Puasa, Merubah Diri Menjadi Lebih Baik, Hindari Empat Pantangan Ini...!


DR. H. Maimun Zubair, M. Pd (Dosen UIN Mataram)

Hakikat dari syariat puasa yang kita jalankan di bulan Ramadhan adalah terjadinya perubahan pada diri pelaku puasa, terutama sekali perubahan pada kualitas diri dan kualitas sikap religius yang semakin baik dan semakin sadar.

BidikNews,Mataram,NTB - Kalau kita pernah membaca quwot dari Ali bin Abi Thalib, “Balas dendam terbaik adalah merubah diri lebih baik”. Maka kalau kita rujuk quwot ini kaitannya dengan aktivitas puasa kita di bulan Ramadhan, maka puasa tahun ini kita jadikan sebagai bentuk balas dendam terbaik dari ketaqwaan kita di tahun-tahun sebelumnya.

Hal itu disampaikan Dr. H. Maimun Zubair, M.Pd ketika memberikan ceramah usai Sholat Subuh berjamaah hari pertama puasa/ 01 Ramadhan 1444 Hijriyah yang bertempat di Masjid Al Achwan Griya Pagutan Indah ((GPI) Mataram NTB, Kamis, 23 Maret 2023.

Dalam uraiannya, Maimun Zubair mengajak Jamaah, agar puasakan ramadhan ini dengan sebaik-sebiknya dengan kualitas iman dan taqwa yang terbaik, sehingga kualitas diri dan kualitas religius kita meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

“Kalau selama ini kita memberikan waktu dalam sehari 24 jam hanya sedikit saja untuk Allah, maka di bulan ramadhan ini setidaknya kita maksimalkan memberi perhatian untuk Allah utuh selama 24 jam sehari.” Kata Maimun Zubair dihadapan ratusan jamaah.

Maimun Zubair juga mengutip satu hadis nabi terkait dengan kualitas puasa yang kita jalankan, 

“kam min shoimin laisa lahu min shiyamihi illal ju’u wal ‘athosy ”. Artinya, Betapa orang puasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya itu, kecuali rasa lapar dan haus.

Mengapa ada statemen seperti ini? Kira-kira di mana letak kesalahan pelaksanaan ibadah puasa yang kita jalankan, sehingga muncul statemen yang meragukan atau mempertanyakan kualitas ibadah puasa kita dari nabi SAW?. 

Dalam uraian ceramahnya H.Maimun Zubair menyebut pertanyaan tersebut diatas sebagai otokritik tergadap diri kita masing-masing, barangkali selama ini kita baru mempuasakan yang jasadi dari dua unsur yang ada pada kita, yakni jasadi dan batin. Kita baru sampai pada puasa dari makan, minum, dan hubungan seksuil pada siang hari, belum sampai mempuasakan jiwa atau batin kita.

Dalam kajian ulama salaf, kata Dosen senior UIN Mataram ini menyebut ada empat penyakit batin yang cukup besar pengaruhnya terhadap hati dan berimbas kepada kualitas iman kita, yakni penyakit dasar yang diistilahkan dengan “Pantang kelintasan, pantang kerendahan, pantang kekurangan, dan pantang kekalahan”.  

Pantang Kelintasan artinya tidak mau diatasi oleh orang lain; selalu hendak disanjung (lebih unggul). Tidak rela rasanya didalam hati untuk berada di posisi bawah, selalu ingin di posisi atas, karena merasa lebih senior, merasa lebih pantas, dan merasa lebih bisa dibanding yang lain. 

Jika ada yang terlihat lebih unggul dari dirinya, atau ada orang yang berusaha mengungguli dirinya, dia merasa sakit hati, merasa tidak pantas dan tidak sopan. Pantang kelintasan ini akan melahirkan rasa congkak, angkuh, dan sombong, oleh karena kita tidak rela disalip oleh orang lain dalam segala hal, sehingga kita berusaha memperlihatkan diri lebih dari siapapun. 

Pantang kerendahan, tidak mau berada di bawah, selalu mau disanjung, dijunjung tinggi. Sikap ini melahirkan penyakit jiwa yang tidak mau mengalah dalam segala hal, baik dalam berpendapat, dalam diskusi, dalam interaksi sosial, dalam menjalankan tugas di tempat kerja. 

Intinya sikap ini membuat pelakunya tidak mau diposisikan di bawah dalam segala hal dan dalam segala posisi.  

Pantang kekurangan, tidak menerima kekurangan dan kelemahan diri, selalu merasa bisa dan selalu merasa lebih baik. Sikap ini sesungguhnya menandakan kita bahwa kita belum faham terhadap diri kita sendiri, belum mengerti kualitas diri kita sendiri, sehingga kita tidak rela rasanya apabila kurang dari siapa saja, kita selalu merasa lebih, kita selalu merasa hebat dan kita selalu merasa lebih tinggi dari spapun dalam segala hal.

Pantang kekalahan, tidak mau disalahkan dan dikalahkan, selalu ingin menang dalam segala hal. Sikap ini akan membawa kita kepada pribadi yang keras kepala, tidak mau mengalah, tidak mau berdamai. 

Inginnya kita selalu terdepan dalam segala situasi, kita tidak rela melihat orang lain sukses, tidak mau mendengar ada capaian orang lain lebih dari capaian kita.

Keempat penyakit ini yang mengganggu kualitas keimanan dan ketaqwaan kita Allah, sehingga membuat kita menjadi orang yang sombong, orang yang merusak, dan orang yang pendendam.

Dan empat penyakit inilah yang penting untuk kita puasakan di samping mempuasakan yang sifatnya jasadi, menahan diri dari makan, minum, dan hubungan sksuil di siang hari. 

Maka pada Ramadhan tahun ini, mumpung baru memasuki tanggal 1 Ramadhan, mari kita berusaha untuk mempuasakan dua unsur yang membentuk kualitas diri ini yakni mempuasakan unsur dzahir dan sekaligus unsur batin. 

Dengan demikian, maka janji Allah untuk memperoleh ketaqwaan dan janji Rasul untuk mendapatkan kesehatan sebagai capaian puasa kita akan dapat kita raih.    

Pewarta: Dae Ompu  



0 Komentar