HAJJI: MENJUMPAI TUHAN DI TEMPAT YANG ROMANTIS, Oleh : Prof. DR. H. Maimun Zubair, M. Pd (Rektor II UIN Mataram)

Prof. DR. H. Maimun Zubair, M.Pd, REKTOR II UIN Mataram

Bertemu dengan kekasih yang dirindui cukup lama, bagi setiap pencinta akan mendambakan tempat yang romantis, private, dan tentunya nyaman di hati. Dan Tuhan Maha memahami keinginan hamba kekasih-Nya, Tuhan telah menyiapkan sentra yang paling romantis untuk bertemu, bercerita, berkeluh kesah, dan bermanja-manja. 

Tempat-tempat itu sudah diberkahi sekelilingnya dengan aura cinta oleh Tuhan, yang sengaja diperindah dengan atmosfer yang paling romantis, sehingga hamba yang merindui Tuhannya akan terasa berada dekat dengan sang kekasih sedekat urat nadi.

Menentukan tempat paling romantis bisa sangat subyektif karena setiap orang memiliki pandangan dan preferensi yang berbeda tentang apa yang membuat sebuah tempat menjadi romantis. Berbeda dengan Tuhan, sebelum kekasihnya datang karena diundang dengan panggilan mesra, Tuhan hiasi tempat-tempat yang sudah di-reservasi sangat private dengan hiasan bunga-bunga yang mendamaikan dan membahagiakan buat bermesraan.

Setiap tempat yang Tuhan reservasi pastinya menawarkan suasana yang unik dan pengalaman yang bisa menciptakan kenangan romantis yang abadi di hati hamba kekasih-Nya. Tempat-tempat tersebut dianggap paling romantis karena menawarkan kombinasi hati, perasaan, dan pikiran yang unik, suatu kombinasi dari pemandangan yang menakjubkan, suasana yang tenang, pengalaman yang memorable, dan kesempatan untuk bermesraan yang membuat tempat-tempat ini menjadi pilihan populer untuk pasangan yang mencari romantisme.

Atmosfer tempat yang romantis bisa diciptakan melalui berbagai elemen yang menimbulkan perasaan cinta, keintiman, dan keajaiban, dan merupakan kombinasi dari beberapa elemen rasa dan asa yang bekerja bersama-sama untuk menciptakan suasana yang memikat hati, menenangkan pikiran, dan menguatkan ikatan kasih sayang. Dan setiap tempat Tuhan percayakan untuk mengeluarkan aura yang memikat dengan caranya sendiri untuk menjadikan kesan istimewa bagi hamba sang kekasih Tuhan.

Marilah kita mulai mengekplorasi tempat-tempat yang Tuhan persiapkan dengan suasana dan iklim paling romantis. Kita mulai dari Baitullah atau Ka'bah, menjadi pusat spiritual dan sarat dengan muatan romantis, tempat paling menarik yang Tuhan siapkan untuk hamba yang dicintai-Nya. Pengalaman mengunjungi Baitullah saat menunaikan ibadah haji menjadi sesuatu yang mengukir kesan yang sangat mendalam dan penuh dengan guncangan perasaan, karena merasa kedekatan yang luar biasa dengan Sang Maha Cinta. 

Jamaah Haji ketika melakukan Thawaf mengelilingi Ka`bah

Begitu kuatnya nuansa romantis di Baitullah, selama berkeliling memutar, tak sedikit dari hamba yang mencintai Tuhannya menumpahkan air mata kebahagiaan, bahagia telah berada dekat dengan Tuhan yang dicintai dan dirindukan selama ini. Dengan nuansa romantis yang begitu hebat, banyak para hujjaj yang mengalami transformasi pribadi selama perjalanan mereka mengelilingi Baitullah sebagai dampak dari refleksi dan perasaan tulus dalam beribadah.

Berada di Baitullah memberikan ketentraman dan kedamaian jiwa yang luar biasa, di mana dalam hiruk-pikuk dunia yang penuh dengan kesibukan dan stres, momen-momen di sekitar Ka'bah menawarkan ketenangan dan kesempatan untuk merenung dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Baitullah memang menyimpan romantisme yang sangat mendalam bagi para hujjaj, bukan dalam pengertian cinta antara manusia, tetapi cinta yang lebih agung dan spiritual—cinta kepada Sang Maha Cinta yang sulit ditemukan di tempat lain.


Shafa dan Marwah
adalah dua bukit yang terletak di dalam Masjidil Haram, yang memiliki nilai sejarah dan nilai spiritual yang sangat penting bagi para jamaah haji. Kedua bukit ini merupakan lambang dari romantisme spiritual yang dirasakan Ibrahim, Hajar, dan Ismail bersama Tuhannya. Symbol berjalan dan berlari sambil bergandengan mesra dengan pelukan kasih sayang—sungguh perjalanan yang bikin romantis, sambil merayu Tuhan kekasih hati yang dilambangkan dengan istilam berupa lambaian tangan penuh syahdu, seakan-akan Tuhan menyambut rayuan hambanya, sehingga tidak terasa telah berlari dan berjalan mengikuti putaran waktu yang panjang.

Ritual sa'i yang dilakukan bersama-sama, menambah nilai romantis oleh karena diikuti ribuan bahkan jutaan jamaah dari berbagai belahan dunia. Momen ini menguatkan rasa persatuan dan kebersamaan umat tanpa memandang latar belakang sosial, ras, atau kebangsaan, bersatu melaksanakan ibadah yang sama dengan penuh syahdu.

