Prof. DR. H. Maimun Zubair, M.Pd Mengungkap “Rahasia” Dibalik Kalimat Marhaban Ya Ramadhan


Saat ini ummat muslim mulai melaksanakan ibadah puasa, spanduk spanduk bertuliskan Marhaban ya Ramadhan terpampang diberbagai lokasi sebagai ungkapan selamat datang bulan yang penuh berkah itu. Akan tetapi dibalik indahnya kalimat  singkat  ada Rahasia dibalik kalimat “Marhaban Ya Ramadhan” itu.  Berikut Penjelasan Guru Besar UIN Mataram, Prof. DR. H. Maimun Zubair, M.Pd pada Kultum hari I Puasa Ramadhan 1445 H di Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah (GPI) Mataram, NTB pada 12, Maret 2024

BidikNews.net,Mataram - Kita sangat pantas untuk bersyukur kepada Allah atas ridho-Nya mempertemukan kita dengan bulan suci Ramdhan 1445 H. Artinya do’a-do’a yang kita panjatkan setahun yang lalu di penghujung Ramadhan 1444 H supaya Allah mempertemukan kita dengan Ramadhan tahun depan telah dijawab oleh Allah, ditambah dengan do’a-do’a kita di bulan rajab dan sya’ban, kita meminta keberkahan dua bulan tersebut dan memohon untuk ditakdirkan berjumpa dengan Ramadhan. 

Demikian disampaikan Prof. DR. H. Maimun Zuibair, M.Pd mengawali Kultum subuh Hari pertama Ramadhan di Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah (GPI) Mataram yang diikuti ratusan jamaah muslim dan m uslimah di Lingkungan GPI.

“Kini do’a itu sudah terjawab oleh Allah, Allah mentaqdirkan kita ketemu dengan Ramadhan. Penting kita sadari bahwa do’a yang kita panjatkan kehadirat Allah SWT adalah janji peribadi dengan Allah, komitmen pribadi dengan Allah. Maka kewajiban kita katanya tak lain, adalah mengisi Ramdahan ini dengan ibadah yang sungguh-sungguh dan serius sebagai bentuk pertanggung jawaban pribadi masing-masing atas permintaan kita didalam do’a yang kita panjatkan kehadirat Allah SWT.” Tutur Prof. Maimun.

Prof. DR. H. Maimun Zuibair, M.Pd mengisahkan, dulu di zaman Rasulullah SAW, kebiasaan Rasululullah SAW setiap datangnya Ramadhan adalah beiau menyiarkan kepada para sahabat dengan kegembiraan yang luar biasa, beliau bersabda,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَشِّرُ أَصْحَابَهُ بِقُدُوْمِ رَمَضَانَ بِقَوْلِ قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ كُتِبَ عَلَيْكُمْ صِيَامُهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حَرُمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حَرُمَ الخَيْرَ الكَثِيْرَ

"Rasulullah memberikan kabar gembira atas kedatangan bulan Ramadan dengan sabdanya, 'Bulan Ramadan telah mendatangi kalian, sebuah bulan penuh berkah di mana kalian diwajibkan berpuasa di dalamnya, sebuah bulan di mana pintu langit dibuka, pintu neraka Jahim ditutup, setan-setan diikat, dan sebuah bulan di mana di dalamnya terdapat malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang luput dari kebaikannya, maka ia telah luput dari kebaikan yang banyak." (HR Abu Hurairah).

Diungkapkannya, Para sahabat pun ikut bergembira, dikarenakan bulan Ramadhan itu akan turun ampunan Allah untuk hamba-Nya. Maka para sahabat menyikapi kabar dari Rasulullah itu dengan optimis dan sangat yakin seyakin-yakinnya bahwa selama bulan suci Rmadhan Allah akan mengampuni segala khilaf dan salah yang pernah dilakukan selama jangka waktu sebelas bulan di luar Ramadhan.” Katanya. 

Kemudian para sahabat juga sadar bahwa dirinya tidak lepas dari salah dan khilaf, sehingga Ramadhan itu menjadi bulan yang menggembirakan bagi para sahabat sebagai momentum untuk mendapat ampunan Allah SWT.” kata Guru Besar UIN Mataram itu.

Begitu optimisnya dan begitu sadarnya para sahabat, bahwa dia memiliki salah dan dosa sekalipun kita tahu bahwa sahabat itu ahli ibadah, berjuang bersama Rasul, sebagai ahlul qur’an, namun tidak ke-pede-an merasa dirinya tidak berdosa, sehingga Ramadhan itu dirasakan sebagai fase yang menyirami salah dan khilafnya.” jelas Prof. Maimun Zuibair.

