Yunus Yosfiah: Prajurit Kopassus yang Menjadi Menteri Penerangan Terakhir Indonesia ‎

Yunus Yosfiah
BidikNews.net - Dalam lembar panjang sejarah Indonesia modern, nama Muhammad Yunus Yosfiah tercatat sebagai sosok militer yang penuh warna tegas, kontroversial, namun tak bisa dihapus dari perjalanan bangsa. 

‎Lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada 7 Agustus 1944, di masa pendudukan Jepang, Yunus Yosfiah tumbuh dalam situasi penuh gejolak, di mana semangat juang menjadi bagian dari napas kehidupan.

‎Setelah menamatkan pendidikan di Akademi Militer Nasional (AMN) pada tahun 1965, Yunus bergabung dengan TNI Angkatan Darat, tepat ketika Indonesia tengah berada dalam situasi politik yang bergolak." tulis Om Phol melalui akun fbnya.

‎Ia memilih Kopassus (Komando Pasukan Khusus), satuan elit yang hanya diisi oleh prajurit terbaik dan paling terlatih. 

‎Dari sanalah karier militernya menanjak membentuk reputasinya sebagai perwira yang disiplin, berani, dan dikenal memiliki kepemimpinan lapangan yang tangguh.

‎Salah satu momen penting dalam karier militernya adalah keterlibatannya dalam Operasi Seroja di Timor Timur, sebuah operasi besar yang dijalankan Indonesia pada tahun 1975. 

‎Namun, bayang-bayang kontroversi muncul dari peristiwa Balibo, di mana lima wartawan asing tewas saat konflik berlangsung. Pada Maret 2007, otoritas Australia sempat mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Yunus Yosfiah, menuduhnya terlibat dalam insiden tersebut. 

‎Pemerintah Indonesia dengan tegas menolak permintaan itu, menilai Australia tak memiliki yurisdiksi dan menyatakan kasus itu telah ditutup. Peristiwa ini kemudian dikenal luas sebagai “Balibo Five.”

‎Meski dikelilingi kontroversi, karier Yunus Yosfiah terus melangkah maju. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas dalam strategi komunikasi dan memahami pentingnya peran informasi dalam pemerintahan. 

‎Maka tak heran, pada masa pemerintahan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, ia dipercaya menjabat sebagai Menteri Penerangan Republik Indonesia pada 23 Mei 1998—jabatan yang ia emban hingga 20 Oktober 1999.

‎ Di masa transisi menuju reformasi, Yunus dikenal sebagai menteri yang membuka keran kebebasan pers lebih lebar setelah masa panjang pembungkaman media di era Orde Baru.

‎Namun, begitu masa jabatannya berakhir, Departemen Penerangan dibubarkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), menjadikan Yunus Yosfiah Menteri Penerangan terakhir dalam sejarah Indonesia. 

‎Sebuah babak akhir yang simbolis—ia menutup tirai bagi lembaga yang selama puluhan tahun menjadi alat kontrol informasi, sekaligus menandai era baru kebebasan media.

‎Dalam kehidupan pribadinya, Yunus Yosfiah menikah dengan Antonia Ricardo, dan dikaruniai empat anak. 

Ia juga sempat berkiprah di dunia politik, bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebelum kemudian berlabuh ke Partai Gerindra, memperkuat barisan politik di era baru Indonesia.

‎Puncak penghargaan atas perjalanan panjangnya datang pada 10 Agustus 2025, ketika Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan kepadanya pangkat kehormatan Jenderal TNI. 

Sebuah pengakuan negara atas jasa dan dedikasinya selama lebih dari tiga dekade mengabdi di medan juang.

‎Kini, di usia senjanya, Yunus Yosfiah tetap menjadi figur yang memikat untuk dibicarakan: seorang prajurit yang menulis sejarah dengan keberanian, seorang menteri yang menutup satu babak besar dalam politik informasi Indonesia, dan seorang tokoh yang kisah hidupnya mencerminkan dinamika negeri yang ia bela seumur hidupnya.

0 Komentar