BidikNews.net,NTB - Realisasi pendapatan Daerah Provinsi NTB per 29 November 2025 menjadi sorotan Ntra Institut yang prihatin terhadap lemahnya serapan dari sejumlah pos pendapatan. Hal itu disampaikan Sekretaris NTara Institut, Baharuddin Umar.
Sekretaris Ntara Institut, Baharuddin Umar
Diungkapkannya, Angka realisasi pendapatan daerah yang mendekati 80% sering kali dijadikan bukti keberhasilan pemerintah daerah. Namun, justru menunjukkan bahwa capaian tersebut lebih banyak menutupi kelemahan daripada menunjukkan performa nyata.
Pertama, kata Baharuddin PAD yang digadang-gadang sebagai indikator kemandirian daerah hanya mencapai 81%. Padahal, jika ditelisik, pilar utama PAD, pajak daerah—bahkan tidak menembus 80%.
Ini bukan sekadar masalah teknis pemungutan, ungkap Baharuddin tetapi, menunjukkan bahwa pemerintah daerah belum mampu mengelola basis pajaknya sendiri secara efektif. Target tinggi, realisasi rendah: masalah klasik yang terus diulang.” Ujarnya.
Kedua, jelas Baharuddin realisasi retribusi yang terlihat “aman” tidak bisa dibanggakan. Di banyak daerah, retribusi justru lebih boros biaya penarikannya dibanding hasilnya.” Katanya.
Karena itu ia menegaskan bahwa tanpa evaluasi efektivitas, realisasi retribusi yang tidak mencerminkan manfaat fiskal.” Kata Baharuddin Umar yang akrab disapa Behor itu.
Ketiga, kata Baharuddin pos yang paling mencolok adalah Lain-Lain PAD yang Sah yang mencapai 182%. Lonjakan ini bukan prestasi, tetapi tanda bahaya.” Tegasnya..
Sebab itu kata Behor Perencanaan yang buruk, pemetaan potensi yang lemah, dan ketidakteraturan pencatatan pendapatan menjadi sorotan utama.” ujar Baharuddin.
Sumber: Ntara Institut
Jika targetnya terlalu rendah hingga realisasi melonjak tak wajar, ini berarti penyusunan anggaran tidak berbasis data yang cenderung asal-asalan.
Dengan kondisi seperti ini, narasi “kinerja pendapatan yang baik” menjadi tidak relevan.” Tegasnya lagi.
Ia mengatakan Pemerintah daerah seharusnya tidak puas dengan angka persentase yang tampak cantik, ketika akar masalah seperti ketergantungan fiskal, perencanaan yang tidak presisi, dan lemahnya optimalisasi PAD masih dibiarkan.” Ujarnya.
Selama masalah mendasar ini tidak diperbaiki, keberhasilan yang ditampilkan hanyalah kosmetik anggaran, bukan kemajuan fiskal yang sesungguhnya.” Kata Sekretaris Ntara Institute itu.
Pewarta: TIM
0 Komentar