Hajji, Perjalanan Menjemput Panggilan Cinta, Oleh: Prof.DR.H. Maimun Zubair, M. Pd


Perjalanan hajji ke tanah suci bukan hanya perjalanan spiritual, namun perjalanan cinta untuk menjemput kerinduan kepada sang Pencipta. Rindu yang oleh sebagian besar jamaah hajji telah memendamnya begitu lama, tidak hanya berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, malah tidak sedikit yang merelakan kerinduannya terbawa serta dalam kematiannya.

Perjalanan spiritual lebih dekat dengan perjalanan cinta menuju kekasih yang dirindukan, suatu perjalanan yang sarat dengan kegembiraan, harapan, dan kebahagiaan yang tak terbandingkan. Setiap pergantian masa selalu diiringi oleh getaran kebahagiaan yang mengasyikkan, karena setiap detik membawa situasi yang lebih dekat dengan sang kekasih.

Perjalanan cinta yang membara sama seperti menjelajahi lautan yang dalam dan penuh misteri. Ia dipenuhi dengan getaran emosi yang kuat, kesenangan dan kegembiraan yang mendalam, dan juga tantangan yang menguji komitmen diri. Dalam perjalanan cinta, setiap momen akan dirasakan dengan intensitas yang luar biasa, terutama keinginan untuk berbagi segala sesuatu, entah sekedar berbagi kabar, karena setiap sentuhan, pandangan, dan kata-kata memiliki kekuatan yang besar untuk menggetarkan hati. 

Perjalanan cinta yang membara juga penuh dengan keajaiban, biasanya melahirkan kekuatan yang menginspirasi dan menjadi penyangga untuk menghadapi dan merasa mudah dalam menaklukkan semua rintangan. Dan perjalanan ini membutuhkan komitmen, pengorbanan, dan kerja keras, agar api cinta terus berkobar dengan cemerlang.

Adakalanya perjalanan cinta menjadi perjalanan yang menantang, namun penuh dengan keindahan dan kedamaian. Ia adalah petualangan yang mengubah hidup, memberi warna yang berbeda pada setiap langkah, dan meninggalkan jejak yang damai di hati dan jiwa. Begitu membahagiakannya, sehingga setiap pergantian waktu bagai menyusuri jalan panjang dengan pemandangan yang indah dan sejuk yang dihangatkan oleh cahaya matahari. 

Sungguh perjalanan yang membawa kegembiraan, kehangatan, dan kedamaian yang mendalam, di mana  hari-hari yang dilalui tentunya diisi dengan senyum dan  tawa yang indah untuk dikenang. Perjalanan yang membahagiakan bukan tentang mengatasi setiap rintangan, akan tetapi tentang bagaimana menciptakan hubungan yang penuh harmoni, penuh dengan keyakinan, jalinan komunikasi yang baik, dan adanya ketulusan untuk memberi.


Dalam perjalanan cinta, kerinduan menjadi penggerak utama yang memperkuat komitmen hati. Setiap detik terisi impian dan fantasi tentang pertemuan, dan setiap momen menjadi titik-titik yang diiisi dengan aksi memikirkan yang dirindui. Dan perjalanan ini benar-benar menjadi sebuah petualangan menemui kekasih yang dirindukan. 

Penting diingat bahwa perjalanan cinta dapat dikatakan sebagai petualangan yang tak pernah menemukan lelah, walaupun sepanjang waktu berjalan dan sepanjang itu pula tantangan demi tantangan datang silih berganti, namun cinta tidak pernah lelah. Bahkan di tengah peluh dan kelelahan ditemukan pula kekuatan, dedikasi, dan komitmen yang tak tergoyahkan. Dan pastinya setiap momen diisi dengan semangat yang membara, malah selama menempuh perjalanan cinta, semangat juang tak pernah pudar, dan api cinta pun terjaga tetap menyala di hati.

Di samping memberi semangat dan kehangatan, perjalanan cinta juga kadang menyesakkan dada, di mana setiap langkah diiringi oleh rasa takut dan kekhawatiran yang mendalam, hati terasa berat dan bahkan dada pun terasa sesak oleh kecemasan atau kebimbangan, namun tetap bahagia.

Tidak ada perjalanan yang lebih membahagiakan dan menyenangkan daripada perjalanan cinta, ia memacu petualangan yang memancarkan cahaya kehangatan,  memberi warna pada sikap dan memberi makna pada setiap momen kehidupan yang dilalui. Bagaikan mengelilingi semesta didalam balon udara, menikmati pemandangan yang menakjubkan dari ketinggian dan merasakan kebebasan yang menyenangkan saat terbang di angkasa. Setiap etape kehidupan menorehkan kegembiraan dan kehangatan, setiap momen yang dihabiskan selalu menyisakan kenangan yang sulit untuk dilupakan. 

Ketika akhirnya kita harus hadir dan berada sangat dekat dengan sang Khalik yang dirindukan sedekat urat nadi, maka detik-detik yang terlewatkan dalam elemen kehidupan terasa seperti ada mukjizat, dengan perasaan cinta bercampur bahagia dan haru, berbagi dengan hangatnya, berkisah tentang diri yang sudah lama merindu, bercerita tentang cita-cita dan harapan, berdongeng tentang kemauan dan ekspektasi, dan bersimpuh tentang kekhilafan yang selama ini mungkin menjadi perselingkuhan didalam merawat cinta dengan-Nya. 

Dengan hati yang dipenuhi rasa rindu yang begitu membara dan perasaan bergejolak, terucap kalimat rindu dengan suara parau, ”Labbaik Allahumma labbaik, labbaik la syarika laka labbaik, innal hamda wannikmata lakalmulk la syarika lak.” Aku datang memenuhi panggilanmu ya Tuhan, aku penuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sungguh segala puji, kemuliaan, dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.


Setelah tiba pada titik euforia pertemuan yang mengobati rasa rindu, tibalah saat di mana harus belajar menyesuaikan diri dengan Tuhan kekasih hati, untuk tidak berkata yang tak pantas, untuk tidak berbuat kesalahan dan kekhilafan, dan untuk harus patuh atas titah yang menjadi komitmen bersama antara kita dengan sang kekasih. Saat kita sangat dekat, kita harus berusaha untuk selalu dapat membangun kebersamaan yang harmonis di tempat-tempat yang disepakati, tempat-tempat mengandung historis yang romantis, dan tempat yang monumental untuk dikenang sepanjang hayat.

Itulah tempat yang didatangi saat miqat, tempat yang dikelilingi tatkala thawaf, tempat yang dinapaktilasi tatkala sa’i, tempat yang didiami tatkala mabid, tempat yang dikunjungi tatkala melempar jamrah, dan tempat bersimpuh mesra saat wuquf—menikmati indahnya bukit cinta yang bernama jabal rahmah. Itulah lokasi indah dan momen-momen pertemuan dengan kekasih hati yang sudah lama dirindui.

Sungguh menjadi kebahagiaan yang luar biasa saat menikmati kedekatan dengan kekasih yang dicintai (Tuhan robbul izzati), kedekatan yang dirasakan mesra tatkala kerinduan begitu membara dan begitu menggebu yang sudah lama menggelora dalam ubun-ubun. 

Penulis : Adalah Guru Besar dan Wakil Rektor II UIN Mataram


0 Komentar