Ceramah Ramadhan Prof. Mohamad Abdun Nasir, M.A., Ph.D. dengan Tema “Ibadah adalah Kebutuhan, Bukan Beban”

 
Prof. Mohamad Abdun Nasir, M.A., Ph.D. (kacamata)

Sabtu, 23 Maret 2024 bertepatan dengan Hari ke 12 Puasa Ramadhan, Prof. Mohamad Abdun Nasir, M.A., Ph.D. berkesempatan untuk mengisi ceramah subuh di masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah Mataram Nusa Tenggara Barat. Tema ceramah yang disampaikan Guru Besar UIN Mataram kalin ini “Ibadah adalah kebutuhan, bukan beban”.

BidikNews.net,Mataram,NTB - Sebagian manusia menganggap ibadah adalah beban yang memberatkan. Mereka memandang ibadah mengurangi waktu mereka bekerja, istirahat atau bersenang- senang. Anggapan ini jelas salah.” Tegas  Prof. Mohamad Abdun Nasir, M.A., Ph.D. mengawali ceramahnya.

Mengapa? Waktu untuk ibadah, katakan shalat, jauh lebih sedikit daripada waktu bekerja, bermain atau bersantai. Waktu untuk shalat cukup 10-15 menit, atau lebih pendek. Begitu pula puasa Ramadhan, hanya satu dari dua belas. Begitu seterusnya,” lanjut Wakil Direktur Pasca Sarjana UIN Mataram itu.

Sebagian yang lain katanya, beribadah karena takut akan siksa dan ancaman jika meninggalkannya. Tentu saja anggapan seperti ini tidak salah. 

Namun, jika yang selalu ditekankan adalah pandangan ibadah sebagai kewajiban, maka ibadah adalah beban. Maka Ibadah, tidak akan dilakukan jika tidak wajib.” “ jelasnya. 

Akibatnya ibadah dilakukan hanya sekedar untuk menggugurkan beban kewajiban, tanpa memikirkan esensi, makna dan manfaat ibadah.”ujar saudara kandung Profesor, DR. H. Ahmad Amir Aziz, M. Ag itu.

Sebagian yang lain katanya, melakukan ibadah sebagai kerja yang harus dibayar. Tidak salah bahwa beribadah dan berdoa karena berharap pahala, meminta rizki, kesehatan, umur yang panjang dan seterusnya.” Urainya.

Namun jika yang ditekankan dalam ibadah adalah meminta ini dan itu, maka menjadi semacam kerja yang harus diupah, yaitu dengan terkabulkannya doa-doa itu.” Ujarnya. 

Tentu saja Permintaan yang tidak/belum dikabulkan kata Prof. Mohamad Abdun Nasir, M.A., Ph.D. cerminan ibadah dan doa yang dianggap tidak diterima, tidak diberi upah sehingga mengurangi semangat ibadah.” Jelasnya lagi.

Prof. Mohamad Abdun Nasir, M.A., Ph.D. juga meguraiakn, Terkabulkannya doa kemudian menjadi ukuran suatu ibadah yang diterima. Manusia sebagai hamba pekerja dan Allah Swt sebagai majikan. Hamba bekerja dan Tuannya membayar upah. Pekerjaan dilakukan karena menginginkan upah. Tanpa upah, maka tidak mau kerja. Tanpa dikabulkannya doa-doa, maka ibadah menjadi kurang bermakna. 

Padahal nikmat Allah Swt itu tiada batas dan tanpa diminta pun sudah dikabulkan Allah, baik disadari atau tidak. Lihatlah banyak orang tidak beriman tapi hidupnya makmur, sejahtera dll, apakah itu tanda diterima Allah Swt,” kata Prof Abdun Nasir.

Oleh karena itu, ujar Prof. Mohamad Abdun Nasir, yang paling tepat adalah memandang ibadah sebagai kebutuhan, antara lain, sebagaimana kebutuhan makan, minum, udara untuk bernafas dan seterusnya. Karena dengan demikian, ibadah dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh, merasakan manfaatnya, menikmatinya sehingga tidak terasa sebagai beban.

Diakhir ceramahnya, Prof. Mohamad Abdun Nasir, M.A., Ph.D. mengutip sebuah tulisan dari Abu Zahrah, istilah Rabb, dalam Surat al-Hijr 99, 

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang ajal”,  

Ayat ini mengandung pengertian bahwa Allah Swt adalah Dzat yang memberi makan, mengembangkan, mengurusi, dan memperbaiki serta mengatur urusan-urusan umat manusia sepanjang hidupnya.” Jelas Prof Abdun Nasir.

Jika demikian, jelasnya, maka susunan ayat tersebut mengindikasikan bahwa ibadah merupakan suatu kebutuhan; karena setiap manusia pasti butuh makan, minum, dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya; sedangkan yang mampu memenuhi semua kebutuhan itu hanyalah Allah Swt.” Ujar Prof. Mohamad Abdun Nasir, M.A., Ph.D.  sembari berodoa semoga kita semua yang hadiri di Majlis ini diberi ganjaran pahala yang berlimpah.

Pewarta: Dae Ompu


0 Komentar