Mengintip Sikap dan Prilaku Tim Sukses Berakibat Calon yang Didukung Tidak Sukses


BidikNews.net,Mataram
- Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah secara serentak akan dilaksanakan pada November 2024 mendatang termasuk di seluruh wilayah Provinsi NTB. 

Sejumlah Calon Kepala Daerah tentu melibatkan sejumlah orang-orang kepercayaannya sebagai tim sukses sekaligus ujung tombak dalam meraih pundi-pundi suara agar calon Kepala daerah yang dijagokan dapat memenangkan kompetisi pilkada.Keberadaan tim sukses merupakan faktor penting dalam pemenangan seorang calon Kepala Daerah. 

Namun demikian tentunya sikap dan prilaku tim Sukses calon Kepala Daerah juga harus diperhatikan agar bisa menggaet hati masyarakat untuk memilih calon yang diusungnya.

Sikap dan prilaku Tim Sukses dalam setiap pemilu kada seperti saat ini banyak menjadi sorotan dan tak sedikit pula yang mencibirnya sebagai sosok yang terkesan sombong dan angkuh karena merasa dirinya berada dalam barisan yang sering disebut sebagai “Ring Satu atau Ring Dua”.

Karena merasa dirinya sebagai seorang Tim yang dekat dengan Calon Kepala Daerah, dalam setiap kunjungannya ke sejumlah tempat sosialisasi atau kampanye kerap berprilaku bagaikan orang penting yang terkadang menganggap orang-orang disekitarnya tak berarti apa-apa.

Sementara para calon kepala daerah sendiri kehadirannya ditengah masyarakat, semata-mata hanya untuk menggaet hati rakyat agar dirinya dipilih. Sedangkan Tim Suksesnya berlagak ibarat dia yang lebih hebat karena dipercaya sebagai orang yang mampu memenangkan calon itu sendiri.

Pemandangan seperti ini kerap terlihat disetiap momen ketika para calon kepala daerah melakukan sosialisasi ditengah masyarakat. 

Terkadang para Tim suksesnya terlihat berlagak angkuh dan sombong memperlihatkan gaya yang tidak bersahabat ketika masyarakat mendekati calon yang mengunjunginya. Bahkan untuk bertemu dengan si Calon itu sendiri harus melewati barisan Tim sukses agar bisa bertemu langsung dengan calon pemimpinnya.

Selain prilaku dan sikap, perlu juga diketahui bahwa, hubungan antara tim sukses (timses) dengan kandidat yang dicalonkan bagai dua hal yang tidak bisa dipisahkan. 

Timses akan melakukan berbagai cara untuk memenangkan kandidat yang mereka dukung dari balik layar.  Sedangkan kandidat calon akan menjadi aktor yang dilihat oleh public dengan berpenampilan santun dan senyuman yang menawan dalam setiap kesempatan sosialisasi.

Baik timses maupun pasangan calon bekerja keras untuk memenangkan pilkada. Tetapi, bukan berarti timses selalu menguntungkan pasangan calon. Prilaku dan tingkah laku serta strategi yang asal-asalan dari timses berpeluang merugikan pasangan calon yang dijagokannya.

"Memang sering kali timses jadi beban. Misalnya, partai pengusung sering kali tidak bergerak kalau tidak ada dana operasional yang turun. Itu masih jadi pekerjaan rumah," kata akademisi Universitas Muhammaiyah Mataram (Ummat) Ir. Isfanari, ST,MT saat dihubungi oleh BidikNews.net beberapa waktu lalu di mataram.

Isfanari, menjelaskan dana operasional yang dianggap sebagai biaya politik itu bukanlah biaya yang murah. Biaya politik itu seakan jadi prasyarat bagi timses untuk bergerak.”ujarnya.

Biaya politik bukan satu-satunya faktor yang bisa membuat timses menjadi beban. Kerja timses yang tidak merata di lapangan juga menjadi salah satu faktor.” Kata Isfanari.

"Sering terjadi penumpukan hanya pada satu daerah. Sementara daerah lain tidak ada timses yang bisa mewakili kandidat, ini sering jadi masalah," kata Isfanari lagi. 

Menurut Isfanari hal itu terjadi karena timses terbentuk berdasarkan keinginan sendiri diri. Hal itu membuat struktur timses tidak berjalan dengan baik. Bantuan dari relawan pun akhirnya tidak terlalu efektif.” Tuturnya.

Dalam pandangan Isfanari timses yang baik adalah yang bisa menjangkau masyarakat pemilih disetiap wilayah masing-masing ditunjang dengan gaya santun yang elegan yang memikat hati rakyat.

Menurut Isfanari, timses yang paling ideal harus ada koordinator per TPS (Tempat Pemungutan Suara). Betul-betul timses ini menjangkau secara menyeluruh pemilih yang ada di daerah tersebut sehingga sosialisasi bisa merata," tuturnya

Walau begitu, Isfanari menyatakan timses tetap dibutuhkan oleh pasangan calon. Baik pasangan calon yang sudah dikenal warga atau pun yang belum dikenal warga tetap membutuhkan keberadaan timses.

“Karena keterbatasan waktu tidak mungkin (pasangan calon) bisa menjangkau semua pemilih. Di situlah fungsi sebenarnya timses," ucap Isfanari.

Isfanari menilai timses sebagai perpanjangan tangan dari pasangan calon,harus menyampaikan pesan-pesan pasangan calon kepada masyarakat seperti pogram bila terpilih nanti. 


Oleh karena itu timses juga harus turun ke lapangan dengan seabrek pengetahuan dari visi dan misi yang dibawa para calon.

Di sisi lain, pekerjaan timses juga akan terbantu bila pasangan calon sudah memiliki popularitas yang tinggi di masyarakat. Begitu juga dengan pasangan calon yang sudah memiliki personal branding positif.

"Jika begitu, fungsi dari mereka (timses) akan menjadi corong suara. Tapi kalau kandiddat masih mengalami masalah popularitas atau mengalami permasalahan isu negatif, akhirnya (pekerjaan) timses menjadi berat," kata Isfanari.

Peran dan fungsi timses memang tak bisa dipungkiri dalam memberi berbagai masukan dan strategi bagi kandidat, termasuk hasil-hasil survei. 

Dari pendapat Isfanari tersebut, ada banyak pihak yang berharap dan tak sedikit pula yang memberi saran agar prilaku dan sikap para Tim sukses bisa memberi harapan kepada calon yang didukung untuk bisa meraih kemenangan. 

Pewarta: TIM





0 Komentar