Dusta Akhlak Hina, Pendusta Sekalipun Tak Ingin Didustai

 


Tidak ada orang yang suka didustai. Seorang istri tidak suka dibohongi suami, seorang suami juga tidak suka dibohongi istri. Rakyat tidak suka pemimpin pembohong, pemimpin juga tidak senang rakyat yang pendusta. Bahkan pendusta sekalipun, dia juga tidak ingin didustai orang lain. 

BidikkNews.net,Mataram - Demikian hinanya dusta dan luhurnya kejujuran, sampai-sampai transaksi kemaksiatanpun perlu kejujuran. Seorang pelacur akan marah jika pelanggannya membayar kurang dari harga yang disepakati. Terlebih jika pemimpin sudah berdusta kepada rakyat, lantas apalagi yang diharapkan kepadanya? 

Bohong atau dusta adalah sikap dan mental orang yang sudah tidak lagi stabil kepribadiannya. Dia telah mengalami gangguan yang akan berdampak pada ketidakpercayaan rakyat. Padahal kepemimpinan yang mahal adalah ketika kejujuran ditegakkan setegak-tegaknya.

Bila pemimpin sudah berdusta, maka akan dapat kita lihat masalah-masalah yang semakin rumit, seperti dia akan berusaha menutupi kebohongan dengan berbohong lagi sebagai upaya menutupi kelemahan dirinya. 

Dia akan dilanda ketakutan, sebab secara naluriah manusia cenderung ingin berbuat jujur, maka tatkala dia berbohong sesungguhnya dia sedang berkelahi dengan hawa nafsunya sendiri. Hidupnya justru tidak tenang, ia akan cenderung menghindari acara-acara atau kondisi-kondisi yang mungkin akan memperlihatkan kelemahan dan kedustaannya.

Mengenali pemimpin pendusta atau pembohong di masa sekarang sangat mudah. Di era demokrasi, nyaris 100 persen pemimpin naik melalui sistem pemilu. 

Untuk menduduki kursi kepemimpinan mereka harus dipilih oleh rakyat. Agar rakyat mau memilih mereka, maka rakyat harus dibuat senang dan diberi harapan. Agar harapan itu bukan sekedar omong kosong belaka, maka mereka menyegel harapan bagi rakyat itu di dalam kata-kata yang diberi stempel “janji”.

Barulah mereka dapat dinilai pemimpin pendusta atau pemimpin jujur saat mereka memimpin setelah dipilih. Tolok ukurnya, apakah para pemimpin itu memenuhi janji-janji mereka saat diucapkan kala kampanye atau tidak.

“Sejak lama dusta sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari manusia,” kata Leonard Saxe. “Tidak pernah kita melewati satu hari pun tanpa dusta.” Saxe adalah pakar poligraf (alat pendeteksi kebohongan) dan profesor psikologi pada Universitas Brandies, Amerika Serikat.

Mustahil manusia tidak berdusta, sebab dusta adalah senjata andalan bagi tiap-tiap individu untuk bertahan hidup di tengah-tengah spesiesnya. Manusia memerlukannya untuk menjaga martabat, untuk melindungi diri dari serangan sesamanya, untuk menghindari pemecatan oleh atasan, untuk menyelamatkan diri dari kemarahan, atau untuk sekadar tampak baik-baik saja, dan sebagainya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mewanti-wanti kepada umatnya akan kondisi kepemimpinan di masa berikutnya, termasuk di masa yang sekarang kita arungi, yang memiliki para pemimpin pendusta dan zalim.

Ketika masa itu telah tiba, maka Rasulullah memetakan kondisi umat atau rakyat yang akan terpola menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama adalah orang-orang yang mendatangi para pemimpin pendusta itu kemudian membenarkan kebohongannya atau membantu mereka dalam kezalimannya.

Kelompok kedua adalah orang-orang yang tidak membenarkan kebohongan mereka atau tidak membantu mereka dalam berbuat kezaliman, apalagi mendekati mereka untuk meminta keuntungan jabatan atau uang.

Dalam sabdanya tersebut pula, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan posisi kedua kelompok itu baginya dan di mana kelak mereka berada saat hari kiamat tiba. (Disadur dari berbagai sumber)

Pewarta: TIM


0 Komentar