Ketua Banjar Grya Hita Bhuwana GPI, I Putu Widanta : Nyepi Sebagai Momentum untuk Menyatu dengan Brahma

Ketua Banjar Pura Hita Bhuwana BR. Gria Hita, Griya Pagutan Indah (GPI) I Putu Widanta
Hari Raya Nyepi merupakan perayaan tahun baru oleh umat Hindu yang berlaku sejak 78 Masehi Tahun Baru Saka. Hari Raya Nyepi merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka. Hari Raya Nyepi juga digunakan sebagai momentum untuk menyatu dengan Brahma untuk mencapai moksa atau koreksi diri.

BidikNews- Ummat Hindu di lingkungan Griya Pagutan Indah (GPI) Kelurahan Pagutan Barat Kota Mataram tengah mempersiapkan diri untuk merayakan hari Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944 yang akan dirayakan pada Kamis 3 Maret 2022.

Hal tersebut disampaikan Ketua Banjar Pura Hita Bhuwana BR. Gria Hita, I Putu Widanta kepada BidikNews disela sela persiapan Hari Raya Nyepi di Pura Hita Bhuwana Lingkungan Griya Pagutan Indah (Rabu, 2/2/22) di Mataram,

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Karena itu kata I Putu Widanta momentum peringatan hari suci Nyepi ini, guna merenung dan mengoreksi diri.” terang I Putu Widanta.  

Persiapan Perayaan Nyepi Umat Hindu di GPI Mataram

Dijelaskan I Putu Widanta, Perayaan Hari Nyepi dua tahun kebelakang berbeda dengan tahun sebelumnya, akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Bahkan beberapa prosesi Nyepi di Indonesia seperti pawai Ogoh-Ogoh ikut ditiadakan.” Ungkapnya.

Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk mencegah penyebaran virus. Meski begitu tidak menghalangi umat Hindu untuk beribadah dan melakukan sejumlah upacara lain jelang peringatahan Hari Raya Nyepi,” ujar I Putu Widanta yang selalu aktif dalam kegiatan kemasyarakatan di Lingkungan GPI ini.

Dijelaskan I Putu Widanta, Hari Suci Nyepi ini diperingati juga sebagai hari kebangkitan, persatuan, kedamain, toleransi dan kerukunan. Selain itu, Nyepi juga merupakan wujud kepedulian terhadap alam sekitar yang sumber dayanya sering dimanfaatkan manusia. Dengan adanya Nyepi pada satu hari dalam setahun, manusia tidak akan mengeksploitasi alam.

Di Indonesia, kata I Putu Widanta di Bali khususnya terdapat empat peraturan yang harus dipatuhi oleh umat Hindu maupun wisatawan yang sedang berlibur. Keempat pantangan tersebut yaitu tidak menyalakan api, tidak bekerja, tidak bepergian dan tidak bersenang-senang. Selain itu, masyarakat Bali akan memadamkan listrik yang membuat seluruh desa gelap gulita. Sehingga tak heran jika Bali akan seperti pulau mati saat Tahun Saka tiba.” Ungkapnya.

Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan,” beber I Putu Widanta.

Demikianlah untuk masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam tahun baru Caka pun, dasar ini dipergunakan, sehingga semua yang kita lakukan berawal dari tidak ada,suci dan bersih.

Foto: Ilustrasi BidikNews, Upacara Nyepi umat Hindu.

Dijelaskan I Putu Widanta, Tiap orang berilmu melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan)), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin. Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru.

Sehari setelah Nyepi, Umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan satu sama lain, untuk memulai lembaran baru yang bersih.

I Putu Widanta menjelaskan, Inti Dharma Santi adalah memandang bahwa semua manusia di seluruh penjuru bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa hendaknya saling menyayangi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan. Hidup di dalam kerukunan dan damai.” Ucap pria yang murah senyum ini.


Pewarta : Dae Ompu
Editor  : BN-007

2 Komentar