HAJI DAN TRANSFORMASI SPIRITUAL, Oleh : Prof. DR. H. Maimun Zubair, M.Pd, Rektor II UIN Mataram


IBADAH HAJI
yang meliputi serangkaian ritual di Makkah dan sekitarnya, sering dianggap sebagai perjalanan spiritual yang mendalam dan transformasional. Perjalanan haji menjadi proses transformasi spiritual dikarenakan adanya proses perubahan yang mendalam dari seorang hamba didalam memandang dan menjalani kehidupan yang didasari  atas keyakinan, nilai, dan praktik spiritual. Transformasi spiritual dapat terjadi pada diri seseorang diakibatkan oleh pengalaman yang dapat mengubah hidupnya dan proses itu berbeda untuk setiap individu, karena menyangkut perjalanan yang sangat pribadi. 

Proses ini dapat terjadi melalui berbagai pengalaman, praktis, atau peristiwa yang memengaruhi hati, pikiran, dan jiwa. Pelaksanaan ibadah haji salah satu contoh dari transformasi spiritual yang sangat mungkin terjadi, di mana jamaah haji melalui serangkaian ritual yang tidak hanya menguji fisik tetapi juga memperdalam keimanan dan kesadaran spiritual. Dan setelah kembali dari haji, secara tidak sadar telah nampak perubahan terutama dalam cara pandang mereka terhadap hidup dan komitmen yang lebih kuat untuk menjalani ajaran agama.

Makna haji sebagai transformasi spiritual dapat dipahami melalui berbagai aspek yang mencerminkan perubahan mendalam di dalam diri seorang jamaah haji. Pelaksanaan ibadah haji yang melibatkan serangkaian ritual, berfungsi sebagai katalisator untuk memperdalam keimanan, meningkatkan kesadaran spiritual, dan mengubah sikap serta perilaku, tentunya melalui proses ketaatan absolut terhadap doktrin haji. 

Ketaatan absolut terhadap doktrin haji berarti mengikuti segala ketentuan, tata cara, dan aturan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan ibadah haji tanpa ada penyimpangan. Doktrin haji mencakup prinsip-prinsip, aturan, dan panduan yang mengatur pelaksanaan ibadah haji, baik yang formal seperti rukun haji, wajib haji, dan larangan-larangan dalam berhajji, maupun yang non formal seperti regulasi dari Kementerian Agama mulai dari proses persiapan di tanah air, perjalanan ke Arab Saudi, selama operasional haji di Arab Saudi dan proses sampai tiba kembali di tanah air, yang akan mengarahkan umat Muslim dalam menjalankan ibadah haji dengan benar dan sesuai dengan ajaran Islam. 

Dengan mengikuti doktrin haji secara tertib, baik dan benar, seorang Muslim tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga memperoleh pengalaman spiritual yang mendalam, yang dapat membawa perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari.

Saat mengenakan ihram misalnya, semua jamaah haji berpakaian sama tanpa membedakan status sosial, kekayaan, atau latar belakang. Pakaian ihram melambangkan kesederhanaan dan kesetaraan di hadapan sang Khaliq. Pengalaman ini mengajarkan kerendahan hati dan menyadarkan jamaah bahwa semua manusia sama di mata Tuhan, yang pada gilirannya menginspirasi mereka untuk memperlakukan orang lain dengan lebih adil dan penuh hormat.

Begitu pula saat mengikuti putaran Thawaf, jamaah haji diharapkan dapat merasakan transformasi spiritual yang dapat membantu memahami dan menghayati makna kehidupan, ketundukan kepada sang Pencipta, serta pentingnya ibadah yang berkelanjutan dan konsisten. Thawaf menjadi simbol perjalanan spiritual yang mengajak jamaah haji untuk selalu kembali dan mengingat Tuhan dalam setiap langkah kehidupan.

Demikian pula dengan nilai-nilai perenungan dan kebersamaan pada aktivitas mabit di Mina juga merupakan bagian integral dari transformasi spiritual yang dialami oleh jamaah haji. Melalui perenungan, jamaah haji mendapatkan kesempatan untuk introspeksi, meningkatkan iman, dan mempersiapkan diri untuk akhirat. Sementara itu, kebersamaan mengajarkan mereka tentang persaudaraan, solidaritas, kesederhanaan, dan toleransi, yang memperkuat ikatan umat Islam secara global.

Apalagi saat melontar jamrah bukan sekadar ritual fisik, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam. Nilai transformasi spiritual yang diperoleh dari melontar jamrah, terutama kebencian terhadap langkah syaitoniyah, membantu jamaah haji untuk memperkuat iman, memperbaiki diri, dan berkomitmen untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Ini adalah momen penting untuk introspeksi dan pembaharuan niat, serta untuk mengembangkan kesadaran dan keteguhan dalam menghadapi godaan setan dalam setiap aspek kehidupan.

Sebagai puncak dari ritual hajji, Wuquf di Arafah memberikan nilai-nilai transformasi spiritual yang sangat mendalam. Melalui perenungan atas kekhilafan dan dosa, jamaah haji menyadari kesalahan-kesalahan mereka dan memohon ampunan kepada Tuhan. Harapan akan ampunan Tuhan bisa menjadi pendorong untuk memperbaharui diri dan menjalani kehidupan yang lebih baik.