Hijir Ismail

Hijir Ismail
adalah area setengah lingkaran yang terletak di sebelah utara Ka'bah memiliki nilai romantis yang tinggi, yang dipercaya sebagai bagian dari Ka'bah yang asli dan merupakan tempat di mana nabi Ibrahim dan putranya Ismail dengan nuansa penuh kasih sayang, mereka berdua bekerja dengan romantis, karena di hati mereka tertulis maksud bahwa keberadaan Hijir Ismail menjadi tempat paling romantis yang menghubungkan para jemaah haji dengan sejarah pengorbanan, kesabaran, dan keimanan yang luar biasa dari keluarga Ibrahim.

Multazam adalah bagian dari Ka'bah yang terletak di antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah dengan daya tarik paling romantis. Tempat ini sangat istimewa dan dipercaya sebagai salah satu tempat paling mustajab untuk berdoa. Bagi para hujjaj, Multazam memiliki makna romantis yang mendalam dalam konteks spiritual. Nilai romantis yang dipersiapkan Tuhan di titik lokasi ini terletak pada mustajabnya segala doa, sehingga para jemaah haji sering kali mendekatkan diri ke Multazam, menyentuh, dan membisikkan hajat serta keinginan dengan bisikan yang paling mesra kepada Tuhannya, bahkan saking mesra dan romantisnya, tidak terasa air mata berderai dan tidak sadar bahwa kita tidak sendirian di posisi tersebut. Di tempat inilah para hujjaj akan merasakan paling romantis karena kedekatan fisik dan perasaan, seolah-olah sedang berkomunikasi langsung dengan Yang Maha Cinta. 

Multazam

Raudhah,
menjadi area yang sangat istimewa dan paling romantis di dalam Masjid Nabawi karena keutamaan dan kemuliaannya. Bagi para hujjaj, Raudhah memiliki makna romantis dalam konteks spiritual yang sangat mendalam, di samping karena merasa sangat dekat dengan Tuhan, juga merasakan kedekatan yang sangat istimewa dengan Nabi Muhammad SAW. Nilai romantis dari tempat mulia ini dikarenakan adanya nuansa berziarah ke makam Nabi SAW, mengirimkan salam, dan berdoa dengan campuran rasa, asa, dan perasaan yang dapat memberikan kebahagiaan spiritual yang mendalam dan rasa koneksi yang kuat dengan Tuhan dan Nabi-Nya.

Arafah merupakan salah satu momen yang paling romantis dan penuh makna, karena Tuhan menyiapkan tempat itu dalam rentang qualiti time—setengah hari. Nilai romantis dari tempat wuquf di Arafah ini tergambar bahwa waktu pertemuan hamba yang dicintai dengan Tuhannya, tidak boleh terganggu dan diganggu. Di tempat yang romantis inilah Tuhan ingin melihat agar para jamaah merenungkan kehidupan mereka, memohon belas kasihan Tuhan sebagai kekasih hatinya atas kekhilafan, dan bermanja-manja untuk masa depan yang lebih baik.

Raudhah,

Romantisme Arafah menjadi momen puncak kedekatan hamba yang mencintai dengan Sang Maha Cinta. Pada rentang waktu setengah hari—mulai siang, Tuhan akan mendengarkan semua doa dan permohonan hamba-Nya hingga menjelang terbenamnya matahari, satu momen yang indah dan sering kali membuat para jamaah terpesona.

Muzdalifah, sebagai rest area dalam perjalanan rangkaian panjang ibadah haji, yang menawarkan momen yang romantis dan penuh makna. Setelah wukuf di Arafah, jamaah bergerak menuju Muzdalifah untuk melaksanakan mabit (bermalam), mengumpulkan batu kerikil, dan bersiap untuk melontar jumrah di Mina. Tempat ini menjadi sangat romantis karena jauh dari polusi cahaya kota, langit Muzdalifah di malam hari dihiasi oleh bintang-bintang yang berkilauan. Banyak jamaah haji yang terpesona oleh pemandangan ini, merasa lebih dekat dengan kebesaran Tuhan. Momen memandang bintang-bintang ini memberikan rasa kedamaian dan keajaiban yang romantis.

Mina menjadi salah satu tempat romantis dengan aktivitas melempar jumrah sebagai salah satu wujud betapa kebersamaan hamba dengan sang Maha Cinta tidak ingin terganggu dan diganggu oleh iblis sang makhluk pengganggu. Lemparan-lemparan kerikil ke dalam lubang Ula, Wusto, dan Aqabah menjadi symbol nilai romantisme yang tidak boleh ternodai oleh siapapun yang mencoba mengganggu. Aktivitas ini dilakukan secara bersama-sama dalam nuansa mempererat ikatan dan menciptakan momen kebersamaan yang sangat bermakna.

Muzdalifah

Sebagai catatan akhir, bahwa tempat-tempat romantis yang disiapkan Tuhan untuk hamba kekasih-Nya (Dhuyufurrahman) telah dihiasi dengan muatan-muatan sejarah dari para tokoh dan pejuang Tauhid semenjak Adam, Ibrahim, hingga Muhammad SAW. Yang apabila tamu kekasih-Nya hadir di tempat itu dengan pengetahuan yang cukup untuk besua dengan Tuhan, maka romantisme tempat pertemuan itu menjadi memorable yang sulit terhapus dari memori kenangan dan bahkan menjadi magnet yang menggerakkan hati untuk ingin selalu datang mengulang romantisme itu kembali. 

Wa ażżin fin-nāsi bil-ḥajji ya`tụka rijālaw wa ‘alā kulli ḍāmiriy ya`tīna ming kulli fajjin ‘amīq”. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” QS. Al Hajj ayat 27.    

Penulis: Adalah Rektor II UNiversitas Islam Negeri Mataram

0 Komentar