Salah satu sifat manusia yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain adalah serakah. Orang yang serakah biasanya digambarkan sebagai sosok yang memiliki rasa tak pernah puas, egois, dan selalu ingin mendapatkan lebih. Namun, masalahnya orang serakah terkadang tidak menyadari bahwa dirinya seperti itu.
Terkadang telinganya tak bisa lagi mendengar tangisan rakyat yang tak henti menagih janji janji ketika ingin menjadi penguasa, belum lagi matanya sudah tak bisa lagi melihat keadaan yang kian miris. Yang lebih parah lagi pengangguran makin tak terkendali menyebabkan kemiskinan merajalela.
Masyarakat sengsara karena terhanyut janji manis yang tak kunjung terealisasi. Janji janji yang terucap dibibir manisnya dulu kepada masyarakat hanya untuk membungkus akal bulus.
Hukum dan aturan yang harus dijunjung tinggi sering diaobrak abrik dan para pihak yang kritis pun dibungkam jika kritiknya dianggap sebagai ancaman, sehingga rakyat terpenjara dalam lingkaran ketakutan. Kritikan sering kali dilontarkan, tetapi oleh penguasa dianggap sebagai hinaan yang harus mendapatkan hukuman.
Didalam Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyebutkan, "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan".
Di era modern seperti ini, banyak godaan yang membuat seseorang menjadi serakah. Keserakahan dapat dikatakan sebagai satu di antara dosa mematikan.
Orang bijak berkata, Bumi ini cukup untuk semua orang tapi tak bisa memuaskan 1 orang serakah. Ingin memiliki ini dan itu adalah serakah, dan yakinlah bahwa orang yang serakah pada akhirnya dia akan kehilangan segalanya.
Karena itu Jangan menjadi orang yang serakah. Tak salah kata banyak orang bahwa segunung emas belum tentu cukup untuk orang serakah, tapi sepiring nasi itu cukup bagi orang yang bersyukur.
Dunia ini menyediakan hal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap orang, tetapi tidak untuk orang-orang yang serakah. Keserakahan juga disebut sebagai jenis lubang tanpa dasar di mana itu benar-benar tidak ada habisnya.
Mahatma Gandhi bilang, Dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memenuhi keserakahan manusia, Ketika kamu terlalu serakah. Kamu tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang kamu punya.
Sedangkan AA Gymnastiar menyebut, Orang serakah tidak akan merasakan lezat dan manisnya kenikmatan dan tidak tau bersyukur. Serakah ketika memilki Kekuasaan sering kali digunakan sebagai alat untuk memuaskan hasrat dan nafsu keserakahan pribadi.
Serakah adalah salah satu dari penyakit hati. Mereka selalu menginginkan lebih banyak, tidak peduli apakah cara yang ditempuh itu dibenarkan oleh ajaran agama atau tidak, tidak berpikir apakah harus mengorbankan kehormatan orang lain atau tidak. Yang penting, apa yang menjadi kebutuhan nafsu syahwatnya bisa terpenuhi.
Sebuah negeri akan kacau jika para penguasanya merasa lebih terhormat dan mulia dibandingkan dengan rakyat yang dipimpinnya. Orang yang demikian merasa dirinya hebat, sehingga tidak perlu saran, apalagi kritik dari orang lain. Ia selalu merasa benar atas segala tindakan dan kebijakannya. Merasa paling banyak berjasa, yang pada akhirnya negara itu dirasa menjadi seperti miliknya.
Seperti inilah yang hinggap pada diri Fir’aun dan Namrudz. Keduanya menjadi tiran yang sangat bengis dan menindas rakyatnya. Di telunjuk tangannya adalah hukum, dimulutnya adalah undang-undang. Artinya, hanya ada satu alternatif bagi rakyat, yaitu tunduk dan patuh kepada perintah penguasa. Jika tidak, maka mesin penindasan akan bergerak melenyapkannya.
Begitulah gambaran manusia manusia yang serakah. Ia tak pernah puas. Ia terus menambah dan menambah hasratnya untuk berkuasa sampai jumlah yang tak terbatas. Dalam pikirannya selalu menari-nari untuk menggapai nafsu serakahnya untuk terus berkuasa. Mudah-mudahan di negeri kita yang tercinta ini tidak ada yang bermental serakah. Semoga
Penulis : Adalah Pimpinan Redaksi BidikNews.net
0 Komentar