awal hidupnya, semakin hari semakin tumbuh akarnya yang ditandai makin tumbuh batang suatu pohon. Pada fase pertengahan suatu pohon dipastikan hidup tegar manakala akarnya sudah tertanam kuat.” 

Pertanyaannya adalah seberapa penting fungsi akar bagi pohon? Jelas sangat penting.

Pertama, ia berfungsi sebagai penahan berdirinya tumbuhan sehingga memungkinkan pohon mampu tumbuh lebih tinggi, besar, dan kokoh. Semakin kokoh dan sehat akar, maka semakin baik dan berkualitas seluruh unsur pohon dan tumbuhan. 

Kedua, akar berfungsi menyerap air dan mengalirkan nutrisi ke dalam tubuh tumbuhan. Meski terletak jauh di dalam tanah, akar memiliki fungsi yang cukup penting bagi setiap tanaman. Sebab, akar menjadi tempat masuknya mineral atau zat-zat hara dari tanah menuju ke seluruh bagian tumbuhan. 

Dengan demikian, ia menunjang dan memperkokoh berdirinya suatu pohon di tempat hidupnya, dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan. Bagian rambut akar berguna untuk menyerap air, sedangkan tudung akar berfungsi untuk melindungi akar saat menembus tanah. 

Semakin kokoh dan sehat akar, maka semakin baik dan berkualitas seluruh unsur pohon dan tumbuhan. Berbeda bila pohon yang kualitas akar tidak sehat, tidak kuat, tidak menghunjam ke dalam tanah, maka pohon mudah tumbang apalagi jika terkena terpaan angin dan pohon tidak akan sehat, dan tak mampu menghasilkan buah yang baik. 

Mari kita camkan firman Allah Swt dalam Surat Ibrahim ayat 24-25:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ 

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”.

Allah Swt menyajikan suatu perumpamaan menarik tentang Kalimatan Thayyibah (kalimat baik), yang maksudnya adalah kalimat iman atau keimanan sebagai sebuah pohon iman yang merupakan sebaik-baik pohon, akarnya kokoh menghujam kedalam bumi dan dahan rantingnya menjulang tinggi ke langit, buahnya tak terputus, selalu ada di setiap waktu. 

Kurang lebih seperti itulah manakala kita dapat memanfaatkan waktu selama Ramadhan ini hingga akhir dengan amaliah-amaliyah yang baik. Artinya, semakin kita beramal baik, semakin kuat akar Ramadhan kita, sehingga buah dari Ramadhan akan bisa dinikmati setiap saat. Terutama di 10 hari terakhir ini, karena ia merupakan hari istimewa sebagaimana digambarkan oleh Baginda Rasul. 

Apa itu? Malam istimewa yang lebih baik daripada 1000 bulan (83 tahun) yaitu Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169)

Pada Riwayat lain disebutkan, terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil lebih memungkinkan, sebagaimana sabda beliau:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.”(HR. Bukhari no. 2017)

Contoh terbaik memperkuat ibadah di hari-hari terakhir Ramadhan adalah langsung dari Rasulullah Saw sendiri. Beliau rajin membaca Al-Qur’an dan juga qiyamul lail. 

Kesaksian mengenai hal ini bersumber langsung dari istri beliau Sayyidah ‘Aisyah. Dalam suatu Riwayat disebutkan, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, 

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.”Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).

Pada hakikatnya, menikmati Ramadhan dan menghidupkan hari-harinya dengan banyak beribadah merupakan bentuk memperkuat akar keimanan dan akar Ramadhan itu sendiri. 

Alangkah beruntungnya kita bila dianugerahi oleh Allah keringanan Langkah dan Kesehatan tubuh sehingga bisa mengisi 10 hari terakhir dengan beragam ritual-amaliyah sesuai tuntunan syariat.

Satu hal lagi yang penting. Sebagaimana akar tanaman tertanam dalam tanah dan tak terlihat, maka demikian halnya iman. Iman tertanam dalam hati, meskipun tak terlihat, namun ia sangat utama untuk penyangga amal. 

Sifat akar ini umumnya tak terlihat, yang hal itu justru pertanda pohon akan kokoh. Namun, bila akar malah terlihat kepermukaan, maka pertanda pohon tidak kuat atau rapuh. Dalam iman yang kokoh, tak muncul riya’. 

Namun, bila iman dan amaliyah muncul kepermukaan oleh riya’ pertanda iman tak memiliki basis keikhlasan. Bagai pohon berbuah lebat yang tak pernah berhitung pada akar, sebab akar tak pernah pamrih terhadap asupan nutrisi yang disalurkan pada buah. 

Tapi, buah lebat sebagai wujud terimakasih atas akar yang telah mengalirkan semua unsur kehidupan padanya, maka buah rela disuguhkan pada seluruh makhluk. Sementara akar senantisa sembunyi dalam tanah dan tidak riya’ atas kontribusinya. 

Demikianlah,mudah-mudahan kita tetap menjalankan ubudiyah dengan penuh kesadaran dan ketulusan.”  Tutur Prof A Amir Aziz di akhir kultumnya.

Pewarta : Dae Ompu



0 Komentar