Bedah Buku “Dunia Ahli Sufi”, Karya Ustadz Haji Hussien bin Abdul Latiff, Hadirkan Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag Sebagai Narasumber

Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag (Guru Besar UIN Mataram) dan Ustadz Haji Hussien bin Abdul Latiff berpose bersama peserta Bedah Buku “Dunia Ahli Sufi” dari berbagai kota di Indonesia dan Luar negeri seperti Malaysia dan Singapore.

BidikNews.net, Yogyakarta
- Bertempat di Royal Hotel Malioboro Yogyakarta pada Sabtu, 24 Februari 2024 digelar Bedah Buku berjudul “Dunia Ahli Sufi” karya Ustadz Haji Hussien bin Abdul Latiff (Singapore). 

Acara ilmiah-keagamaan ini  diselenggarakan oleh Yayasan Makrifatullah Sedunia (YAMAS) Indonesia dengan menghadirkan ratusan peserta dari berbagai kota di Indonesia maupun luar negeri seperti Malaysia dan Singapura. 

Dalam penjelasannya, Ketua Panitia Pelaksana Bedah Buku “Dunia Ahli Sufi”, Dr. Taufiqur Rohman, mengungkapkan Yayasan Makrifatullah Sedunia (YAMAS) Indonesia ini rutin menggelar seminar untuk mendakwahkan Tasawuf Jalan Nabi-nabi di berbagai kota hingga mancanegara. 

Adapun bedah buku “Dunia Ahli Sufi” kali ini kata Dr. Taufiqur Rohman dimaksudkan untuk lebih mensosialisasikan konsepsi dan pemikiran Tasawuf Jalan Nabi-nabi ke kalangan akademisi dan kaum muda.

Pada kesempatan tersebut, Ustadz Haji Hussien bin Abdul Latiff selaku penulis buku “Dunia Ahli Sufi” menjelaskan asal usul Ilmu Makrifatullah ini turun langsung kepadanya melalui ilham pada tahun 1978. 

Kemudian pada saat naik haji tahun 1990, beliau mendapatkan perintah dari Rasulullah Saw untuk mengajarkan ilmu yang telah diterimanya tersebut. Kontan, beliau langsung menangis, karena mengajar itu bukanlah profesinya, namun karena sudah menjadi tugas beliau pun akhirnya mulai mengajar ilmu tasawuf, setelah terlebih dahulu belajar ilmu-ilmu syariah. 

Ilmu Makrifatullah menurut Ustadz Haji Hussien bin Abdul Latiff bukanlah ilmu yang tinggi. Orang biasa asal berakal sehat bisa mencapai pandangan Makrifat ini. 

ketika acara Bedah buku " Dunia Ahli Sufi" berlangsung di Royal Hotel Malioboro Yogyakarta pada Sabtu, 24 Februari 2024

Dalam pemaparannya, Ustadz Haji Hussien bin Abdul Latiff  mengungkapkan Allah Swt di alam azali sudah mengenalkan Diri-Nya kepada jiwa kita (QS al-A’raf: 172). Maka yang pertama mengajar tasawuf adalah Allah Swt dan Dia memakrifatkan kita supaya tidak ada alasan tidak menyembah-Nya karena tidak mengenali-Nya.” Urai Ustadz Haji Hussien bin Abdul Latiff.

Ustadz Haji Hussien bin Abdul Latiff mengungkapkan bahwa para Nabi-nabi memakrifatkan kaumnya. Ada 124.000 Nabi yang diutus oleh Allah ke dunia, semua mereka mengenalkan Allah kepada kaumnya.  

Hal ini menunjukkan bahwa para nabi mempunyai tugas yang sama, yakni menjadikan umatnya sebagai orang-orang yang benar-benar kenal terhadap Allah Swt. Persoalannya, bagaimana cara mengenal Allah itu? Menurut beliau kunci pertamanya adalah keyakinan bahwa “Pada awalnya hanya Allah saja yang ada” (HR Bukhari). 

