Sebaik - baik Bekal untuk Pulang adalah Taqwa


“Dunia adalah tempat persinggahan sementara dan sebagai ladang tempat kita mengumpulkan bekal untuk menempuh perjalanan menuju negeri yang kekal abadi.”

BidikNews – Begitu pula ketika seseorang melakukan perjalanan, ia pasti tidak akan menghabiskan bekal yang ia bawa. Ia akan menyisakan sebanyak mungkin bekal untuk di kampung tujuan di mana ia akan tinggal. Selama dalam perjalanan ia akan sederhana menggunakan bekal yang ia bawa. Bahkan selalu menjaga bekalnya supaya ketika sampai di kampung tujuan, jangan sampai ia tidak membawa apa-apa.

Hal itu dijelaskan Ustadz Drs. H.Muhammad Nasikhin,M.Ag ketika ceramah dengan tema “Bekal untuk kembali” yang disampaikan kepada Jamaah Sholat subuh di Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah Mataram, pada Jum`at 29 April 2022. Dalam ceramahnya itu, Ustadz H.Muhammad Nasikhin menggambarkan bagaimana perjalanan hidup manusia ketika di dunia hingga ajal menjemput.

Dikatakan H.Muhammad Nasikhin, bertahun-tahun kita hidup di dunia pada hakikatnya sedang dalam perjalanan menuju kampung tujuan. Semakin lama kita hidup di dunia, sebenarnya makin dekat dengan kampung tujuan yakni akhirat di mana kita akan tinggal untuk selama lamanya.” Jelas Ustadz H. Nasikhin.

Seorang mu'min tentu menyadari dunia ini bukan tempat tujuanya, melainkan tempat mengembara untuk menuju tempat tujuan akhir. Manusia mukmin akan cerdas mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya melalui amal sholeh, shadaqah jariyah, dan kebaikan apapun selama hidup di dunia. Sebab orientasinya jangan sampai ketika sampai di kampung tujuan kelak, ia tidak bahagia.”katanya dengan penuh khidmat.

H.Muhammad Nasikhin mengatakan, Dunia ini hanyalah sebagai tempat persinggahan sementara dan sebagai ladang tempat mengumpulkan bekal untuk menempuh perjalanan menuju negeri yang kekal abadi itu.” Jelasnya.

“Barangsiapa yang mengumpulkan bekal yang cukup maka dengan izin Allah dia akan sampai ke tujuan dengan senang, dan barang siapa yang bekalnya kurang maka dikhawatirkan dia tidak akan bahagia di tempat yang dituju.” Ujar Dosen senior Universitas Islam Negeri mataram itu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita sikap yang benar dalam kehidupan di dunia dalam sabda nya: “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HR. Al Bukhari)

Karena orang asing (perantau) atau orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang yang hanya tinggal sementara dan tidak terikat hatinya kepada tempat persinggahannya, serta terus merindukan untuk kembali ke kampung halamannya.” Ujar Ustadz Nasikhin.

Demikianlah keadaan seorang mukmin di dunia yang hatinya selalu terikat dan rindu untu kembali ke kampung halamannya yang sebenarnya. Dunia adalah negeri perantauan dan bukan tempat tinggal (yang sebenarnya),”katanya.


Menyadari dunia sebagai negeri perantauan tentu, akan menjadikan seorang mukmin tidak panjang angan-angan dan tidak terlalu mengejar kemewahan dunia, karena merasa dirinya seperti orang asing, sehingga dia tidak merasa risau dengan kemiskinan dan rendahnya kedudukan status sosialnya di dinuia.

Karena itu, kata H.Muhammad Nasikhin, sebaik-baik bekal untuk perjalanan ke akhirat adalah takwa, yang berarti “menjadikan pelindung antara diri seorang hamba dengan siksaan dan kemurkaan Allah, yaitu (dengan) melakukan ketaatan dan menjauhi perbuatan maksiat kepada-Nya.”

Semakin banyak dia berbuat baik di dunia semakin banyak pula kebaikan yang akan di raihnya di akhirat nanti, yang berarti semakin besar pula peluangnya untuk meraih keselamatan dalam perjalanannya menuju surga.

Mengakhiri ceramahnya Ustadz H. Muhammad Nasikhin bertanya, Apa bekal kita menghadap Allah?, bekal utama kita untuk menghadap Allah adalah takwa. Allah berfirman, “Dan siapkanlah bekal karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (al-Baqarah: 197).

Pewarta : Dae Ompu
Editor  : BN-007

0 Komentar