Kegiatan Imtaq Jumat Pagi Pemprov NTB Dengan Tema “Ketika Para Penyihir Bersujud” Oleh : Prof. DR. H. Ahmad Amir Aziz, M. Ag

 

Pemprov Nusa Tenggara Barat melalui Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) kembali menggelar kegiatan IMTAQ Jum’at pagi, 16 Pebruari 2024. Acara yang diselenggarakan di Gedung Graha Bhakti Praja itu menghadirkan narasumber Prof. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag, guru besar Ilmu Keislaman UIN Mataram. Berikut laporannya.

BidikNews.net,Mataram,NTB - Selain dihadiri oleh ASN di lingkup Setda Provinsi, kali ini juga dihadiri juga dari Dinas Pariwisata, Dinas Pemuda dan Olahraga, Dinas Perumahan dan Pemukiman, Dinas Kominfotik, BPSDMD, Rumah Sakit Mata, BRIDA, BPKAD, Inspektorat, dan Sekretariat DPRD.

Tema yang diangkat adalah melanjutkan kajian 2 pekan sebelumnya, yaitu Tafsir al-Qur’an Surat Al-A’raf: 120-125, yang mengisahkan Nabi Musa, para penyihir dan Fir’aun. 

Diceritakan bahwa Nabi Musa mendakwahi  Fir’aun agar mau beriman kpd Allah, dia tetap tidak mau, padahal Nabi Musa tidak hendak mengambil kedudukanya. Malahan Fir’aun semakin jengkel dan menantangnya untuk beradu dengan para ahli sihir. Berlagalah ribuan tukang sihir melawan Nabi Musa. 

Merekapun lantas mengeluarkan tali-tali dan seketika berubah jadi ular, Nabi Musa pun melemparkan tongkatnya yang berubah menjadi ular besar dan memangsa semua ular para penyihir mereka satu demi satu hingga tidak ada sedikit pun tersisa.

Kemudian Nabi Musa memegangnya, maka ular tersebut kembali ke ujud yang semula, yaitu tongkat; sedangkan para ahli sihir menyungkur bersujud.

Di hadapan para audiens yang banyak itu mereka mengikrarkan keimanan pada Allah, Tuhan pencipta alam semesta, Tuhannya Nabi Musa dan Harun. Mendengar ikrar tersebut, Fir’aun amat murka dan merasa dihinakan di hadapan rakyatnya karena para tukang sihir itu beriman tanpa seizinnya. Fir’aun mengancam akan memotong tangan dan kaki mereka secara silang dan kemudian menyalibnya. 

Dalam ayat. 125, Allah menyebut bahwa para penyihir sedikit pun tidak merasa gentar menghadapi ancaman Firaun, bahkan dengan penuh keyakinan, mereka berkata kepada Firaun: “Sesungguhnya hanya kepada Tuhan kami akan Kembali”. 

Ucapan mereka ini menegaskan bahwa mereka sama sekali tidak peduli terhadap ancaman tersebut, meskipun Firaun akan membunuh mereka, maka hal itu akan memberikan kemungkinan bagi mereka untuk segera bertemu dengan Tuhan, serta mendapatkan ampunan dan rahmat-Nya.

Dibalik kisah tersebut tersirat bahwa kalau hidayah Allah sudah turun, orang yang semula inkar pun bisa berbalik beriman. 

Menurut Prof. Amir Aziz, ada beberapa tipe orang Kembali kepada Tuhan antara lain sebagai berikut:


Tipe pertama,
mereka yang kembali kepada Tuhan karena kalah, ini seperti para penyihir itu. Setelah mereka kalah, mengakui kekeliruannya selama ini, mereka langsung bersujud dan mengikrarkan keimanannya pada Tuhan. 

Tipe yang kedua, mereka yang kembali ke jalan kebenaran karena terpaksa atau dipaksa oleh keadaan. Misalnya orang lalai beribadah kepada Allah, tetapi setelah terkena musibah besar, bangkrut, atau sakit yang sulit diobati, baru menyadari keteledorannya selama ini yang jarang bersujud. 

Tipe yang ketiga, mereka yang ingin kembali mendekat kepada Allah atas dasar kesadarannya. Mereka rindu pelukan rahmat dan karunia Allah, jiwanya ditarik oleh energi alam malakut untuk semakin mendekat ke Yang Maha Agung. Mereka inilah orang-orang beruntung, yang ingin selalu meningkatkan kualitas sujudnya keharibaan Ilahi Robbi.   

Pada bagian akhir ceramahnya, beliau menyebutkan bacaan-bacaan ketika sujud dalam sholat, yang pada umumnya seperti ini: Subhaana Robbiyal A’laa atau Subhaana Robbiyal A’laa Wa Bihamdih atau Subhaanakallahumma Robbanaa Wa Bihamdika, Allahummaghfir Lii. 

Untuk lebih meningkatkan kualitas sujud, ada bacaan sujud yang lain dari riwayat Sayyida Ali bin Abi Thalib yang sedikit lebih panjang, namun jika dihayati makna akan terasa lebih dahsyat dan bisa memperdalam makna kebersujudan hamba di hadapan Sang Khalik, yaitu: Allohumma laka sajad-tu, wabika amantu, walaka aslamtu, sajada wajhiya lilladzi khalaqahu wa showwarahu wa syaqqa sam’ahu wa basharahu, tabarakkahu ahsanul khaliqin. 

Artinya: “Ya Allah, kepada-Mu lah aku bersujud, karena-Mu juga aku beriman, kepada-Mu juga aku berserah diri. Wajahku bersujud kepada Dzat yang Menciptakan dan Membentuknya, dan yang Memberinya pendengaran dan penglihatan. Terpujilah Allah, Pencipta terbaik”.

Pewarta: Salahuddin Dae Ompu

0 Komentar