Wuquf menjadi momen puncak dalam ibadah haji yang mengubah hati dan jiwa jamaah, menjadikan mereka lebih dekat dengan sang Maha Rahman, lebih kuat dalam iman, dan lebih siap untuk menjalani kehidupan dengan penuh ketaatan dan kebaikan.

Dari semua ritual pelaksanaan ibadah hajji, pastinya memerlukan tingkat kesabaran dan kedisiplinan yang tinggi. Jamaah haji harus mengikuti berbagai ritual yang sering kali menuntut fisik dan emosional. Melalui pengalaman ini, jamaah hajii dididik untuk lebih sabar, tabah, dan disiplin, yang merupakan sifat-sifat penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 

Dengan memahami nilai-nilai dari pengalaman proses ibadah yang mendalam dan holistik itulah yang akan mengantarkan para hujjaj menuju transformasi spiritual yang tidak hanya memperdalam keimanan dan kesadaran spiritual, tetapi juga menginspirasi mereka untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna, adil, dan penuh kasih setelah kembali ke kehidupan sehari-hari.

Transformasi spiritual dari ibadah haji memang dimulai dengan refleksi diri yang mendalam. Proses ini membantu jamaah haji merenungi hidup mereka, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Sebelum berangkat ke tanah suci, calon jamaah haji biasanya melakukan persiapan mental dan spiritual yang melibatkan refleksi diri. Mereka merenungi kehidupan yang sudah dijalani, mengevaluasi tindakan masa lalu, dan mempersiapkan hati untuk perjalanan yang sakral.

Kemudian proses transformasi spiritual juga melibatkan latihan untuk perhatian kepada sesama dan melakukan perenungan yang mendalam. Proses ini memungkinkan jamaah untuk memusatkan pikiran dan hati pada aktivitas sosial sambil mengevaluasi diri secara kritis. Melibatkan latihan untuk perhatian dan perenungan yang mendalam secara terus-menerus, dapat memperkuat hubungan mereka dengan Tuhan dan melakukan perubahan positif dalam kehidupan yang akan dijalani. 

Untuk menajamkan proses transformasi sosial ini, kementerian agama menyediakan ruang sosial bagi para jamaah hajji untuk bertransformasi melalui satu kebijakan baru dalam kegiatan mabit yang menjadi salah satu wujud kearifan spiritualitas yakni ”Murur” bagi jamaah haji lanjut usia (lansia) yang sengaja dirancang untuk memastikan kenyamanan, keamanan, dan kemudahan bagi jamaah haji yang memiliki keterbatasan fisik dan memerlukan perhatian khusus, seperti lokasi khusus, fasilitas tambahan, petugas pendamping khusus, prosedur khusus, pengawasan dan keamanan, dan pengelolaan kesehatan khusus. 

Dengan perhatian khusus ini, Kementerian Agama berusaha memastikan bahwa jamaah haji lansia dapat menjalankan ibadah haji dengan lebih mudah, nyaman, dan aman. Dukungan dan fasilitas tambahan ini penting untuk membantu lansia mengatasi tantangan fisik yang mereka hadapi selama pelaksanaan ibadah haji.


Di samping itu, transformasi spiritual yang dialami selama ibadah haji juga mencakup upaya untuk terhubung dengan alam dan sesama. Ibadah haji melibatkan sejumlah ritual yang dilakukan di tempat-tempat yang memiliki makna spiritual yang mendalam dan hubungan langsung dengan alam. Dan menjadi momen untuk mempererat hubungan dengan sesama dari seluruh dunia, menghilangkan batas-batas etnis, bahasa, dan budaya. 

Pengalaman ini menumbuhkan rasa persaudaraan dan persatuan umat Islam secara global. Melihat jutaan orang berkumpul untuk tujuan yang sama, dapat memperkuat kesadaran akan kebersamaan dalam iman melalui ritual yang dilakukan di alam terbuka dan interaksi dengan jamaah dari seluruh dunia, akan terbentuk kesadaran adanya keterhubungan yang dapat menumbuhkan rasa persaudaraan serta tanggung jawab sosial yang tinggi.

Ritual ibadah haji juga dalam rangka menggembleng para hujjaj menjadi hamba yang bersyukur dengan melibatkan berbagai elemen pengalaman dan refleksi mendalam, suatu momen spiritual yang intens, jamaah haji diperkenalkan pada berbagai aspek kehidupan yang membutuhkan kesadaran akan nikmat-nikmat Tuhan, kesadaran akan kesederhanaan, nikmat kesehatan, pengalaman spiritual, kebersamaan dengan sesama muslim, serta introspeksi dan evaluasi diri, semuanya berkontribusi untuk menumbuhkan rasa syukur yang mendalam kepada Robbnya. 

Sebagai catatan pamungkas, bahwa transformasi spiritual merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan batin yang memungkinkan para hujjaj mencapai pemahaman dan hubungan yang lebih mendalam dengan Allah dan sekitarnya. Dan haji bagian penting dari proses transformasi spiritual yang dapat menempa para hujjaj menjadi diri yang disiplin, mengendalikan diri, pentingnya berempati dan belas kasihan, merasakan ketenangan batin, dan menebar manfaat bagi kemanusiaan, dan terus menerus mengembangkan hubungan yang kuat dengan Tuhan Robbul alamin. 

Penulis adalah : Guru Besar dan Rektor II UIN Mataram 

 


0 Komentar