Kemudian  Allah berfirman Kun pada Diri-Nya (al-Baqarah 117).  Dibalik semua ciptaan adalah Wajah-Nya. Substansi Makrifat adalah : memahami Allah Maha Besar, Maha Luas, Maha Tinggi; Dia yang Awal dan yang Akhir; Dia Yang Zahir dan Batin; Maha Meliputi; Bersama Kita; Menyadari semua kewujudan adalah suatu penzahiran; Yang berlakon adalah Dia semata; Lakonannya mengikuti Skrip-Nya; dan Semua Urusan ada di tangan Allah.

Usai penjelasan dari penulis buku, Dr. Muh. Nasrudin Rahmat, M.Pd.I (Dosen UIN Pekalongan) selaku moderator mempersilahkan Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag (Guru Besar UIN Mataram) sebagai Narasumber Pertama untuk menyajikan tanggapannya. 

Menurut Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag, konsepsi Makrifat yang  diajukan oleh Ustadz Hussien ini simple, ia bukan tahapan yang sulit diraih. Bahkan posisi Makrifatullah berada di tahap awal orang beriman dengan konsep dasarnya: Awwaluddin Makrifatullah (awal agama adalah mengenal Allah). 

Sedangkan pengertian Makrifat di dalam buku ini adalah Kesadaran akan Kewujudan, ke-Esaan, Kebesaran, Keagungan, Kemuliaan, dan Kesucian Allah Swt.” Jelas Guru Besar UIN Mataram itu. 

Pemikiran beliau lebih banyak berkutat pada bidang Ilmu Ketuhanan di satu sisi, dan di sisi lain Tasawuf. Mengingat corak pemikiran beliau adalah perpaduan keduanya, maka Prof. Amir Aziz menyebutnya sebagai “Teologi-Sufistik”.

Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag bersama Penulis Buku "Dunia Ahli Sufi" Ustadz Haji Hussien bin Abdul Latiff

Selanjutnya guru besar bidang ilmu keislaman UIN Mataram itu menambahkan, secara umum isi buku ini mengurai hal-hal substantif dalam kajian tasawuf. Misalnya tentang aspek kesejarahan, konsep Makrifatullah, kehidupan ahli sufi, dan Loh Mahfuz. 

Sub bagian penting lainnya kata Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag adalah Infrastruktur (langit-bumi, kelengkapan, sains, susunan infrastruktur), dan Umur Dunia. 

Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag dalamdalam pemaparannya menjelaskan Manusia akan menaklukkan ruang angkasa, kekayaan alam yang melimpah dari sana, umat Islam akan hidup damai tiada permusuhan, dan Nabi Isa akan turun di saat kekayaan yang melimpah sampai-sampai tak ada yang mau menerima zakat.  Karena coraknya yang melihat hingga jauh ke depan, Prof. Amir Aziz mengistilahkannya sebagai “Teologi-Futuristik”.

Narasumber Kedua Dr. Waryani Fajar Riyanto, M.Ag (Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) menyampaikan pentingnya belajar agama dari sumbernya yang otoritatif seperti dari mereka yang mempunyai pengalaman keagamaan langsung. 

Mendengar kisah dan pengalaman Ustadz Hussien rasanya kita sangat terkesima, ungkapnya. Pengalaman Makrifatullah adalah pengalaman unik seperti “membelah dada” sebagaimana terjadi pada diri Rasulullah Saw sebelum isra’-mi’raj. 

Pengalaman ini bisa diberikan kepada siapa saja sesuai kehendak Allah Swt. Pada intinya, banyak hal baru yang tersampaikan dan tersajikan dalam buku “Dunia Ahli Sufi” ini. “ jelas Dr. Waryani Fajar Riyanto, M.Ag (Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) itu.

Pewarta: Tim BidikNews.net


0 Komentar