"Menjaga Kesucian Hati" Bersama Prof. DR. H. Maimun Zubair, M. Pd,. di Masjid Al Achwan GPI Mataram


Di awal kelahiran kita dari rahim ibu, Allah telah membekali kita dengan tiga potensi yang sangat berpengaruh terhadap prilaku, sikap, bahkan karakter kita, yakni pendengaran, pengelihatan, dan rasa. Ketiga potensi ini bisa saja menjadi anugerah dan juga bisa menjadi racun bagi kita apabila tidak digunakan sesuai aturan yang ditetapkan Allah.

TIGA potensi ini juga berperan sangat aktif dalam merespon aktivitas apa saja didalam kehidupan sehari-hari. Kita pasti akan mendengar setiap suara atau perkataan orang, kita pasti akan melihat perilaku atau sikap orang, dan kita pasti akan merasakan bagaimana sikap, perlakuan, dan perangai orang kepada kita. 

Semua yang kita dengar, kita lihat, dan kita rasakan semestinya tidak semuanya harus dimasukkan ke dalam hati. Ada materi-materi tertentu yang hanya sampai di tilinga saja, hanya sampai di mata saja, dan hanya sampai di rasa saja. 

Namun ada juga materi pendengaran yang harus masuk ke dalam hati, ada juga materi penglihatan yang harus sampai ke hati, dan ada pula materi rasa yang harus sampai ke hati. Tentunya melalui seleksi diri yang ketat.

Apabila semua yang kita dengar, yang kita lihat, dan yang kita rasakan masuk ke dalam hati tanpa diseleksi, maka kita pasti akan lelah dan capek menampungnya. 

Dan ingat bila semua yang kita dengar, kita lihat, dan yang kita rasa harus kita masukkan ke dalam hati, maka itulah yang akan menjadikan hati kita menjadi kotor yang dalam bahasa al-qur’an di sebut “Rona” , yakni bintik hitam atau noda hitam yang menempel di hati di setiap kita memasukkan sesuatu yang buruk dari apa yang kita dengar, lihat, atau yang kita rasa. 

Rona ini akan menempel dan menutupi kejernihan hati. Kata Hamka, hati ibarat cermin, setiap ada hal-hal yang buruk menempel sebagai akibat dari apa yang kita dengar, lihat, atau rasa, maka cermin itu akan buram—hati kita akan buram dalam menerima kebenaran dan hidayah Allah.

Demikian Allah jelaskan di dalam surah Al Mutahffifin ayat 14:

كَلَّا‌ بَلۡ ۜ رَانَ عَلٰى قُلُوۡبِهِمۡ مَّا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ

Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.

Rona (bintik hitam) itu akan semakin menutupi hati apabila kita tidak selektif memilah, mana yang harus masuk ke hati, dan yang mana yang hanya sampai ke telinga, mata, dan rasa. 

Akibat dari rona hitam itu, maka kita akan menjadikan apa yang berasa dari pengelihatan, materi menggunjing, materi memfitnah, dan sebagainya.

Untuk menghilangkan noda hitam (rona) tersebut, dapat ditempuh jalan untuk dzikir kepada Allah dan beristighfar. Apabil kita abai untuk berdzikir dan beristigfar, maka rona (bintik hitam) itu lama kelamaan akan menjadi penyakit hati. Sebagaimana firman Allah di surah al Baqarah ayat 10:

فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ 

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya …”

Kalau rona itu sudah menjadi penyakit menempel dan tidak ada upaya untuk membersihkannya, maka akan menjadi penyakit yang dalam bahasa alqur’an disebut Maridh, yakni penyakit hati seperti sombong, angkuh, serakah, dan egois. Dan untuk menyembuhkannya adalah dengan melakukan dzikir, istigfar, dan membaca al-qur’an.

Kondisi penyakit hati akibat dari rona yang menempel dan tidak ada Upaya membersihkannya, maka inilah yang berubah menjadi kerak atau jamur yang menempel dan menutupi hati dari menerima kebenaran. Sebagaimana firman Allah di surah al Kahfi ayat 57:

اِنَّا جَعَلۡنَا عَلٰى قُلُوۡبِهِمۡ اَكِنَّةً اَنۡ يَّفۡقَهُوۡهُ وَفِىۡۤ اٰذَانِهِمۡ وَقۡرًا

“Kami telah menjadikan hati mereka tertutup, (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka…”

Apabila hati sudah tertutup, maka obatnya adalah dzikir, istigfar, baca al-qur’a, membersamai orang-orang sahleh, dan berpuasa.

Jadi puasa yang kita jalankan sungguh akan menjadi Penawar bagi hati yang kotor, berpenyakit, dan hati yang tertutup sebagai akibat dari materi pendengaran, pngelihatan, dan rasa yang tidak kita seleksi untuk masuk ke dalam hati.

Oleh karenanya, marilah kita betul-betul ingat, bahwa tidak semua yang kita dengar, lihat, dan rasa dimasukkan ke dalam hati. 

Demikian isi ceramah subuh dengan Tema " Menjaga Kesucian hati" yang disampaikan Prof. DR. H. Maimun Zubair, M. Pd,. pada Hari ke 15 Ramadhan, Selasa, 26 Maret 2024 di masjid Al Achwan Griya pagutan Indah, Mataram, NTB.

Penceramah Adalah : Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. 


0 Komentar