Hikmah Jum`at : Menjalani Hidup Ringan, Oleh Prof. DR. H. Maimun Zubair, M.Pd

 


Prof. DR. H. Maimun Zubair, M.Pd, / edisi - 5 Januari 2024

KONSEP hidup ringan sering diartikan sebagai pendekatan hidup yang fokus pada pemenuhan kebutuhan tanpa harus berlebihan. Ini melibatkan penekanan pada pengalaman dan penanaman sikap positif terhadap kehidupan yang kita jalani. Selain itu, hidup ringan juga melibatkan sikap fleksibel dan adaptif dengan tidak terlalu terikat pada ekspektasi yang kaku, sehingga dapat menemukan kebahagiaan dalam setiap elemen kehidupan.

Menjalani hidup ringan tak ubahnya seperti membawa beban yang lebih ringan, sehingga untuk mempersiapkan diri perlu merampingkan pikiran, keinginan, dan hati untuk lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dan berarti dengan melepaskan beban berlebihan yang tidak perlu kita pikul.

Penting untuk mengidentifikasi nilai-nilai dan tujuan dari kehidupan yang kita jalani yang sesuai dengan diri, untuk selanjutnya berkomitmen menjalaninya. Dengan begitu, maka kita akan merasa bahwa kehidupan yang kita jalani lebih enteng tanpa terbebani oleh ekspektasi atau tuntutan yang tidak perlu.

Hidup ringan sering kali mencerminkan filosofi bahwa kebahagiaan dan kedamaian hidup terletak pada keseimbangan dan apresiasi terhadap momen-momen sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengurangi beban berlebih, baik itu dalam bentuk pikiran, angan-angan yang melambung, kekhawatiran berlebihan, atau materialisme berlebih, maka kita akan bisa merasakan kelegaan dan kebebasan dari belenggu kehidupan.

"Kita perlu memahami perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Kebutuhan adalah hal-hal dasar yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, sementara keinginan cenderung lebih bersifat pilihan atau kemewahan. Dengan fokus pada kebutuhan, kita dapat menghindari godaan untuk memenuhi keinginan yang mungkin hanya bersifat sementara atau impulsif  yang menjadikan hidup lebih berat".

Hidup ringan bisa dikenali melalui beberapa poin yang mencerminkan kebebasan, kebahagiaan, dan kesederhanaan. Misalnya, hidup ringan sering kali ditandai oleh bagaimana menyederhanakan kompleksitas dari gaya hidup, pemikiran, kebutuhan, dan keinginan. Bagaimana mengelola pola pikir positif, melihat sisi baik dalam setiap situasi, dan tidak terlalu terganggu oleh masalah kecil.


Hidup ringan cenderung kepada kemandirian dan tidak terlalu bergantung pada materi atau opini orang lain untuk merasa bahagia, tetapi cukup dengan membangun hubungan yang bermakna dan menciptakan koneksi emosional yang positif dengan orang lain. Hidup ringan juga cenderung menikmati perjalanan dan proses, bukan hanya fokus pada hasil akhir, melainkan menikmati setiap langkah dalam perjalanan hidup.

Intinya, konsep hidup ringan mengajarkan kita untuk melepaskan beban yang tidak perlu, fokus pada kebahagiaan yang sederhana, dan menghargai kehidupan dengan cara yang lebih tenang dan berkesan. Kemudian berusaha menciptakan keseimbangan, kebahagiaan, dan kedamaian dalam setiap aspek kehidupan dengan merajut hubungan yang baik dengan diri sendiri.

Menuju hidup ringan tak ubahnya seperti mengurangi beban, termasuk mengurangi keinginan untuk memiliki barang-barang material yang berlebihan, karenanya hidup ringan sering kali berkaitan dengan kebebasan dari belenggu materi dan ekspektasi eksternal.

Penting bagi kita untuk menyadari bahwa segala yang membuat hidup ini menekan dan memaksa kita untuk menanggung beban berat perlu dikurangi, terutama mengurangi kebiasaan-kebiasaan negatif, seperti berpikir negatif, menginginkan sesuatu di luar kebutuhan, menjadikan seseorang sebagai obyek perbincangan, iri dan buruk sangka.

Mengurangi pikiran negatif dengan menggantinya dengan yang positif perlu kita lakukan, karena pemikiran negatif akan menambah beban pikiran menjadi lebih berat. Latihan mindfulness atau meditasi juga bisa membantu mengurangi pikiran negatif menuju hidup yang terasa ringan.

Mengurangi keinginan di luar kebutuhan adalah langkah bijak untuk menciptakan keseimbangan dalam hidup menuju hidup lebih ringan. Kita perlu memahami perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Kebutuhan adalah hal-hal dasar yang dibutuhkan untuk bertahan hidup, sementara keinginan cenderung lebih bersifat pilihan atau kemewahan. Dengan fokus pada kebutuhan, kita dapat menghindari godaan untuk memenuhi keinginan yang mungkin hanya bersifat sementara atau impulsif  yang menjadikan hidup lebih berat .

Mengurangi kebiasaan menjadikan seseorang sebagai obyek perbincangan, hal ini menjadi suatu langkah positif yang dapat meningkatkan keharmonisan diri dan kehidupan yang kita jalani, segeralah kita menyadari bahwa memiliki kebiasaan membincangkan orang lain dapat menambah beratnya beban hati.

Mengurangi rasa iri dan buruk sangka dapat meringankan beban perasaan, dan bisa menjadi langkah penting dalam meningkatkan hubungan dan menciptakan lingkungan yang lebih positif. Bila kita sadari bahwa iri dan buruk sangka sering kali berasal dari persepsi pribadi dan bukan fakta, maka perlu sesekali waktu bertanya pada diri sendiri, apakah prasangka tersebut didasarkan pada pengalaman nyata atau hanya sekadar asumsi? Sisihkan ruang untuk memahami sudut pandang orang lain, karena terkadang melihat dari perspektif orang lain dapat membantu mengurangi iri dan prasangka buruk.

Beban hidup yang kita tanggung tidak hanya tergantung pada situasi atau kondisi eksternal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh cara kita menyikapinya. Maka ketika kita mampu menghadapi tantangan dengan sikap yang ringan, hidup menjadi lebih mudah dan menyenangkan.


Sebagai catatan akhir, bahwa hidup ringan adalah bagaimana kita mampu memberikan ruang untuk kebahagiaan, kebermaknaan, dan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari. Menjalani hidup dengan sederhana, tanpa beban berlebihan, dan fokus pada kebahagiaan serta kepuasan pribadi.

Orang yang mengamalkan hidup ringan cenderung menghindari keseriusan yang berlebihan, tidak terlalu terpaku pada masalah kecil, dan memiliki kemampuan untuk melepaskan hal-hal yang tidak dapat dikendalikan.

Menjalani hidup ringan dapat dilakoni dengan melibatkan kesadaran diri dan kemampuan untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai pribadi tanpa terpengaruh oleh tekanan eksternal. Lā yukallifullāhu nafsan illā wus’ahā”. Terjemahannya: Tuhan tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (al-Baqarah ayat 286). 

Penulis : Guru Besar Universitas Islam Negeri – UIN Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB)


0 Komentar