Kebiasan yang dilakukan Nabi terkait mengabarkan kedatangan Ramadhan dengan penuh suka cita itu, sekarang telah banyak kita temukan, baik melalui sepanduk-sepanduk maupun di media soaial. Betapa banyak kalimat pemberitahauan atas datangnya Ramadhan, seperti “Marhaban ya Ramadhan”. kata Pria kelahiran Desa Mamben Lombok Timur itu.


Dihadapan jamaah tersebut Prof. Maimun mengungkapkan, bahwa Kalimat ini Marhaban Ya Marhaban terpampang dengan spanduk - spanduk berbagai lokasi dan disepanjang jalan dan media-media sosial.  Ini pertanda bahwa kita telah mengikuti sunnah Nabi di dalam meluapkan kegembiraan atas datangnya bulan yang agung penuh berkah ini.” kata Profesor yang mkurah senyum itu.

Marhaban diambil dari kata “rahb” yang berarti luas atau lapang. Artinya dalam menyambut kedatangan Ramadhan, hati kita harus terbuka selebar-lebar dan seluas-luasnya untuk menerima kedatangan Ramadhan beserta seluruh rangkaian syaraiat yang dibawanya, seperti puasa di siang hari harus dilakukan dengan ikhlas, shalat tarawih dan tahajjud di malam hari harus diterima dan dilaksanakan dengan siap setiap malam selama bulan Ramadhan, membaca al-qur’an (tadarrus) harus kita bersedia membacanya setiap hari setiap malam, berbagi dengan sesame juga harus siap melakukannya. 

Itu makna yang sesungguhnya dari kata marhaban ya Ramadhan, yakni bentuk pernyataan diri atas komitmen untuk menerima Ramadhan dengan segala syariat yang mendampinginya secara ikhlas dan penuh keterbukaan dan kesiapan diri.” Ungkap Profesor DR.H.Maimun Zubair, M.Pd.

Kemudian makna yang kedua dari marhaban itu berasal dari kata “rahbun” yang bermakna tempat memperbaiki sesuatu yang rusak. Jadi Ramadhan ini sungguh merupakan bulan kasih sayang Allah, bulan hadiah terindah dari Allah, menjadi bengkel manusia agar menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. "katanya lagi.

Dengan sifat-Nya yang Maha Lathif, maha lembut, Allah melalui syariat puasa ini akan memperbaiki kondisi hambanya yang tidak teratur selama sebelas bulan di luar Ramadhan. Allah ingin membersihkan hamba-Nya dari salah dan khilaf, Allah ingin memperbaharui pisik dan psikis hamba-Nya, dan dan Allah ingin menguatkan keimanan hamba-Nya.” lanjut Prof Maimun lagi.

Dengan mensyariatkan pola makan (melalui berbuka dan makan sahur) selama satu bulan,” kata Prof. Maimun Zubair maka, Allah akan memperbaiki kondisi pisik kita yang selama ini cenderung tidak mentaai pola hidup sehat, kapan saja mau makan, kapan saja mau minum, sehingga pola makan menjadi tidak teratur. Maka puasa selama satu bulan akan mengembalikan seluruh organ yang sudah aus didalam tubuh kita menjadi ter-remajakan (rejuvenasi). 

Kemudian pola tidur dan pola ibadah juga diatur oleh Allah untuk mendapat keseimbangan hidup (proses stabilisasi) yang selama ini sering tidak seimbang.“ ujar Guru Besar UIN Mataram dan juga Ketua Takmair Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah Mataram Itu.

Dari sudut pandang kesehatan kata Prof. Maimun Zubair, dengan proses puasa di mana Allah memperbaiki hamba-Nya, maka wajar kalau dengan berpuasa kita akan sehat (kata Nabi:Shumu tasihhu), dengan pola tidur dan ibadah yang diatur, maka jiwa kita juga menjadi sehat, begitu pula dengan pola ibadah yang dilakukan sepanjang waktu, akan menjadikan sebagai hamba-Nya yang seimbang dunia dan akhiratnya.” Jelasnya.

Maka mumpung masih awal Ramadhan, marilah kita serius menjalankan ibadah di bulan Ramadhan ini agar kita menjadi hamba yang bertaqwa yang terpola ibadahnya, terpola hidupnya, dan terpola kebiasaan makan yang tidak teratur menjadi teratur.” Kata Prof.DR. H. Maimun Zubair.

Dikahir Kultum subuh hari pertama Ramadhan 1445 H/2024 M di Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah Mataram ini, Prof.DR. H. Maimun Zubair, M.Pd yang juga Ketua Ta’mir itu mengajak seluruh jamaah muslim untuk menyisihkan sebagian rizki para jamaah untuk berpartisipasi dalam gerakan berwakaf dalam pelebaran tanah makam Griya Pagutan Indah yang berlokasi di Desa Jerneng kabupaten Lombok Barat, NTB itu.       

Pewarta: Dae Ompu




0 Komentar